Surplus Neraca Dagang Turun, Defisit Transaksi Melebar

Senin, 14 Agustus 2017 – 07:39 WIB
Bank Indonesia. Foto: Ilana Adi Perdana/Jawa Pos.Com/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Defisit transaksi berjalan pada kuartal kedua 2017 tercatat USD 5 miliar atau setara dengan 1,96 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Angka itu meningkat dari kuartal pertama 2017 yang defisitnya hanya USD 2,4 miliar atau 0,98 persen dari PDB.

BACA JUGA: KRI Teluk Sabang Dukung Tim Ekspedisi Kas Kepulauan Bank Indonesia

Meski begitu, defisit masih lebih rendah jika dibandingkan pada kuartal kedua 2016 yang mencapai USD 5,2 miliar atau 2,25 dari PDB.

’’Defisit transaksi berjalan membesar seiring dengan menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas disertai meningkatnya defisit neraca jasa dan pendapatan primer,’’ kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman.

BACA JUGA: BI Sudah Siapkan Aggaran Redenominasi sejak Pemerintahan SBY

Penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas, lanjut dia, disebabkan melambatnya ekspor nonmigas.

Kondisi tersebut terjadi di tengah tingginya impor nonmigas, baik bahan baku maupun barang konsumsi, untuk memenuhi permintaan domestik selama bulan puasa dan Lebaran.

BACA JUGA: Mampukah Indonesia Ikuti Sukses Redenominasi Turki?

Sementara itu, meningkatnya defisit neraca jasa bersumber dari turunnya surplus jasa travel dan naiknya defisit neraca pendapatan primer akibat meningkatnya pembayaran dividen.

Itulah pola musiman. Peningkatan defisit transaksi berjalan tertahan oleh menurunnya defisit neraca perdagangan barang migas yang sejalan dengan turunnya harga dan volume impor minyak.

Menurut Agusman, perkembangan neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal kedua secara keseluruhan masih menunjukkan terpeliharanya keseimbangan eksternal perekonomian.

’’BI terus mewaspadai perkembangan global, khususnya risiko terkait dengan kebijakan bank sentral AS dan faktor geopolitik yang dapat memengaruhi kinerja neraca pembayaran secara keseluruhan,’’ ujarnya.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan, kinerja perdagangan migas masih dipengaruhi harga komoditas.

Harga komoditas mengalami kenaikan saat ini sehingga defisit diharapkan bisa mengecil.

’’Kuartal ketiga defisit bisa di 1,9–2 persen,’’ tutur Josua.

Namun, defisit sampai akhir 2017 diperkirakan mencapai 1,7 persen dari PDB. Defisit neraca jasa travel juga diprediksi menurun.

’’Defisit transaksi berjalan sampai akhir tahun bisa lebih kecil,’’ tandasnya. (rin/c14/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Good News, Peredaran Uang Palsu Turun Signifikan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler