jpnn.com, JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyalip Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam soal elektabilitas calon presiden untuk Pilpres 2024.
Sementara, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menempati posisi ketiga, mengungguli Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang berada di urutan keempat.
BACA JUGA: Ganjar, Puan, dan Kebodohan
Hal itu berdasar survei Center for Political Communication Studies (CPCS) yang diluncurkan di Jakarta, Rabu (20/10).
“Ganjar berhasil menyalip Prabowo dalam bursa calon presiden 2024,” kata Direktur CPCS Tri Okta sebagaimana dikutip dari siaran tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu.
BACA JUGA: Airlangga-Ganjar Pasangan Bernilai Tinggi, Meski Tanpa PDIP
Hasil survei CPCS itu menunjukkan tingkat elektabilitas Ganjar Pranowo sebesar 17,2 persen, sementara Prabowo Subianto 16,4 persen.
Gubernur Ridwan Kamil 13,5 persen, Anies Baswedan 8,5 persen, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Uno 7,5 persen.
BACA JUGA: Jamiluddin Anggap Wajar Elektabilitas Ganjar Lebih Tinggi dari Puan, Ini Alasannya
Tokoh-tokoh lain yang masih masuk dalam 10 besar, yaitu Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (5,2 persen), Menteri BUMN Erick Thohir (4,3 persen), Menteri Sosial Tri Rismaharini (4 persen), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (2,7 persen), dan Plt Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Giring Ganesha (2,1 persen).
Sementara itu, tingkat elektabilitas Ketua DPR Puan Maharani 1,8 persen, Menteri Koordinator Polhukkam Mahfud MD 1,5 persen, Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto 1,3 persen, eks Menteri KKP Susi Pudjiastuti 1,1 persen, dan Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko 1 persen.
“Sementara, Puan dan Airlangga masih bergerak di papan bawah, meskipun ada publikasi yang masif lewat pemasangan baliho di berbagai daerah,” kata dia.
Okta berpendapat dari hasil survei ini diketahui tren elektabilitas Prabowo cenderung turun, sedangkan Ganjar naik.
Walaupun demikian, peluang Ganjar maju jadi calon presiden masih terhambat oleh kompetisi di internal PDIP.
Sebab, sejauh ini PDIP cenderung menjagokan Puan Maharani.
Oleh karena itu, Okta mengusulkan PDIP sebaiknya mempertimbangkan kembali calon yang akan diusung untuk maju dalam Pilpres 2024.
“Jika berkaca dari kasus Joko Widodo pada 2014, PDIP harus mempertimbangkan pemilihan tokoh yang tepat untuk bisa memastikan kemenangan pada 2024,” terang Okta.
Meskipun PDIP berpeluang unggul dalam perolehan suara, kata Okta, partai itu masih menghadapi problem kontestasi dan masalah regenerasi kepemimpinan dalam internal partai.
Survei CPCS, yang berlangsung pada 5-15 Oktober 2021, melibatkan 1.200 responden dari berbagai wilayah di Indonesia. (antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Boy