JAKARTA - PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) tidak membagi dividen. Manajemen lebih berkonsentrasi mengembangkan ekspansi bisnis. Karena itu, laba yang diperoleh sepanjang 2011 bakal dimaksimalkan memperkuat struktur dan permodalan perseroan. ”Kami pastikan pengembangan perseroan dari sisi bisnis dan manajemen lebih diutamakan,” tutur Garibaldi Thohir, Direktur Utama Surya Esa, di Jakarta, Selasa (29/5).
Memang sepanjang 2011 perseroan meraup laba bersih Rp 98,713 miliar. Kondisi itu meningkat 15,25 persen dari tahun sebelumnya di kisaran Rp 85,653 miliar. Dari total laba bersih itu sebesar Rp 713.405.783 dialokasikan sebagai cadangan sebagaimana diatur dalam pasal 70 UU No. 40 Tahun 2007, tentang perseroan terbatas. Sementara sebesar Rp 98 juta akan dimasukkan sebagai laba ditahan.
Karena itu, perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar USD 3-5 juta. Anggaran capex itu akan dipakai untuk permodalan produksi gas. Sejumlah mesin tua akan diganti mesin dengan teknologi baru. Peremajaan itu diharap meningkatkan kemampuan ekstrasi mesin ke level 90 persen dari saat ini di kisaran 60 persen,” tukas Kanishk Laroya, Corporate Secretary & Head of Investor Relations.
Kanishk menyebut dana itu sebagian akan diambilkan dari kas internal dan sebagian lagi dari pinjaman perbankan. Beberapa perbankan yang akan dioptimalkan untuk mendapatkan pinjaman adalah perbankan luar negeri seperti dari Hongkong, Jepang, Australia dan Amerika Serikat (AS).
Perseroan bakal melakukan ekspansi ke industri amoniak dengan memanfaatkan gas bumi dari Blok Senoro-Toili (Donggi¬Senoro) melalui anak usahanya, PT Panca Amara Utama. Opsi itu diambil menyusul industri amoniak punya prospek yang sangat menjanjikan. ”Kami rasa amoniak bakal menjelma sebagai penunjang industri pangan nasional di masa depan," ucapnya.
Surya Esa merupakan perusahaan pengolah gas bumi menjadi LPG. Saat ini tercatat memiliki kilang LPG swasta terbesar kedua di Indonesia. Pada 2011, perseroan mencatat penjualan Rp 371 miliar, naik 19,96 persen dari tahun sebelumnya Rp 310,022 miliar. Dalam RUPST kemarin, para pemegang saham merestui pengangkatan Hamid Awaludin sebagai Komisaris Utama dan Komisaris Independen, menggantikan Alm. Dibyo Widodo. (far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Dorong Program Swasembada Susu
Redaktur : Tim Redaksi