jpnn.com, SURABAYA - Dengan hati-hati Cara McShane menebalkan garis di atas selembar kain dengan canting yang sudah dicelupkan lilin panas. Siswi Mundaring Christian College itu terlihat enjoy. Cara tidak sendiri, karena ada 17 temannya yang datang dari Australia yang ikut belajar membatik di Sekolah Kristen Elyon kemarin.
''Oh my God, difficult, but I love it,'' ujarnya sambil tersenyum. Dia mengaku sulit meratakan ketebalan lilin. Di sampingnya, Jessica Deboer juga terlihat antusias menyelesaikan bunga bercampur motif rumput yang dia buat sebelumnya. Jessica berkali-kali tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala. ''Difficult, because this is the first time for me (Sulit, karena ini pengalaman pertama buat saya, Red),'' katanya.
Sebelumnya, mereka mendapat penjelasan singkat dari Ketua Komunitas Batik Jawa Timur Prima Amri. Setelah itu, semua siswa yang terlibat, baik dari Mundaring Christian College maupun Elyon, diberi selembar kain untuk praktik langsung. Motifnya bebas, terserah keinginan mereka. Setelah mencanting, mereka masuk ke proses pewarnaan. Kain dijemur sebentar, kemudian direbus air hangat untuk menghilangkan bekas lilin.
Kepala Mundaring Christian College Mr Rod Mcneill merasa senang dengan kegiatan yang dilangsungkan untuk memperkenalkan budaya Indonesia tersebut. Siswanya bisa mengetahui dan merasakan bagaimana proses pembuatan batik Indonesia. Mereka bisa belajar bersabar lewat pembuatan motif yang agak sukar tersebut. Sebab, membatik identik dengan kesabaran. ''This is wonderful culture,'' ucapnya.
''Membatik identik dengan Indonesia,'' ujar Desy Yovitaningsih, wakil kepala SMP Elyon. Karena itulah, membatik diperkenalkan kepada siswa-siswi tersebut. ''Agar mereka menghargai budaya kita. Ternyata negara kita memiliki teknik karya seni dalam bentuk batik yang tidak dimiliki negara dan bangsa lain,'' tuturnya. (his/c17/any)
BACA JUGA: Begini Jika Pelajar Italia Membuat Tempe
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Masuk Sekolah, Siswa Ditampar Kakak Kelas
Redaktur : Tim Redaksi