jpnn.com, BANDUNG - Hasil survei yang digelar Jaringan Survei Pemuda Pelajar (JSPP) yang bekerja sama dengan Rectoversi Institute menyatakan mayoritas warga Jawa Barat menginginkan Gubernur Jabar Ridwan Kamil maju di Pilpres 2024, baik itu sebagai calon presiden atau calon wakil presiden.
Direktur JSPP Muhamad Salman Ramdhani menjelaskan warga menilai sudah saatnya orang Jabar tampil di kancah nasional. “Adapun posisinya, menurut warga Jabar, menjadi calon presiden atau calon wakil presiden sama pentingnya,” kata Salman di Bandung, Jabar, Rabu (1/12).
BACA JUGA: Demo UMP, Buruh Jabar Ungkit Jasa Besar kepada Ridwan Kamil
Survei JSSP bekerja sama dengan Rectoverso Institute ini melibatkan 800 responden yang tersebar di 27 kabupaten/kota di Jabar. Pengambilan data yang dilakukan pada 18 November - 23 November.
Salman menjelaskan data yang diambil dari 800 responden ini menggambarkan kinerja Pemerintah Provinsi Jabar di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum di periode 2018-2023.
BACA JUGA: Said Iqbal: Ridwan Kamil Jangan Dipilih Lagi
Salah satu pertanyaan dalam kuisioner yang disebar ialah apakah setelah masa jabatan gubernur Jabar berakhir di 2023 nanti, warga Jabar menginginkan Ridwan Kamil untuk maju dalam Pilpres 2024 atau kembali menjadi gubernur untuk periode kedua.
Menurut Salman, sebanyak 28,99 persen menyarankan Ridwan Kamil menjadi gubernur untuk periode kedua.
BACA JUGA: Hanura Jabar Mendukung Ridwan Kamil jadi Capres 2024
Kemudian, 22,03 persen menyarankan Ridwan Kamil mengikuti kompetisi Pilpres 2024.
Lalu, 12,53 persen warga Jabar menyarankan Ridwan Kamil memilih keduanya, yakni mengikuti Pilpres 2024 dan maju sebagai gubernur untuk periode kedua.
Jadi, apabila dijumlahkan maka 34,56 persen responden menyarankan Ridwan Kamil mengikuti Pilpres 2024. “Adapun yang memilih tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 36,46 persen,” ujarnya.
Sementara itu, Salman melanjutkan, sebanyak 29,33 persen warga Jabar setuju apabila Ridwan Kamil maju sebagai cawapres. Kemudian, yang setuju Ridwan Kamil maju sebagai capres sebanyak 28,32 persen.
“Jadi, mengenai capres atau cawapres sama pentingnya. Terkait nanti siapa yang cocok menjadi pasangannya hal itu tergantung pada kapasitas, kekuatan politik, jaringan logistik, dan mungkin jumlah pengikut masing-masing," terangnya. (mcr27/jpnn)
Redaktur : Boy
Reporter : Nur Fidhiah Sabrina