jpnn.com, JAKARTA - Hasil survei terbaru Cyrus Network menemukan bahwa Ma'ruf Amin ialah sosok yang paling merepresentasikan umat Islam di antara para pasangan calon presiden dan calon wakil presiden 2019. Sebanyak 63,1 persen responden Cyrus Network mengatakan, Ma'ruf mewakili umat muslim.
“Kalau di antara sosok capres-cawapres itu, Ma'ruf dikenal paling Islami,” Chief Executive Officer (CEO) Cyrus Network Hasan Nasbi ditemui di Jakarta Pusat, Kamis (28/2/2019).
BACA JUGA: Doakan Zukifli Hasan, Kiai Maruf: Dia Teman Saya
Tepat di bawah Ma'ruf, publik menganggap Joko Widodo lekat dengan umat muslim. Dalam survei Cyrus Network, Jokowi mengantungi 15,2 suara responden.
"Selanjutnya, Prabowo sebesar 10,2 persen dan Sandiaga sebesar 4,2 persen yang dianggap publik lekat umat Islam. Sisanya 7,4 persen tidak menjawab," lanjut Nasbi.
BACA JUGA: Kiai Maruf Bakar Semangat Pelaku Usaha di NU Expo
Untuk diketahui, Survei Cyrus Network ini dilakukan pada 18 hingga 23 Januari 2019 melalui metode wawancara tatap muka. Total 1.230 orang ditanyai dalam survei ini dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dengan margin of error 3 persen.
Dari temuan itu, kata Nasbi, Jokowi tidak perlu sibuk menjalankan manuver politik ke kalangan pesantren. Capres petahana itu bakal meraup suara besar dari kalangan muslim.
BACA JUGA: Hasil Survei Elektabilitas Capres â Cawapres, Selisih Makin Jauh
"Saran saya diubah saja kampanyenya. Ceruk pemilih muslim diserahkan saja ke Ma'ruf Amin," ungkap dia.
Selain itu, kata Nasbi, responden menganggap Ma'ruf paling mumpuni menjadi imam salat dengan persentase 76,5.
"Di bawah Ma'ruf, berturut-turut Jokowi sebesar 8,3 persen, Prabowo 7,7 persen, dan Sandiaga sebesar 2,7 persen," terang Nasbi.
Temuan lain Cyrus Network, di antara sosok capres-cawapres yang paling baik bacaan imam salat yakni Ma'ruf dengan 77,6 persen, Jokowi dengan 5,8 persen, Prabowo dengan 5,5 persen, Sandiaga dengan 2,1 persen, dan sisanya 9,1 persen tidak menjawab.(mg10/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita Kang Dedi Dibela Kiai Maruf saat FPI Menghujat
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan