jpnn.com, JAKARTA - Fenomena purnama super atau Supermoon tiga kali berturut-turut terjadi di awal 2019. Yakni masing-masing pada purnama bulan Januari, Februari dan Maret. Hal tersebut disebabkan pada tahun ini bulan berada pada posisi perigee. Atau titik terdekat dengan bumi.
Berdasarkan analisi Badan Menteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada 21 Januari 2019, terjadi bulan merah atau Super Blood Moon yang dibarengi dengan gerhana bulan total sekitar pukul 12.16 WIB.
BACA JUGA: Makna di Balik Perayaan Festival Bulan Purnama
Kemudian pada 19 Februari 2019 bulan kembali berada di perigee 16.02 WIB hingga 22.53 WIB tanpa disertai gerhana bulan. Sementara pada bulan Maret, tepatnya tangal 21 Maret, matahari akan memasuki fase musim semi Ekuinok Vernal atau purnama ekuinok yang diperkirakan terjadi 04.59 hingga 08.42 WIB.
Deputi Meteorologi BMKG Herizal mengungkapkan bahwa Karena jarak yang lebih dekat, maka sinar bulan yang merupakan pantulan sinar matahari itu menjadi lebih kuat intensitasnya. ”Ini dikenal sebagai purnama perige atau purnama super (supermoon),” kata Herizal.
BACA JUGA: Anies Bakal Salat Gerhana di Masjid ini
Herizal menjelaskan, pada bulan Januari ini, purnama super akan terjadi pada 21 Jan 2019 pukul 12.16 WIB. Tepat 12.43 jam sesudah puncak purnama tersebut, atau pada 22 Januari 2019 pukul 02.59 WIB, bulan akan berada pada jarak 357.342 km dari Bumi.
Selain itu, pada purnama tersebut, terjadi peristiwa gerhana Bulan yang sayangnya tidak dapat diamati dari wilayah Indonesia. Gerhana ini hanya dapat diamati oleh pengamat di wilayah Eropa, Afrika, Amerika, dan sebagian kecil Asia bagian Timur Laut.
BACA JUGA: Gerhana Bulan dan Supermoon Berbahaya bagi Ibu Hamil?
”Dengan demikian, gerhana bulan tersebut dapat disebut sebagai gerhana bulan perige atau dikenal juga gerhana bulan super (supermoon),” kata Herizal.
Sebulan berikutnya, yaitu pada 19 Februari 2019 pukul 22.53 WIB, bulan akan kembali dalam fase purnama. Tepat 6.51 jam sebelumnya, atau pada 19 Februari 2019 pukul 16.02 WIB, bulan berada pada jarak 356.761 km dari Bumi.
Ini adalah posisi terdekat satelit alami bumi tersebut sepanjang tahun 2019. Jika cuaca cerah, kata Herizal, objek langit ini sangat baik untuk diamati detail permukaannya. Karena saat itu bulan akan lebih jelas teramati jika dibandingkan dengan saat bulan dalam posisi terjauh dari Bumi (Bulan di apoge), yang akan terjadi pada 14 September nanti.
Sementara itu, puncak purnama pada Maret terjadi pada 21 Maret 2019 pukul 08.42 WIB dan terjadi saat Bulan berada di 359.377 km dari Bumi. ”Mengingat pada 21 Maret 2019 ini, tepatnya pukul 04.59 WIB, posisi Matahari berada di equinox, purnama ini dapat disebut juga sebagai purnama equinox,” jelasnya.
Soal banjir rob atau air laut pasang, Herizal memperkirakan bahwa supermoon kali ini pengaruhnya lebih kecil dibanding saat Supermoon yang akan terjadi nanti pada bulan Februari dan Maret 2019.
”Kemungkinan juga akan lebih kecil efeknya dari pada yang pernah terjadi pada 2-4 Januari 2018 yang lalu. Karena saat itu juga dibarengi dengan fenomena gerhana total,” jelasnya. (tau)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerhana Bulan Total, Cantik Tapi Harus Waspada
Redaktur & Reporter : Soetomo