jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat kalangan menengah menjadi golongan yang paling optimistis menghadapi new normal.
Sementara itu, masyarakat kalangan bawah menjadi golongan paling pesimistis.
BACA JUGA: Strategi Digibank by DBS Dorong Nasabah Berinvestasi di Era New Normal Â
“Hal ini dapat terjadi karena faktor tingkat kesejahteraan yang masih rendah serta terbatasnya akses layanan kesehatan," kata Chief Operating Officer (COO) Populix Eileen Kamtawijoyo, Selasa (28/7).
Berdasarkan survei Populix, sebanyak 97 persen responden mengaku rutin mengenakan masker.
BACA JUGA: Perusahaan asal Tiongkok Luncurkan 3 Produk untuk Mendukung New Normal
Sementara itu, sebanyak 87 persen responden menggunakan hand sanitizer.
"Badan kesehatan dunia menganjurkan setiap orang untuk menggunakan masker karena dinilai ampuh menurunkan potensi penularan covid-19 hingga 75 persen," ungkapnya.
Di kalangan pekerja, 88 persen menyatakan perusahaannya mewajibkan pemakaian masker selama bekerja dan di perjalanan.
Di sisi lain, masyarakat kalangan bawah lebih jarang memakai masker.
Survei tersebut juga mengungkap terdapat 81 persen perusahaan yang secara ketat melakukan pembatasan jarak fisik.
Sementara itu, upaya mengurangi kerumunan juga diatasi lewat mekanisme shift jam kerja yang telah diberlakukan 58 persen perusahaan.
"Temuan lainnya, 43 persen perusahaan telah membuat skema pengurangan bekerja di kantor," ujarnya.
Populix juga mengukur perubahan tingkat kekhawatiran masyarakat periode April-Juni dengan skala 1-10.
Makin tinggi skala menunjukkan kian tinggi pula tingkat kekhawatiran masyarakat.
Hasilnya, ada penurunan tingkat kekhawatiran pada April dari skala 8,1 menjadi 7,6 pada Juni 2020. "
Adaptasi kebiasaan baru yang ada di depan mata menjadi skenario baru yang diusung untuk memulihkan perekonomian," ujarnya. (jos/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Ragil