Survei Terkini, Elektabilitas PKS Tertinggi, Gerindra? Duh

Senin, 30 November 2020 – 16:10 WIB
Pangi Syarwi Chaniago. Foto: dokumen JPNN.Com/Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Survei terbaru Voxpol Center Reseach and Consulting di Sumatera Barat (Sumbar) menunjukkan dominasi Partai Keadilan Sejahtera atau PKS.

Hasil survei tersebut memperlihatkan elektabilitas partai yang kini dipimpin Ahmad Syaikhu melejit, jauh di atas Partai Gerindra yang dipimpin oleh Prabowo Subianto.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Gerindra Minta Maaf pada Jokowi, Rizieq Shihab Menolak Swab Test, Kapolri Bertindak

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago dalam keterangan resminya, Senin (30/11) mengatakan, pengukuran tingkat elektabilitas partai politik ini dilakukan lembaganya menjelang pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar.

“Temuan pokok dan analisis hasil survei, Partai Keadilan Sejahtera saat ini unggul di Sumatera Barat," ucap Pangi.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Peringatkan Dua Provinsi, Salah Satunya DKI Jakarta

Dia menjelaskan, berdasarkan survei yang dilakukan, elektabilitas partai politik jelang Pilgub Sumbar mengalami pergeseran cukup tajam.

Di mana, elektabilitas PKS kini memimpin dengan perolehan 20,3 persen. Disusul kemudian oleh Partai Gerindra pada peringkat kedua sebesar 13,8 persen.

BACA JUGA: Patung Yesus Tertinggi Dunia Bakal Berdiri di Kabupaten Ini

Berikutnya berturut-turut ada Partai Demokrat (12,4 persen), Partai Golkar (5,8 persen), PAN (5,0 persen), Nasdem (4,8 persen), PKB (3,1 persen), PDIP (2,0 persen), lainnya 2,9 persen. Tidak memilih 0,3 persen, rahasia 13,6 persen dan tidak tahu/tidak jawab 16,0 persen.

Pangi mengatakan, pergeseran suara pemilih partai politik di Sumbar berkorelasi linear dengan perkembangan isu-isu politik nasional yang berpengaruh terhadap paprol yang tergabung dalam koalisi pemerintah.

"Belakangan ini cenderung kebijakannya (pemerintah-red) tidak populis berujung pada sintemen negatif, yang punya dampak langsung mendowngrade citra serta elektabilitas partai di daerah tersebut," ungkap Pangi.

Pada saat yang sama, kata analis politik asal Padang ini, partai yang selama ini kebijakannya berseberangan pemerintah, cukup berhasil memanfaatkan momentum.

Parpol nonpemerintah dianggap mampu mengelola sintemen rakyat, sehingga mendapatkan bonus insentif elektoral yang cukup berlimpah seperti yang dialami PKS dan Partai Demokrat.

"Namun salah satu yang menggerus elektabilitas Gerindra yang selama ini kuat di Sumatera Barat adalah sikap politik Gerindra banting stir bergabung pada pemerintahan Jokowi dengan menempatkan Prabowo Subianto sebagai menteri pertahanan," tutur Pangi.

Sementara itu, kata pengamat yang beken disapa dengan panggilan Ipang ini, hasil survei yang menunjukkan pergeseran elektabilitas partai politik di Sumbar, tidak akan punya korelasi positif terhadap pemilihan gubernur 9 Desember mendatang.

Hipotesisnya, kata Ipang, sebagian mengatakan bahwa pengaruh figur kandidat-lah yang justru lebih dominan memengaruhi pemilih di dalam memutuskan pilihan politiknya.

"Bagaimanapun, dampak psikologisnya sangat besar terutama bagi partai yang berbasis kader seperti PKS, paling tidak pemicu kencangnya pergerakan mesin partai yang panas di ujung (injure time), seperti kasus pilkada di Jawa Barat," jelasnya.

Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri tergerusnya elektabilitas Partai Gerindra juga akan sedikit banyaknya berdampak terhadap kandidat yang diusungnya di Pilkada Sumbar.

"Apalagi pasangan cagub-cawagubnya hanya pakai satu mesin, diusung Partai Gerindra sendiri, tanpa berkoalisi. Tentu tidak akan punya tambahan dukungan insentif elektoral dari partai lain," pungkas Ipang.

Survei Voxpol Center Reseach and Consulting ini dilakukan pada 2-12 November 2020, mengunakan metode multistage random sampling dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar 3,47 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Populasi survei ini adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di 19 kota atau kabupaten di Sumbar dan telah mempunyai hak pilih, yaitu berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah ketika dilakukan survei.

Jumlah responden dalam survei ini sebanyak 800 orang yang diambil secara proporsional berimbang antara laki-laki dan perempuan.

Setiap responden yang terpilih dilakukan wawancara dengan metode tatap muka (face to face) oleh surveyor profesional.

Survei dilakukan quality control sebanyak 20 persen dari total jumlah sampel secara acak (random), dengan cara mendatangi kembali responden terpilih dan mengkonfirmasi ulang responden terpilih (hot spot checking).(ast/jpnn)


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler