jpnn.com - JAKARTA - Voxpopuli Research Center Prijo merilis hasil survei terbaru yang salah satunya terkait elektabilitas partai politik.
Peneliti senior Voxpopuli Research Center Prijo Wasono mengatakan persaingan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dalam memperebutkan elektabilitas tertinggi, makin ketat.
BACA JUGA: Survei Terbaru SMRC: Ganjar-Ridwan Kamil Mengungguli Prabowo-Erick Thohir dan Anies-Muhaimin
Sementara elektabilitas partai-partai lain masih stabil.
Dari hasil survei Voxpopuli Research Center yang dirilis di Jakarta, Jumat (15/9), PDIP masih mempertahankan peringkat pertama dengan elektabilitas 17,4 persen, disusul Gerindra 17,0 persen.
BACA JUGA: Survei Dialektika Institute: Elektabilitas Yenny Tertinggi di Basis NU
"Persaingan PDIP dan Gerindra makin ketat, sedangkan partai-partai lain masih stabil elektabilitasnya," kata Prijo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (15/9).
Prijo mengatakan elektabilitas PDIP belum sepenuhnya pulih ke posisi seperti awal tahun setelah sempat merosot seusai heboh Piala Dunia U-20. Sebaliknya, Gerindra masih menikmati lonjakan elektabilitas dan terus mendekati posisi PDIP.
BACA JUGA: Hasil Survei Terbaru: 2 Nama, Elektabilitas Anies Baswedan 26%
Menurut Prijo, ketatnya persaingan dua partai besar pendukung pemerintah itu menunjukkan bekerjanya coattail effect (kecenderungan seorang pemimpin partai politik populer untuk menarik suara kandidat lain) dari pencapresan.
"Menguatnya elektabilitas Prabowo Subianto disertai dengan kenaikan signifikan Gerindra sebagai partai utama pengusung menteri pertahanan itu," ungkap Prijo.
Dia mengatakan bahwa elektabilitas Gerindra yang semula terpaut hingga 5 persen dengan PDIP, kini kian ketat menempel partai berlambang kepala banteng moncong putih yang mengusung Ganjar Pranowo. "Anjloknya elektabilitas Ganjar pada survei bulan April memerlukan pemulihan berbulan-bulan dan berdampak pada stagnannya PDIP," katanya.
PDIP dan Gerindra kini menjadi poros utama yang berpeluang membentuk poros koalisi yang saling berhadapan pada Pilpres 2024. Kini, Ganjar didukung oleh koalisi yang terdiri atas PDIP dan PPP serta sejumlah partai non-parlemen, yakni Perindo dan Hanura.
Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo beranggotakan Partai Gerindra, Partai Golkar, dan PAN, serta sisanya juga partai-partai baru dan non-parlemen.
Di kubu Koalisi Perubahan pengusung Anies Baswedan, terjadi perpecahan karena Partai Demokrat keluar setelah memprotes masuknya PKB dan dipilihnya Muhaimin Iskandar sebagai bakal cawapres pendamping Anies.
"Sejak deklarasi Anies oleh Nasdem pada tahun lalu, Demokrat bersikeras mengajukan Ketua Umumnya Agus Harimurti Yudhoyono sebagai cawapres, dengan harapan bisa mendapatkan coattail effect dari pilpres," tuturnya.
Keputusan Partai Demokrat hengkang dari koalisi menyisakan pilihan untuk bergabung dengan kubu Prabowo atau Ganjar. "Ketatnya persaingan bursa cawapres pada kedua kubu membuat Demokrat tampak tidak lagi ngotot menawarkan AHY sebagai cawapres, lanjut Prijo.
Tanpa figur AHY sebagai sosok cawapres, Demokrat harus berjibaku untuk mempertahankan perolehan suaranya pada pemilu mendatang. Prijo menambahkan elektabilitas partai-partai di luar poros PDIP dan Gerindra cenderung stabil, tetapi memasuki musim kampanye bisa terjadi dinamika.
Survei Voxpopuli Research Center dilakukan pada 1-7 September 2023, kepada 1.200 responden yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling) mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Margin of error survei sebesar 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Berikut adalah hasil lengkap elektabilitas partai-partai politik:
PDIP 17,4 persen
Gerindra 17,0 persen
Golkar 8,1 persen
PKB 7,6 persen
Demokrat 6,3 persen
PSI 6,0 persen
PKS 4,2 persen
PAN 2,7 persen
PPP 2,5 persen
Nasdem 2,4 persen
Perindo 1,8 persen
Gelora 1,0 persen
PBB 0,8 persen
Ummat 0,6 persen
Hanura 0,2 persen
PKN 0,1 persen
Garuda 0,0 persen
Buruh 0,0 persen
Tidak tahu/tidak menjawab 21,3 persen. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi