Sungguh, Inilah yang Mengusik Minat Pelindo III

Jumat, 22 April 2016 – 06:30 WIB
Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Meno, Air, dan Trawangan (Matra), Lombok Utara. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

jpnn.com - SURABAYA - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III mulai membidik pengembangan potensi wisata bahari di Indonesia. Banyuwangi, Bali, dan Lombok mulai dilirik. Ketiga kawasan itu, dinilai pas untuk mengembangkan potensi wisata bahari di Indonesia.

Ya, Banyuwangi, Bali, dan Lombok memang mempunyai pesona pantai dan panorama laut yang eksotis. Pasir putihnya terhampar luas. Air lautnya jernih sehingga sinar matahari dapat menembus hingga dasar laut. 

BACA JUGA: Mahasiswa Jatuh dari Lantai 21, Innalillahi…

Belum lagi terumbu karang yang berwarna-warni, ikan-ikan kecil lucu yang “berlari-lari” di antaranya, dan birunya air laut yang membungkus sekeliling Banyuwangi, Bali dan Lombok. Pesona inilah yang kini mengusik minat PT Pelindo III untuk mengembangkan wisata bahari di tiga wilayah tadi.

”Pariwisata menjadi sektor yang sangat menjanjikan. Karenanya PT Pelindo III melebarkan sayap usaha dengan menggarap sektor pariwisata melalui anak perusahaan, PT Pelindo Properti Indonesia (PPI),” terang Dirut PT Pelindo III Djarwo Surjanto, Kamis (21/4).

BACA JUGA: Hari Tari Dunia, Solo Gelar Pesta 24 Jam Non Stop

Untuk awal, PT Pelindo III mengaku sudah memetakan potensi wisata bahari. Bali menjadi wilayah pertama yang dilirik. Namun karena izin
di sana belum keluar, akhirnya Pelindo III menyampaikan ide pengembangan wisata bahari kepada Bupati Banyuwangi. “Ternyata ide kami mendapat sambutan baik,” terangnya.

Alumnus Teknik Sipil ITB lulusan tahun 1977 serta Pascasarjana (S2) jurusan Hydraulic Engineering dari IHE-Delft, Belanda (1980) itu memang tak ingin setengah hati dalam mengembangkan potensi wisata bahari di Indonesia. PPI yang menjadi anak perusahaan Pelindo III diinstruksikan menggarap proyek pembangunan kawasan wisata bahari yang terintegrasi di Boom Marina Banyuwangi. Hal serupa juga dilakukan di Benoa, Bali, dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur. 

BACA JUGA: Jadi Pusat Transit, Bandara Sorong Tingkatkan Perekonomian Masyarakat

”Di Labuan Bajo nantinya akan dibangun Komodo Marina. Marina ini akan difungsikan sebagai fasilitas pariwisata maritim di lokasi yang sering dijadikan persinggahan sebelum ke Pulau Komodo,” katanya.

Beragam fasilitas marina tersebut diyakini bisa menyedot yacht lebih banyak. Apalagi, kawasan marina yang dikembangkan terintegrasi dengan
wisata bahari yang dilengkapi resort, eco park, maupun fasilitas lain. Pelebaran sayap usaha Pelindo III itu menurut Djarwo sangat pas.

Maklum, belum lama ini pemerintah telah menetapkan sepuluh destinasi prioritas. Kebetulan, empat destinasi di antaranya bisa diakses melalui pelabuhan yang dikelola Pelindo III. Ada Pelabuhan Tanjung Emas Semarang untuk Candi Borobudur, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Tembaga Probolinggo untuk kawasan Bromo-Tengger-Semeru.
Khusus Tanjung Perak, Pelindo III sudah membangun destinasi wisata bahari modern bernama Surabaya North Quay. 

Kawasan wisata baru ini berlokasi di lantai dua dan tiga gedung Terminal Gapura Surya Nusantara, Tanjung Perak. Dari sana, pengunjung tak hanya dapat menikmati pemandangan indah, namun juga menikmati pemandangan sandarnya kapal pesiar internasional.

”Destinasi wisata modern lainnya juga akan kami bangun di Mandalika, Lombok. Pelabuhan yang lebih modern dengan arsitektur khas Lombok akan dibangun di Pelabuhan Gilimas,” tambahnya. 

Menpar Arief Yahya menyambut baik rencana Pelindo III untuk mengembangkan sektor kepariwisataan. "Tujuh dari 10 top destinasi prioritas yang sudah dilaunching Presiden Joko Widodo itu adalah wisata bahari. Wisata yang berbasis pada maritim, karena itu salah satu kunci suksesnya adalah infrastruktur pariwisata di bahari, seperti dermaga cruise dan marina yacht. Kami senang jika peluang ini juga ditangkap oleh Pelindo III, sebagai bentuk Indonesia Incorporated," kata Menpar Arief Yahya. 

Deregulasi di bidang maritim, kata Arief Yahya, sudah dilakukan. Seperti CAIT untuk yacht, yang menyederhanakan perizinan masuk perahu pesiar ke perairan Indonesia, yang sebelumnya butuh waktu tiga minggu, sekarang cukup satu jam. Lalu cabotage, untuk kapal pesiar, yang sekarang boleh menaik turunkan penumpang ke beberapa pelabuhan laut di tanah air. "Deregulasi ini akan memudahkan wisman yang masuk melalui jalur laut ke destinasi wisata kita," paparnya.(dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari Kartini, Fatricia Maulani Wisudawati Terbaik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler