SHANGHAI--Kasus flu burung varian baru H7N9 di China memicu penyelidikan otoritas setempat khususnya terkait lokasi sumber penularan. Hasil studi mendapati pasar unggas di Shanghai sebagai salah satu tempat kemungkinan orang tertular virus flu burung tersebut.
Dalam studi itu, para peneliti mengumpulkan 970 sampel dari pasar unggas dan peternakan di Shanghai, dan Provinsi Anhui di Timur China. Sampel dikumpulkan termasuk air minum dan tanah dari daerah tersebut, serta peralatan penyeka unggas.
Dua puluh sampel yang diuji positif mengandung virus H7N9, dari pasar unggas di Shanghai. Sepuluh dari sampel positif berasal dari ayam, tiga dari merpati, dan tujuh dari lingkungan sekitarnya. H7N9 dalam sampel genetik sangat mirip dengan virus yang menjangkiti para korban. "Hal ini sekaligus membuka mata bila pasar unggas merupakan sumber infeksi," ujar peneliti seperti dilansir livescience (25/4).
Sejauh ini, pejabat kesehatan menyatakan dari 108 orang yang pernah jatuh sakit dengan strain baru flu burung tersebut, 22 di antaranya telah meninggal. Namun, tidak ada laporan berkelanjutan penularan dari manusia ke manusia.
Sebelumnya, laporan infeksi dengan virus H5N1 terkait dengan pasar unggas. "Bukti ini memperkuat dugaan semula," ujar Dr Richard Webby, seorang ahli flu burung dan peneliti penyakit infeksi di St Jude Children Research Hospital.
Namun, hal ini dibantah Dr Andy Pavia, kepala dari University of Utah Divisi Pediatric Infectious Diseases dan ketua influenza advisory committee at the Infectious Disease Society of America, jika studi baru tersebut tidak menunjukkan bahwa virus flu burung H7N9 berasal dari pasar unggas sebagai satu-satunya sumber infeksi.
"Tidak jelas bahwa pasar adalah sumber untuk sebagian besar infeksi. Karena, telah dilaporkan bahwa sebanyak 40 persen orang yang terinfeksi H7N9 tidak memiliki riwayat kontak dengan unggas," ujarnya.
Pasar unggas hanya menyediakan semacam tempat berkembang biak. Untuk mengontrol wabah, pejabat kesehatan China perlu cara untuk menghilangkan populasi burung yang terinfeksi, dan membatasi paparan virus. (esy/jpnn)
Dalam studi itu, para peneliti mengumpulkan 970 sampel dari pasar unggas dan peternakan di Shanghai, dan Provinsi Anhui di Timur China. Sampel dikumpulkan termasuk air minum dan tanah dari daerah tersebut, serta peralatan penyeka unggas.
Dua puluh sampel yang diuji positif mengandung virus H7N9, dari pasar unggas di Shanghai. Sepuluh dari sampel positif berasal dari ayam, tiga dari merpati, dan tujuh dari lingkungan sekitarnya. H7N9 dalam sampel genetik sangat mirip dengan virus yang menjangkiti para korban. "Hal ini sekaligus membuka mata bila pasar unggas merupakan sumber infeksi," ujar peneliti seperti dilansir livescience (25/4).
Sejauh ini, pejabat kesehatan menyatakan dari 108 orang yang pernah jatuh sakit dengan strain baru flu burung tersebut, 22 di antaranya telah meninggal. Namun, tidak ada laporan berkelanjutan penularan dari manusia ke manusia.
Sebelumnya, laporan infeksi dengan virus H5N1 terkait dengan pasar unggas. "Bukti ini memperkuat dugaan semula," ujar Dr Richard Webby, seorang ahli flu burung dan peneliti penyakit infeksi di St Jude Children Research Hospital.
Namun, hal ini dibantah Dr Andy Pavia, kepala dari University of Utah Divisi Pediatric Infectious Diseases dan ketua influenza advisory committee at the Infectious Disease Society of America, jika studi baru tersebut tidak menunjukkan bahwa virus flu burung H7N9 berasal dari pasar unggas sebagai satu-satunya sumber infeksi.
"Tidak jelas bahwa pasar adalah sumber untuk sebagian besar infeksi. Karena, telah dilaporkan bahwa sebanyak 40 persen orang yang terinfeksi H7N9 tidak memiliki riwayat kontak dengan unggas," ujarnya.
Pasar unggas hanya menyediakan semacam tempat berkembang biak. Untuk mengontrol wabah, pejabat kesehatan China perlu cara untuk menghilangkan populasi burung yang terinfeksi, dan membatasi paparan virus. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... CIA Dan FBI Kecolongan Kawal Tamerlan
Redaktur : Tim Redaksi