Sungguh Mulia Cita-Cita Peraih Emas Asian Games 2018 Ini

Selasa, 04 September 2018 – 09:46 WIB
Puspa Arumsari. Foto: Nasuha/Indopos

jpnn.com, JAKARTA - Peraih medali emas Asian Games 2018 dari pencak silat nomor seni tunggal putri, Puspa Arumsari punya cita-cita mulia. Dengan bonus Rp 1,5 miliar, Dara, panggilannya, bercita-cita mendidik generasi muda dengan mendirikan padepokan silat.

Nasuha, Indopos

BACA JUGA: SBY Kenang Kesuksesan Indonesia Juara SEA Games 2011

Senyum menghias paras ayu Dara (25), saat tiba di kantor pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Dibalut pakaian serba berwarna merah, Dara dengan percaya diri memperagakan atraksi jurus dengan indah. Tepuk sorak pimpinan, karyawan TMII dan aparatur sipil Negara (ASN) dari pemerintah kota (Pemkot) Jakarta Timur sontak pecah usai Dara menutup atraksinya.

BACA JUGA: Raih Emas Asian Games, Sempat Hendak Mundur saat Pelatnas

“Saya ingin adik-adik (generasi penerus) bisa berprestasi lebih tinggi dari saya. Tidak ada yang tidak mungkin, mereka berprestasi di Olimpiade,” ujar Dara, Senin (3/9).

Menurut perempuan kelahiran Jakarta, 10 Maret 1993 ini pencak silat tengah diperjuangkan masuk dalam Cabor yang dipertandingkan di Olimpiade mendatang. “ Mungkin saja, ketika adik-adik saya berprestasi, saya bisa menjadi pelatih mereka,” jelas Dara.

BACA JUGA: Lalu Zohri Akan Digembleng Lebih Maksimal

Berangkat dari keinginannya itu, puteri keempat dari lima bersaudara pasangan Imas (60) dan Yayat (60) sudah bulat untuk menyisihkan bonus yang dia peroleh untuk membangun padepokan. Karena, tugas generasi muda untuk terus mengembangkan dan melestarikan pencak silat.

“Kenapa saya suka pencak silat? Karena dari awal saya merasa bertanggung jawab mengembangkan salah satu kebudayaan warisan leluhur ini,” ungkap Dara.

Dia mengaku, mulai berlatih seni bela diri pencak silat sejak kelas 5 sekolah dasar (SD). Bakatnya ini didukung oleh hobinya yang suka berolahraga. Bahkan menurut Dara, hobi olahraga di luar kebiasaan temen-temen sebayanya.

“Saat itu saya suka bermain sepak bola. Malah teman-teman bermain paling banyak laki-laki,” ucapnya tertawa malu.

Tahun pertama perempuan lulusan Politeknik Negeri Jakarta menekuni bela diri Pencak Silat, berhasil meraih medali perunggu di ajang Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Open kategori fighter. Prestasi Dara berkat ketekunan dan tekadnya yang kuat untuk meraih mimpi menjadi atlet nasional.

“Kemampuan saya berkat keuletan kakak saya yang rajin melatih saya di rumah. Dari mereka, juga saya dikenalkan bela diri pencak silat,” ucapnya.

Ia mengatakan, kemampuannya dalam bela diri pencak silat kategori fighter terus ditempa hingga duduk di sekolah menengah atas (SMA). Setelah itu, ia pun beralih untuk ketegori artistik.

Lebih jauh Dara mengatakan, dari dalam lubuk hati yang paling dalam ia yakin akan meraih medali emas di ajang Asian Games 2018 di Jakarta. Dengan kemampuan dan bekal selama berlatih serta kepercayaan dirinya ia berhasil meraih poin 467 poin mengungguli pesilat Singapura, Nurzuhaira Mohammad Yazid, yang mendapatkan 445 poin dan pesilat Thailand Cherry May Regalado yang mengoleksi 444 poin.

“Jelang event saya jaga hati, mental, dan ingin berbuat yang terbaik. Tapi saat itu saya tidak mau berbicara untuk Indonesia, tapi mulai berbuat yang terbaik,” ujarnya.

Dara menyebutkan, selama empat tahun dirinya telah mempersiapkan diri untuk event Asian Games 2018. Kemudian selama tujuh bulan ia melakukan pelatnas di Solo dan try out di Belgia, Thailand dan terakhir ke Vietnam.

“Jelang 1 bulan event kami dipusatkan berlatih di padepokan TMII. Untuk adaptasi dan stay sampai sekarang,” katanya.

Menurut atlet yang berhasil meraih medali emas di ajang PON 2016, secara rata-rata peserta Asian Games Cabor Pencak Silat memiliki kemampuan sama. Namun, lawan terberat bagaimana melawan dirinya sendiri.

Karena, kategori artistik tunggal puteri dituntut menampilkan gerakan dan jurus yang sudah dibakukan oleh Persilat dan PBSI secara perorangan di lapangan. “Terberat atlet dari Asia seperti Vietnam, Thailand, Singapura dan Malaysia. Tetapi lawan terberat itu ya melawan diri sendiri,” katanya.

Selama melanglang buana di dunia persilatan, Dara mengaku memiliki pengalaman yang sangat berkesan saat mengikuti kompetisi di ajang PON 2016 lalu. Pada ajang tersebut, ia berhasil meraih medali emas. Saat event berlangsung, Dara mengaku mendapat banyak tekanan dari supporter. Bahkan beberapa rekan atlet satu tim harus menelan pil pahit.

“Paling berat bertanding di negeri sendiri, karena tekanan lebih berat. Saat PON 2016 saya sangat takut, cemas, tapi saya berhasil reda dengan berserah diri kepada Allah SWT dan mengembalikan semuanya kepada-NYA,” ucap perempuan yang pernah meraih juara 2 Pencak Silat World Championship di Thailand.

Di belakang keberhasilan Dara meraih prestasi, ada sosok ibu yang sangat perhatian dan sayang kepadanya. Tak mau kehilangan momen bersama orangtua, Dara yang sibuk dengan jadwal berlatihnya rutin melakukan komunikasi melalui telepon selular.

“Dukungan dan doa orangtua menjadikan saya tenang. Karena saya yakin doa orangtua itu adalah kekuatan saya dan mampu menembus langit ketujuh,” terang perempuan yang pernah meraih juara 1 Pra Kualifikasi PON di Gorontalo.

Di tempat yang sama, Imas (60) Ibunda Dara mengaku sangat bersyukur atas prestasi yang diraih Dara. Ia yakin, anaknya akan meraih prestasi yang tinggi di ajang Asian Games 2018 di Jakarta. “Dara itu ambisinya sangat besar. Jadi dia optimistis dengan kemampuan dan bekal berlatihnya,” ujarnya.

Imas mengungkapkan, keinginan bulat untuk mengenalkan anaknya dengan bela diri pencak silat. Karena, selain untuk menjaga kesehatan, olahraga ini pun mengajarkan untuk membela diri.

“Waktu Dara kecil, kakak-kakaknya yang sudah SMA kerap terlibat tawuran. Kami bingung dengan keselamatan Dara, akhirnya kami kenalkan Pencak Silat untuk menjaga diri,” terangnya.

Sejak mengenal bela diri Pencak Silat, menurut Imas, Dara kerap berlatih bersama kakaknya di rumah. Sementara, untuk memperdalam bela diri Pencak Silat, Dara masuk di padepokan pencak silat di TMII. Ia berharap Dara menjadi atlet yang sukses mengangkat nama Indonesia di dunia Internasional.

“Semoga Dara menjadi atlet yang istikomah dan rendah hati,” ucapnya.

Sementara itu, Pelatih Dara yang juga Pelatuh Utama IPSI Sipittrisusilo Haryono mengatakan, operasional atlet saat berlatih sangat besar. Salah satunya untuk pemenuhan gizi atlet, dari empat sehat lima sempurna.

“ Mereka berlatih empat jam setiap hari. Jadi kalau gizinya tidak terpenuhi mereka bisa sakit,” ujarnya.

Selain Dara, menurut Sipit, Aji Bangkit, satu atlet pria dari persatuan setia hati teratai (PSHT) dari Ponorogo juga meraih medali emas. “ Alhamdulillah kami mengirim dua atlet dan keduanya meraih medali emas,” pungkasnya. (indopos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terharu Banget, Pulang Kampung Atlet ini Diarak Warga


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler