jpnn.com, JAKARTA - Varian instrumen investasi dewasa ini kian beragam. Mulai dari, reksadana, emas, saham, deposito, hingga properti. Dari tahun ke tahun, kesadaran masyarakat berikut nilai investasi terus bertambah. Setidaknya hingga awal 2020.
Sayangnya, pandemi COVID-19 yang sudah setahun berlangsung memberi pukulan telak terhadap iklim investasi di tanah air. Bahkan ada yang langsung berubah 180 derajat karena terkena PHK, bisnis yang mandek, batalnya rencana liburan serta sejumlah faktor lainnya.
BACA JUGA: Ini Cara Mewujudkan Peluang Emas Investasi di 2021untuk Kaum Millenial
Melihat apa yang terjadi saat ini, penting untuk kembali melihat strategi investasi. Populix, platform market research yang menjadi rujukan pelaku usaha dalam mencari tahu kebutuhan pasar dengan jutaan responden di berbagai wilayah di Indonesia, melakukan survei terkait tren investasi yang akan berlangsung sepanjang 2021.
Dari 3070 responden, istilah investasi sudah cukup populer di kalangan masyarakat. Setidaknya, 8 dari 10 orang di Indonesia sudah pernah mendengar dan tahu apa itu investasi.
BACA JUGA: Info Terkini dari Bareskrim Soal Kasus Investasi Bodong Jouska
Sayangnya, dari seluruh responden tidak sampai setengahnya yang mulai berinvestasi pada awal tahun ini. Hanya 44 persen responden yang bisa melihat peluang di tengah ekonomi yang belum juga membaik akibat badai pandemi COVID-19.
Sementara, pilihan instrumen investasi yang saat ini paling digemari masih jatuh pada Reksadana dan Emas. Jumlahnya 37 dan 29 persen dari total pilihan responden. Saham, Deposito dan Properti masih tertinggal cukup jauh dan hanya berbagi angka 16, 12 dan 4 persen responden.
BACA JUGA: Hadi Purwanto Yakin Pelantikan Kapolri Baru Akan Berdampak pada Kenyamanan Beragama dan Investasi
“Reksadana banyak digemari kalangan anak muda. Jenis investasi ini dianggap cocok untuk investor pemula dengan modal yang tidak terlalu besar dan memiliki resiko rendah. Sedangkan Emas, Deposito dan Properti, sambung Jessica, lebih banyak dipilih oleh mereka yang berusia diatas 30 tahun,” ungkap Jessica Gautama, Head of Marketing Populix dalam keterangan resminya belum lama ini.
Cukup menarik ketika melihat lebih dalam ke tujuan orang berinvestasi. Mayoritas tujuan orang berinvestasi, sebanyak 32 persen responden, adalah untuk tujuan tertentu seperti menikah, pendidikan dan kebutuhan keluarga lainnya. Sementara 29 persen lainnya, berinvestasi untuk memiliki sumber pendapatan tambahan.
Jumlah dana yang dialokasikan untuk investasi masih terbilang rendah. Sebanyak 72 persen responden mengaku mengalokasikan 1-10 persen penghasilan yang didapatkannya selama sebulan untuk berinvestasi. Hanya 7 persen responden saja yang mengalokasikan di atas 20 persen pendapatan bulanannya.
Uniknya, tren investasi via aplikasi meningkat. Ditandai dengan semakin beragamnya aplikasi investasi yang bisa diunduh gratis. Bibit menjadi aplikasi investasi terdepan dengan perolehan 44 persen responden. Di belakangnya ada Bareksa, Ajaib, IPOT dan Tanamduit yang berbagi angka 10, 9, 9 dan 8 persen pilihan responden.
“Sebanyak 51 persen responden memilih aplikasi investasi yang telah terdaftar di OJK. Sementara pertimbangan lainnya dalam memilih aplikasi investasi karena tertarik pada imbal hasil, fitur menarik dan promo,” kata Jessica.
Dalam memilih dan aplikasi investasi, sambung Jessica, sebaiknya mengumpulkan data dan melakukan survei terlebih dahulu. Jangan sampai berujung pada investasi bodong yang hingga kini masih banyak ditemui. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil