Survei IPO: Masyarakat Yakin Anggaran Program Vaksinasi Nasional Dikorupsi

Sabtu, 14 Agustus 2021 – 19:50 WIB
Ilustrasi vaksinasi COVID-19. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia Political Opinion (IPO) memotret tingkat keyakinan masyarakat terhadap program vaksinasi nasional. Dari 1.200 responden, 75 persen orang percaya terhadap vaksinasi.

Hal itu terpotret dalam temuan survei IPO bertema "Refleksi Penanganan Pandemi dan Dampak Konstelasi Politik 2024".

BACA JUGA: Evaluasi PPKM, Menko Airlangga Minta Tracing dan Vaksinasi di Sulawesi Ditingkatkan

"Responden miliki keyakinan jika program vaksinasi dianggap tepat dan baik, dengan asumsi itu responden bersedia untuk mendapatkan vaksin 75 persen," ujar Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah saat memaparkan hasil surveinya dalam acara diskusi daring, Sabtu (14/8).

Dedi menguraikan, hal ini didasari pada sejumlah indikator, antara lain pemberitaan media (41 persen), imbauan pemerintah ( 45 persen), dan mengikuti tokoh agama (24 persen).

BACA JUGA: Muzani Memerintahkan Seluruh DPD Gerindra Bekerja Sama dengan Pemda Menggelar Vaksinasi

Meski begitu, Dedi menyatakan bahwa keyakinan publik soal korupsi anggaran program vaksinasi nasional, juga cukup tinggi.

Setidaknya, tercatat 53 persen responden menilai program vaksinasi dikorupsi dan hanya 21 persen yang dinyatakan bebas korupsi.

BACA JUGA: Percepat Herd Immunity, BIN Gelar Vaksinasi Keliling di Medan

"Soal keyakinan program vaksin bebas korupsi, sebagian besar responden tidak yakin," pungkasnya.

Metode survei yang dilakukan IPO, yaitu terlebih dulu menentukan sejumlah desa untuk menjadi sampel. Pada setiap desa terpilih akan dipilih secara acak, menggunakan random kish grid paper, sejumlah 5 RT.

Pada setiap RT dipilih 2 keluarga, dan setiap keluarga akan dipilih satu responden dengan pembagian laki-laki untuk kuesioner bernomor ganjil, perempuan untuk bernomor genap, sehingga total responden laki-laki dan perempuan pada pembagian 50:50. Pada tiap-tiap proses pemilihan selalu menggunakan alat bantu berupa lembar acak.

Metode ini memiliki pengukuran kesalahan (sampling error) 2,50 persen, dengan tingkat akurasi data 97 persen. Pengaturan pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling (MRS) atau pengambilan sampel bertingkat.

Survei ini mengambil representasi sampel sejumlah 1.200 responden yang tersebar proporsional secara nasional. Periode survei dilaksanakan pada 2-10 Agustus 2021. (tan/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : Adil
Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler