Superketat di Lapas Abepura, HP dalam Bra pun Tak Akan Lolos

Selasa, 26 Januari 2016 – 01:58 WIB
Pengamanan di Lapas Abepura semakin diperketat. Foto: dok/Cederawasih Pos

jpnn.com - JUMAT (8/1) lalu sekitar pukul 11.00 WIT, menjadi waktu yang tak bisa dilupakan oleh petugas Lapas Kelas II-A Abepura, Jayapura. Bagaimana tidak, sebanyak 13 warga binaannya, 8 di antaranya merupakan tahanan dan 5 lainnya merupakan narapidana berbagai kasus yang tak bisa dipandang sebelah mata, kabur.

Ketiga belas penghuni Lapas tersebut adalah Feli Tabuni (kasus pemerkosaan), Jefran Efrain Oagay (kasus pembunuhan Organda), Andinus Karoba (kasus pencurian), Derfin Togotli (kasus pencurian), Jon Uwaga (kasus pencurian), Darius Doga (kasus pencurian dengan pemberatan), Derius Wanimbo alias Rambo Tolikara alias Botak Wanimbo (kepemilikan senjata api dan amunisi), Eki Dabi (kasus pengeroyokan), Iwan Itlay (kasus pencurian), Lapis Wantik alias Lapis (kasus pencurian), Kartu Kuning Yoman alias Yogor Telengen (kasus pembunuhan/pidana seumur hidup), Usmin Telengen (kasus pembunuhan/pidana seumur hidup) dan Yanuarius Fredy Muyak alias Ary Muyak (kasus mutilasi/pidana seumur hidup). 

BACA JUGA: Demi Hidupi 2 Anak, Janda Rela Tunggu Hidung Belang di Warung Remang-remang

Pasca kejadian tersebut Lapas Abepura langsung bebenah. Memperketat pengamanan dan penjagaan mulai dari pintu masuk hingga waktu kunjungan. Cenderawasih Pos awalnya berkomunikasi dengan Kalapas Abepura, Bagus Kurniawan namun karena kesibukan akhirnya dimandatkan kepada Kepala Keamanan, Juwaini. 

Penjelasan pria yang sudah 6 tahun bekerja di Lapas Abepura ini pasca kejadian kaburnya 13 warga binaan tersebut selama minggu seluruh areal Lapas disterilkan. Mulai dari pengunjung yang sepekan tak diperbolehkan berkunjung hingga barang-barang yang berada dalam kamar tahanan yang ikut dirazia.

BACA JUGA: Kasus Gratifikasi Penerimaan CPNS, Sekda Bela Terdakwa

Tak hanya soal kebijakan, secara fisik, Lapas Abepura juga melakukan pembenahan. Mulai dari pintu masuk yang dilengkapi dengan detektor logam termasuk penambahan 2 pintu yang memisahkan areal kunjungan dengan blok tahanan. 

Jika selama ini penghuni Lapas harus melewati empat pintu untuk bisa keluar, kini bertambah menjadi lima pintu. Pintu pengamanan dulunya hanya 4 lapis tapi saat ini menjadi 5 lapis dan siapapun yang harus lewat areal steril harus izin sama yang memegang pintu termasuk yang mau ke masjid harus izin. 

BACA JUGA: Ngeri! Buaya Nongol di Tempat Anak-anak Biasa Mandi

Dulu los, yang dari ujung bisa langsung ke ujung. Tak hanya itu, beberapa waktu ke depan dipastikan ada satu sekat yang akan memisahkan jalur untuk menuju pintu utama. Ini berdasar hasil analisa dari kejadian kaburnya 13 warga binaan dimana awalnya ada yang berpura-pura hendak ke klinik ternyata justru menjadi penyerang pertama pada pintu utama.

“Ada beberapa hal yang sudah kami benahi mulai dari depan menggunakan detector logam hingga penambahan pintu pembatas,” kata Juwaini, Senin (25/1) kemarin. 

Detektor logam ini dikatakan baru dipasang beberapa hari setelah kejadian, setelah dipesan sejak November 2015 lalu.  Diakui fungsinya akan sangat membantu sebab selama ini Petugas Pintu Utama (P2U) yang hanya berjumlah 2 orang harus berperan ganda. 

Mulai dari melakukan pemeriksaan barang bawaan hingga menggeledah barang yang menempel pada tubuh. Nah bila saat itu sedang mengantri tentu akan merepotkan. 

“Kemarin harus kami akui sangat sulit, bayangkan saja dua orang menggeledah dan melakukan pemeriksaan sendiri secara bergantian,” jelas Juwaini. 

Dengan adanya detektor logam ini bagi siapa saja yang membawa barang berbentuk logam pasti berbunyi. Petugas P2U lanjut Juwaini sebelumnya masih kerap menemukan berbagai barang selundupan yang dimasukkan oleh pengunjung. 

Mulai dari HP, pisau cutter hingga gunting. Alat-alat ini seharusnya steril dari dalam ruang tahanan sebab bisa saja dipakai untuk kejahatan atau memunculkan niat jahat. 

Pihaknya beberapa kali berhasil menyita HP yang dibawa oleh pengunjung perempuan. Tak tanggung-tanggung HP tersebut diselipkan ke dalam bra (BH) maupun celana dalam. “Nah kalau sudah beginikan repot juga sementara petugasnya hanya dua,” sambung Juwaini.

Selain detektor logam, untuk pasukan terdepan juga diperbanyak menjadi 5 orang sehingga petugas P2U hanya berperan menjaga pintu dan tiga lainnya melakukan pemeriksaan. Di samping itu pengunjung yang datang wajib membawa identitas diri atau KTP. Lanjut Juwaini jika ternyata tak mengantongi KTP maka pengunjung tersebut tak boleh masuk. Bagi yang membawa identitas, setelah masuk akan dikenakan kartu identitas pengunjung untuk membedakan dan mengidentifikasi. 

Yang menyolok dikatakan ada pada waktu kunjungan. Agenda waktu kunjungan sebelumnya diakui sangat longgar, artinya pengunjung bisa berjam-jam ngobrol sama orang yang ingin ditemui. Padahal secara aturan pengunjung hanya diberikan waktu selama 15 menit untuk menuntaskan waktu pertemuannya. Namun yang terjadi sebelum insiden kaburnya 13 penghuni Lapas ini, pengunjung bisa masuk mulai pukul 09.00 WIT hingga 11.30 WIT atau ada 2,5 jam. 

Hanya saja kebijakan lain diberlakukan pihak Lapas dengan memberikan waktu kunjungan selama 20 menit. Bila selama waktu itu pengunjung tak kunjung kembali (keluar) maka akan langsung dipanggil menggunakan speaker. 

“Kami berlakukan selama 20 menit, itu karena kadang waktu penggeledahan juga memakan waktu, belum lagi waktu untuk menuju pondok kunjungan juga. Kami beri kelonggaran karena kadang yang datang adalah keluarga dari daerah dan sangan sampai datang jauh-jauh ternyata hanya bertemu singkat sekali,” imbuhnya. 

Infrastruktur fisik kini sedang dibenahi, hal lainnya adalah mengenai waktu. Yang menjadi perbedaan atau perubahan adalah bilah dulu setiap waktu makan dipastikan seluruh blok akan dibuka untuk mengantre makanan. Sedangkan saat ini hanya perwakilan masing-masing 2 orang baik tahanan maupun narapidana. 

Jadi satu orang mengambil air galon dan satu lagi membawa makanan. Yang mendapat kunjungan juga wajib mengenakan pakaian warga binaan untuk memilah mana yang dikunjungi dan mana orang yang mengunjungi. “Dulunya semua bisa mengantri sehingga cukup merepotkan juga,” tambah Juwaini.  

Begitu pula dengan ruang tahanan di waktu sore yang tak lagi dibuka sebab selama ini dikatakan yang kerap berulah dan membuat gaduh justru mereka yang masih berstatus tahanan. Mereka yang hukumannya tak sampai 1 tahun. 

“Justru yang narapidana adem-adem saja, tahanan yang suka buat ribut. Kalau temannya ke kamar mandi nanti barangnya diambil diam-diam. Malah ada tahanan yang  sudah 4 kali keluar masuk juga,” bebernya. 

Untuk blok ruangan sendiri dikatakan tidak semua tahanan sama. Saat ini ada beberapa ruangan mulai dari ruang karantina, ruang tahanan minimum, ruang tahanan medium, maximum, ruang tahanan Jaksa, ruang tahanan tipikor, blok wanita hingga kamar anak. 

Jumlah penghuni Lapas terakhir hingga Senin kemarin dikatakan berjumlah 394 dengan perincian, narapidana sebanyak 273 dan tahanan 12 orang sedangkan untuk tahanan anak-anak kini berjumlah 9 orang.  Hanya saja dari semua bentuk pengamanan ini dikatakan, upaya yang paling sering dipakai untuk kabur adalah dengan cara memanjat tembok dengan lebih dulu memotong kawat pagar. “Dulu itu pernah terjadi kawat pagarnya dipotong,” ucap Juwaini. 

Disinggung soal CCTV menurut Juwaini pihaknya sudah cukup lama mengajukan namun belum direalisasikan. Ia justru berharap ada bantuan dari pemerintah kota maupun pemerintah provinsi mengingat warga yang ditahan juga adalah warga Kota Jayapura. “Kalau Pemkot atau Pemprov mau bantu tentu kami sangat senang mengingat mereka juga warga kota,” imbuhnya. (abdel gamel naser/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR RI Minta Tim Independen Kaji Rencana Lapindo


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler