Suplai Terhambat, Harga Meningkat

Daging Ayam Segar

Sabtu, 14 Januari 2012 – 08:04 WIB

JAKARTA- Lonjakan permintaan tanpa diimbangi suplai, mengerek harga daging ayam segar hingga pertengahan Januari tahun ini. Berdasar data Kementerian Perdagangan tentang perkembangan harga barang kebutuhan pokok secara nasional ada kenaikan harga daging ayam hingga 9,19 persen. Harga rata-rata Desember tahun lalu tercatat Rp 24.320 per kg. Sedangkan, rata-rata Januari ini sudah menembus Rp 26.555 per kg.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo mengatakan, meningkatnya harga daging ayam segar tersebut dipicu beberapa faktor. Seperti, kenaikan permintaan di beberapa daerah. "Biasanya akhir pekan, Sabtu dan Minggu untuk acara perhelatan," ucapnya kemarin (13/1).

Selain itu, tingginya permintaan tidak diimbangi dengan suplai. Dikatakan, dari sisi suplai terganggu dan berdampak pada berkurangnya pasokan ke pasaran. Gunaryo menjelaskan, laporan di daerah menyatakan datangnya musim hujan memicu munculnya penyakit. "Hal ini mengganggu ternak ayam pedaging, sehingga pemotongan ayam pedaging berkurang," tutur dia.

Berdasar tren harian, terjadi kenaikan harga di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Kenaikan harga tidak sama antara daerah satu dengan lain. Di Jakarta, harga daging ayam segar meningkat 0,76 persen menjadi Rp 26.600 per kg. Sementara di Bandung, terjadi peningkatan 0,78 persen menjadi Rp 25.900 per kg dan di Surabaya naik 1,57 persen menjadi Rp 23.360 per kg.

Secara nasional, harga daging ayam segar harian cenderung mengalami fluktuasi. Rata-rata harga pada pekan pertama bulan ini Rp 26.094 per kg. Sedangkan, per tanggal 9 Januari lalu Rp 27.048 per kg, tanggal 10 Januari Rp 26.700 per kg, 11 Januari Rp 26.978 per kg dan 12 Januari Rp 27.151 per kg. Padahal, sepanjang tahun lalu harga daging ayam cenderung stabil antara Rp 23.000-25.000 per kg. Kenaikan signifikan hanya terjadi ketika menjelang lebaran yang mencapai Rp 26.000 per kg.

Dia melanjutkan, naiknya harga tersebut juga dipicu permasalahan lokal khususnya di Kalimantan. Dijelaskan, ada rumah pemotongan hewan (RPH) di Kalimantan yang direlokasi. Relokasi ke tempat baru tersebut relatif jauh dari lokasi RPH semula. "Dengan demikian, pedagang harus menghadapi konsekuensi tambahan ongkos dan waktu," urainya. (res/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Industri Telekomunikasi Genjot Peningkatan Jaringan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler