Survei Pilkada Kota Malang: Belum Ada yang Aman

Senin, 28 Mei 2018 – 09:48 WIB
Survei Pilkada Kota Malang: Belum Ada yang Aman. Radar Malang/JPNN.com

jpnn.com, MALANG - Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Brawijaya menggelar survei Pilkada Kota Malang, Jawa Timur pada April 2018 jelang Pilkada Serentak yang akan digelar 27 Juni 2018.

Hasilnya, tidak ada elektabilitas pasangan calon yang dominan.

BACA JUGA: Problem E-KTP, NTT Tunda Penetapan

Semua pasangan calon (paslon) yang bertarung dalam pilwali Malang 2018 punya kans menang, asalkan mampu menggerogoti suara lawan.

Meski saat ini elektabilitas pasangan calon wali kota - calon wakil wali kota (cawali-cawawali) Sutiaji - Sofyan Edi Jarwoko (Sae) sudah unggul, tapi posisinya belum aman.

BACA JUGA: Kadis Dukcapil Dilarang Tanda Tangan Berkas Rapat

Dari tiga paslon yang bertarung pada pilwali 27 Juni 2018 mendatang, semuanya punya basis massa yang tidak loyal. Pasangan Ya’qud Ananda Gudban - Ahmad Wanedi (Menawan) misalnya.

Dari sebanyak 400 responden yang disurvei, hanya 35,5 pendukung Menawan yang loyal. Sisanya atau 34,8 persen mengaku pilihannya bisa berubah ke paslon lain.

BACA JUGA: Calon Kepala Daerah Jadi Tersangka Tak Ganggu Pilkada

Demikian juga paslon Moch. Anton-Syamsul Mahmud (Asik) yang punya 49,5 persen pendukung loyal. Sedangkan pendukung yang tidak loyal mencapai 36,5 persen. Di sisi lain, pasangan Sae punya 35,3 persen pendukung loyal dan 31 persen pendukung tidak loyal.

Pendukung tidak loyal itulah yang menjadi sasaran paslon lawan. ”Pendukung tidak loyal ini berpotensi dipengaruhi agar mengubah dukungannya ke paslon lain. Atau, minimal diupayakan agar golput (tidak menggunakan hak suaranya),” ujar anggota tim survei Prodi Ilmu Politik FISIP UB Ahmad Hasan Ubaid SIP MIP seperti yang dilansir Radar Malang (Jawa Pos Group), Minggu (27/5).

Menurut Hasan, ada tiga kemungkinan jika pendukung tidak loyal tersebut dipengaruhi tim lawan. Yakni, mengalihkan dukungannya ke paslon lain, memilih golput, atau tetap.

”Yang bisa mengubah sikap pemilih tidak loyal adalah figur paslon dan program yang ditawarkan kepada masyarakat,” tambah dosen Ilmu Politik UB itu.

Untuk itu, Hasan menyarankan timses (tim sukses) masing-masing paslon mengampanyekan program yang sesuai kebutuhan masyarakat. Khususnya, kebutuhan calon pemilih tidak loyal yang menjadi sasaran.

Sebaliknya, timses yang ingin mempertahankan basis dukungan agar tidak berkurang, sebaiknya memahami kondisi pendukung. Sesuai hasil survei dengan responden merata di lima kecamatan, masing-masing cawali mempunyai keunggulan di mata pendukungnya. Nanda –panggilan Ya’qud Ananda Gudban– misalnya, disukai pendukungnya karena sikapnya ramah dan piawai mendekati masyarakat. Banyak di antara responden yang mendukung Nanda merasa dekat secara pribadi. Dua keunggulan tersebut paling menonjol, meski ada beberapa kelebihan lainnya.

Sementara untuk incumbent Moch. Anton, keunggulannya yang paling menonjol di mata pendukungnya adalah popularitas dan pengalamannya di pemerintahan. Para pendukung wali kota (nonaktif) itu menjatuhkan pilihannya karena Anton paling populer. Di lain pihak, Sutiaji dinilai jujur, bersih, dan tidak tersangkut kasus korupsi.

Dalam kesempatan itu, Hasan juga mengungkapkan adanya pergeseran perilaku pemilih. Sebelum tahun 2009, perilaku pemilih bisa dipengaruhi tokoh tertentu. Misalnya, ketua RT, lurah, camat, termasuk tokoh masyarakat. Tapi, setelah tahun 2009, masyarakat lebih suka mengenal langsung calon pemimpinnya.

”Maka, strategi yang pas adalah blusukan. Tentu, programnya juga harus bagus,” kata Hasan.

Seperti diberitakan, survei Prodi Ilmu Politik FISIP UB mengungkap elektabilitas pasangan Sae tertinggi dengan angka 28,3 persen. Lawannya, pasangan Asik memperoleh 26,5 persen, dan Menawan 8,8 persen. Sisanya, sekitar 4 persen, tidak memilih, dan 32,5 persen tidak menjawab pertanyaan yang diajukan tim survei.

Di lain pihak, pakar politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Wahyudi Winarjo MSi mempunyai pandangan berbeda.

”Strong voters (pemilih loyal) juga masih bisa dipengaruhi isu fundamental. Misalnya, track record calon atau isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan),” kata Wahyudi.

Dia mencontohkan pilgub DKI Jakarta 2017 lalu. Mulanya, cagub Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok selalu unggul dalam setiap survei. Belakangan suaranya rontok setelah diterpa isu SARA, yakni penistaan agama.

Wahyudi menambahkan, masyarakat Malang masih menunggu perkembangan kasus dugaan korupsi pembahasan APBD-P 2015 yang menyeret Anton dan Nanda. Kata dia, masyarakat masih bertanya apakah kasus tersebut nantinya juga akan menyeret Sutiaji atau tidak.

”Dalam banyak diskusi, masyarakat masih bertanya apakah Wakil Wali Kota Malang (nonaktif) 2013–2018 (Sutiaji) juga akan terseret,” jelasnya.

Sementara terkait hasil survei Prodi Ilmu Politik UB, Wahyudi menyebut validitas survei bisa dipertanggungjawabkan asalkan tidak ada penggiringan. Survei independen dengan motif ingin mengetahui saja, menurutnya, dekat dengan kebenaran.

”Kadang terjadi bias dalam penetapan responden. Surveyor tidak taat metodologi, meremehkan petunjuk metodologi, asal dapat hasil. Ini yang tidak boleh,” kata wakil direktur II Pascasarjana UMM itu.

Terpisah, juru bicara timses Menawan Dito Arief menegaskan, pihaknya sudah diinstruksikan untuk kembali ke partai masing-masing. Untuk diketahui, partai pengusung Menawan adalah PDIP, Hanura, PAN, PPP, dan didukung Nasdem.

”Kami sudah diminta kembali ke partai dan mengamankan suara masing-masing,” tegasnya.

Instruksi tersebut, kata Dito, bukan tanpa alasan. Kembalinya timses ke partai dilakukan agar pundi-pundi suara partai tidak hilang. Dia mengklaim Menawan sudah mempunyai 150 ribu suara. Itu berdasarkan surve internal Menawan pada April lalu.

”Sangat ketat, namun survei kami membeberkan 50 persen warga Kota Malang memilih golput,” kata politikus PAN itu.

Maka, mengamankan suara di partai masing-masing adalah logis. Apalagi, kata dia, Menawan tempat berkumpulnya partai besar. Selain suara partai, kata dia, pihaknya yakin suaranya aman karena ada simpatisan, relawan, Ansor, dan muslimat NU.

”Kami juga tidak tidur. Silent operation juga kami lakukan, meraup suara dari lawan,” ucapnya lantas tersenyum.

Dito mengklaim timnya berhasil menggerogoti suara paslon lawan. Hal itu diyakini tak lepas dari keunikan peta pilwali Malang. Pundi-pundi suara dari salah satu paslon lawan, menurutnya, akan susut karena sudah telanjur kecewa.

”Tingginya angka golput kami yakini datang dari gelembung suara petahana (Asik). Sulit suara itu diambil karena pemilik suara benar-benar kecewa. Maka, realistis kami mempertahankan suara kami sendiri,” terang jubir tim paslon nomor urut satu itu.

Sedangkan juru bicara Asik, paslon nomor urut 2, Arief Wahyudi tidak mau survei ini hanya dijadikan bahan bacaan. Dia menegaskan, survei semacam ini akan dijadikan acuan untuk terus berpacu dalam kontestasi. Anton yang masih menempatkan dirinya sebagai pendulang suara loyal tertinggi dibanding calon lain, kata Arief, sesuai dengan kenyataan di lapangan.

”Riilnya, loyalitas pemilih Anton masih utuh, karena pemilih tradisional sudah mengenal kebaikan Abah Anton. Banyak prestasinya,” ucapnya.

Politikus PKB itu mengklaim, hanya segelintir kadernya yang membelot. Mereka dianggap bukan kader militan di PKB karena suka ”melompat-lompat”. ”Memang ada kader yang pindah menjadi tim sukses lawan, tapi itu sedikit saja,” paparnya.

Bahkan, survei internal Asik, kata Arief, memperlihatkan merapatnya pendukung Menawan dan Sae ke timnya. Menurut Arief, itu karena Asik selalu apa adanya dalam menyampaikan pesan dan janji kepada masyarakat.

Ditanya berapa angka dari pendukung paslon lain yang merapat, dia menyebut, mereka merupakan kelompok-kelompok dan komunitas. ”Alasannya sederhana, karena kami selalu apa adanya,” tandasnya.

Sedangkan juru bicara Sae, Zaini Nasiruddin, menegaskan, Sutiaji dan Sofyan Edi terus bekerja hingga saat ini. Begitu juga, tim suksesnya tidak mau kalah dan akan berjuang hingga detik terakhir. Apalagi, suara pemilih loyal dari ketiga paslon tidak terpaut jauh.

”Kami akan manfaatkan detik-detik akhir ini,” ujarnya.

Zaini menegaskan, persentase suara Sae akan utuh. Justru, dia mengklaim suara pendukung lawan akan merapat ke timnya. ”Karena situasi memungkinkan pemilih itu sendiri memilih Sae,” ucapnya. (radarmalang/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Pilkada Serentak, Kapolri Gandeng Cipayung Plus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler