Supir Truk BBM Minta Pengawalan Bersenjata

Sabtu, 15 September 2012 – 11:05 WIB

MATARAM-Sekitar 50 orang sopir mobil tangki pengangkut bahan bakar minyak (BBM) menggelar aksi mogok, kemarin. Mereka meminta jaminan kepada pihak perusahaan dengan mendatangi Depo Pertamina di Ampenan. Aksi yang berlangsung sekitar pukul 09.00 wita membawa beragam tuntutan.

Namun, paling utama dari tuntutan itu, meminta pihak perusahaan agar memberikan pengawalan saat pendistribusian BBM ke sejumlah SPBU. Puluhan sopir ini mengadukan persoalan kepada perusahaan, karena sebelumnya rekannya yang lain pernah menjadi incaran warga. Para sopir kerap dihadang, dikejar, bahkan sampai disandera. ‘’Kita terus mendapat ancaman saat mendistribusikan BBM ini,’’ kata Hariyanto, salah seorang sopir yang pernah dihadang oknum tak bertanggungjawab di Kopang.

Menurutnya, Sabtu lalu dirinya yang hendak mendistribusikan BBM jenis solar ke Lombok Timur, tiba-tiba dihadang oleh sekelompok orang tak dikenal. Tanpa kompromi, sekelompok warga langsung menghadang dan mengancam dirinya. Di tengah ketidakberdayaan itu ia hanya pasrah, ia tidak mampu melawan warga yang dilengkapi dengan senjata tajam.

‘’Saya sempat lari dengan mobil itu, tapi tidak bisa lolos dari kejaran mereka. Mereka menghadang memakai mobil,’’ akunya saat menyampaikan keluh kesah di hadapan Ketua Hiswana Migas NTB. Tidak hanya Heriyanto, sopir lain Doli mengemukakan hal yang sama. Ia mengatakan, sejumlah sopir kerap mendapat ancaman dari sekelompok warga. Bahkan, tidak segan sopir-sopir diancam dengan senjata tajam.

‘’Ini yang kita khawatirkan, karena keselamatan kita terancam,’’ katanya. Dikatakan, kedatangan mereka ini untuk meminta jaminan keamanan dari pihak perusahaan. Karena, sebelumnya perusahaan belum bergerak untuk meminta pengawalan pada kepolisian. ‘’Kita jelas takut, kalau paksakan bawa solar tanpa ada pengawalan,’’ jelasnya.

Ia mengaku, saat ini mobil tangki jadi buruan sekelompok orang. Bahkan, sebelum berangkat dari pertamina ke SPBU, sekelompok orang itu lebih dulu mengintai.

Biasanya, mereka menghadang di tempat yang agak sepi. ‘’Udah lama, sejak kita angkut minyak tanah,’’ akunya. Menanggapi tuntutan itu, Ketua Hiswana Migas NTB, Nurdin Ending mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan aparat kepolisian. Karena, dalam tuntutannya, para sopir meminta agar ada pengawalan.

‘’Kita sudah minta pengawalan kepada polisi,’’ katanya, kemarin. Ia mengungkapkan, saat ini yang paling diburu sekelompok orang adalah solar. Diduga solar ini digunakan untuk omprongan tembakau. ‘’Memang dua minggu lalu ada kejadian. Kita akan sikapi tuntutan mereka ini,’’ ujarnya.

Sementara, Kabag Binops Pamobvit Polda NTB AKBP Ketut Gita mengatakan, pihaknya akan memberikan pengawalan setiap ada pendistribusian solar ke sejumlah daerah. Satu mobil tangki akan dikawal satu orang polisi. ‘’Polisi ini akan berangkat bersama para sopir,’’ katanya di hadapan para sopir.

Polisi yang mengawal pendistribusian itu akan dilengkapi dengan senjata. Karena, dari keluhan yang disampaikan para sopir, sekelompok orang kerap melayangkan ancamam, bahkan ada yang membawa senjata tajam.

‘’Selain itu, kita juga koordinasikan dengan Polsek-polsek,’’ pungkas Ketut Gita. Sementara itu, penasihat hukum para sopir mobil tangki H Muhammad Natsir SH mengaku sangat kecewa dengan perlakuan yang diterima beberapa sopir yang menjadi korban penghadadangan warga. Dalam proses hukum yang dijalani, sopir yang dirampok malah dijadikan tersangka.

Alasan dijadikan tersangka karena pihak perusahaan yang mempekerjakan sopir tangki tidak mau tahu dengan kejadian solar dirampok orang dan menuduh para sopir telah menghilangkan barang berupa solar yang dibawa dalam tangki.

‘’Ini kan aneh, sopir yang dirampok malah dijadikan tersangka. SedaNgkan orang yang merampok, padahal hanya enam tujuh orang dan orangnya itu-itu saja malah tidak bisa ditangkap. Ada apa ini,’’ katanya dengan nada tanya saat bersama para sopir yang melakukan aksi mogok di Depo Pertamina Ampenan.

Oji –sapaan H Muhammad Natsir SH yang juga Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Jihad Indonesia ini mendesak agar praktik hukum seperti ini dihentikan. Meminta pihak perusahaan untuk memberikan jaminan keamanan kepada sopir karena tugas sopir mobil tangki ini sangat beresiko tinggi.

Selain keamanan, Oji juga minta agar pihak perusahaan memperhatikan kesejahteraan para sopir. Saat ini, menurut para sopir, upah sekali antar BBM dengan berat 5 KL (5.000 liter) berkisar antar Rp 15-30 ribu tergantung lokasi. Jumlah ini sangat tidak sebanding dengan risiko yang dihadapi.‘’BBM ini bahan berbahaya,’’ kata Untung, salah satu sopir tangki.(mis/ita)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kejati Sulsel Tangkap Buron Korupsi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler