JAKARTA - Cemerlangnya perekonomian Indonesia membuat instrumen surat utang Indonesia diburu investor asing. Global bond pun laris manis diperebutkan para investor.
Juru Bicara Kementerian Keuangan Yudi Pramadi mengatakan, pekan lalu pemerintah melakukan transaksi penjualan Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi USD sebesar USD3 miliar di New York, AS. Namun, jumlah penawaran masuk atau order book menembus angka USD 12,5 miliar. "Jadi ada oversubscription sebesar 4,2 kali," ujarnya.
Yudi menyebut, global bond tersebut memiliki seri RI0423 dan RI0443. "Transaksi ini merupakan bagian dari Program Global Medium Term Noles (GMTN) Republik Indonesia yang akan menerbitkan surat utang hingga USD20 miliar," tambahnya.
Seri RI0423 senilai USD 1,5 miliar diterbitkan dengan tenor 10 tahun. Pemerintah mematok kupon sebesar 3,250 persen, yield 3,500 persen, dan tanggal jatuh tempo 15 April 2023.
Adapun seri RI0443 senilai USD 1,5 miliar diterbitkan dengan tenor 30 tahun. Pemerintah mematok kupon sebesar 4,625 persen, yield 4,750 persen, dan tanggal jatuh tempo 15 April 2043.
Menurut Yudi, pendistribusian untuk seri RI0423 adalah 20 persen untuk investor Eropa, 50 persen untuk investor AS, 17 persen untuk investor Asia, dan 13 persen untuk investor di Indonesia.
Adapun berdasarkan jenis investor, pengalokasian penawaran yang diterima kepada asset managers adalah sebesar 68 persen, bank 18 persen, asuransi/dana pensiun 11 persen, dan private banking 3 persen.
Sedangkan distribusi untuk seri RI0443 adalah sebesar 56 persen untuk investor AS, 27 persen untuk investor Eropa, 13 persen untuk investor Asia, dan 4 persen untuk investor di Indonesia.
Berdasarkan jenis investor, pengalokasian penawaran yang diterima kepada asset managers adalah sebesar 81 persen, bank 8 persen, asuransi/dana pensiun 9 persen, dan private banking 2 persen.
Di tengah krisis global yang membelit perekonomian dunia, lembaga pemeringkat memang banyak menurunkan rating negara, sehingga surat utang negara yang terimbas krisis pun banyak yang di down grade.
Namun, kata Yudi, Indonesia yang perekonomiannya terbukti tahan krisis, masih mendapat rating yang bagus. Sebagai gambaran, Indonesia memperoleh rating BBB- (stable) dari Fitch, BB+ (positive) dari S&P, dan Baa3 (stable) dari Moody"s. "Ini prestasi membanggakan yang harus terus ditingkatkan," ujarnya. (Owi)
Juru Bicara Kementerian Keuangan Yudi Pramadi mengatakan, pekan lalu pemerintah melakukan transaksi penjualan Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi USD sebesar USD3 miliar di New York, AS. Namun, jumlah penawaran masuk atau order book menembus angka USD 12,5 miliar. "Jadi ada oversubscription sebesar 4,2 kali," ujarnya.
Yudi menyebut, global bond tersebut memiliki seri RI0423 dan RI0443. "Transaksi ini merupakan bagian dari Program Global Medium Term Noles (GMTN) Republik Indonesia yang akan menerbitkan surat utang hingga USD20 miliar," tambahnya.
Seri RI0423 senilai USD 1,5 miliar diterbitkan dengan tenor 10 tahun. Pemerintah mematok kupon sebesar 3,250 persen, yield 3,500 persen, dan tanggal jatuh tempo 15 April 2023.
Adapun seri RI0443 senilai USD 1,5 miliar diterbitkan dengan tenor 30 tahun. Pemerintah mematok kupon sebesar 4,625 persen, yield 4,750 persen, dan tanggal jatuh tempo 15 April 2043.
Menurut Yudi, pendistribusian untuk seri RI0423 adalah 20 persen untuk investor Eropa, 50 persen untuk investor AS, 17 persen untuk investor Asia, dan 13 persen untuk investor di Indonesia.
Adapun berdasarkan jenis investor, pengalokasian penawaran yang diterima kepada asset managers adalah sebesar 68 persen, bank 18 persen, asuransi/dana pensiun 11 persen, dan private banking 3 persen.
Sedangkan distribusi untuk seri RI0443 adalah sebesar 56 persen untuk investor AS, 27 persen untuk investor Eropa, 13 persen untuk investor Asia, dan 4 persen untuk investor di Indonesia.
Berdasarkan jenis investor, pengalokasian penawaran yang diterima kepada asset managers adalah sebesar 81 persen, bank 8 persen, asuransi/dana pensiun 9 persen, dan private banking 2 persen.
Di tengah krisis global yang membelit perekonomian dunia, lembaga pemeringkat memang banyak menurunkan rating negara, sehingga surat utang negara yang terimbas krisis pun banyak yang di down grade.
Namun, kata Yudi, Indonesia yang perekonomiannya terbukti tahan krisis, masih mendapat rating yang bagus. Sebagai gambaran, Indonesia memperoleh rating BBB- (stable) dari Fitch, BB+ (positive) dari S&P, dan Baa3 (stable) dari Moody"s. "Ini prestasi membanggakan yang harus terus ditingkatkan," ujarnya. (Owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 4 Gubernur Segera Temui BPH Migas
Redaktur : Tim Redaksi