Susahnya Mengidentifikasi Korban AirAsia di Akhir Pencarian

Senin, 02 Maret 2015 – 08:45 WIB
Ilustrasi. FOTO: JAWA POS

jpnn.com - TIM Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim terus mengidentifikasi sisa korban pesawat AirAsia. Sedikitnya ada enam bodi yang terdiri atas tiga jenazah dan tiga bagian tubuh (body part). DVI menargetkan pekan depan masing-masing bodi tersebut sudah teridentifikasi.

Terhambatnya identifikasi itu disebabkan data antemortem yang terkumpul tidak cocok. Tim sudah mengumpulkan data antemortem tambahan. Harapannya, ada yang cocok sehingga bodi tersebut bisa teridentifikasi. ’’Kami tetap berupaya semaksimal mungkin,’’ ujar Ketua Tim DVI Provinsi Jatim Kombespol dr Budiyono.

BACA JUGA: Salah Satu Calon Boikot Pemilihan Ketum KNPI

Pihaknya tidak ingin tergesa-gesa dalam mengidentifikasi jenazah. Karena itu, pembandingan data-data primer dilaksanakan setepat-tepatnya. Data antemortem yang sudah terkumpul belum sama persis. Karena itu, tim DVI tidak berani menentukan identitas bodi yang tersisa.

Solusinya, tim harus memperkaya data antemortem yang ada. Pengumpulan sudah dilakukan dengan mendatangi keluarga korban. Terutama keluarga yang diduga mendekati ciri-ciri korban yang ditemukan. Pengumpulan data tuntas sehingga tinggal membandingkan.

BACA JUGA: 17 Tanah Milik Suami Airin di Pulau Dewata Disita KPK, Ini Daftarnya

Budiyono yakin tidak sampai seminggu, semua identitas itu terungkap. Asalkan data yang baru saja dikumpulkan tersebut sama persis dengan bodi yang ditemukan. ’’Bila tidak ada yang sama, kami akan kembali mencari. Itu butuh waktu,’’ ungkap Budiyono.

Dia memerinci, total bodi yang diterima tim DVI mencapai 104 bodi. Di antara jumlah itu, 98 sudah teridentifikasi. Perinciannya, 95 jenazah, 2 bagian tubuh milik satu orang, dan 1 bodi bukan manusia.

BACA JUGA: Kantor Staf Kepresidenan Diperkuat, Ini Tanggapan Fahri Hamzah

Budiyono menegaskan, identifikasi oleh tim DVI didasarkan pada ketepatan. Bukan berdasar kecepatan. Setiap pembandingan harus didasarkan pada minimal dua data primer dan sekunder. Tanpa ada dua pembanding yang sama persis, pihaknya tidak bisa menetapkan identitas tersebut.

Selama ini proses identifikasi terbantu oleh keluarga yang terbuka dalam memberikan data antemortem korban. Misalnya, sikat gigi, sisir, cukur kumis, rekaman gigi, serta keterangan-keterangan lainnya. Termasuk antropologi dan DNA yang diambil dari sampel keluarga.

Budiyono juga menjelaskan, berhentinya operasi pencarian korban pesawat AirAsia QZ8501 bukan berarti tugas DVI selesai. Bila di kemudian hari ditemukan jenazah di perairan tempat jatuhnya pesawat, tim memiliki kewajiban melaksanakan identifikasi. ’”Sampai kapan pun, tanpa batas waktu,’’ ujar Budiyono. (riq/c6/end)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kalahkan Hatta, Zulkifli Merasa PAN Beri Pelajaran Luar Biasa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler