Putra pasangan Hendri dan Dewi ini, telah dirawat di Rumah Sakit Eria Bunda dan RSUD Arifin Ahmad selama 10 hari. Saat Riau Pos (JPNN Grup) Sabtu (28/4) mencoba untuk meminta konfirmasi kepada keluarga korban, yang bersangkutan tidak bersedia dengan alasan sedang berduka.
Bahkan Ketua RW 03 Amir, saat dikonfirmasi enggan menjelaskan lebih detail mengenai kematian balita tersebut. Ia hanya menyampaikan, bahwa lingkungan mereka selama ini bersih, tidak pernah ada unggas yang mati mendadak.
Amin mengakui Jumat kemaren, memang ada petugas dari Dinas Peternakan melakukan kroscek lapangan, mereka hanya melakukan penyemprotan desinfektan. “Memang kemarin ada sekitar 3 orang petugas dari dinas peternakan yang datang ke sini,” imbuhnya.
Amir menambahkan bahwa selama ini belum pernah warga yang tinggal dilingkungan tempat tinggalnya meninggal akibat flu burung. Ia juga meminta agar tidak dibesar-besarkan. "Kita juga belum tau bahwa anak ini dipastikan meninggal karena flu burung. Kita tunggu dulu hasil uji Laboratorium dari RSUD dulu lah,” katanya.
Amir membenarkan bahwa pasangan Hendri dan Dewi adalah merupakan warga pendatang yang baru tinggal selama kurang lebih 6 bulan. Ia juga mengakui bahwa Hendri yang merupakan ayah Faruq sehari-hari memang bekerja sebagai penjula telur puyuh. “Ya si Hendri itu memang berjualan telur puyuh, tapi saya tidak tau dari mana telur puyuh itu didapatkan," ujarnya.
Sedangkan menurut keterangan tetangga korban Ucok (43), kejadian ini memang mengagetkan warga setempat. Namun menurut pengakuan Ucok, lingkungan tempat tinggal mereka tergolong bersih dan tidak banyak warga yang memelihara Unggas. “Ya cuma saya yang memelihara ayam, itupun cuma tiga ekor. Tapi kondisi ayam saya sehat semua tak ada yang mati,” sebutnya.
Ucok yang tinggal berjarak 30 meter dari rumah keluarga Faruq, membenarkan bahwa balita yang baru berusia 2,4 tahun itu meninggal setelah dirawat di rumah sakit selama kurang lebih 10 hari. Dan pada sabtu siang tadi jenazah korban baru dikebumikan. Namun menurut Ucok balita tersebut tidak dibungkus peti layaknya jenazah penderita flu burung.
“Tapi memang iya tadi pagi pihak dari Puskesmas menyarankan kita untuk memakai sarung tangan saat memandikan jenazah,” tambahnya.
Kemudian Ucok juga menambahkan, bahwa pasangan Hendri dan Dewi tergolong tertutup. Jadi sampai anaknya dirawat 10 hari di rumah sakitpun banyak tetangganya termasuk dirinya tidak ada yang tahu. Hal ini dibenarkan Amir, karena sehari hari menurutnya Hedri labih banyak di rumah setelah berdagang.
“Ya paling paling ketemu saya, cuma di mesjid ketika Sholat lima waktu. Tapi memang iya beliau itu orangnya alim,” sebutnya.
Diduga Kuat H1N1
Kepala Bidan (Kabid) Penanggulangan Kesehatan Dinas Kesehatan (Diskes) Pekanbaru, Drg Sri Darmawati ketika dikonfirmasi mengatakan jika balita warga Jalan Hang Jebat korban meninggal tersebut, diduga kuat akibat virus flu burung atau H1N1.
Hal itu menurutnya, dilihat dari indikasi penyakit yang di derita korban yang demam dan panas tingginya tidak turun-turun dan akhirnya meninggal.
Tetapi dia, tak bisa memastikan apakah penyebabnya flu burung. Pasalnya, hasil sampel darah korban masih dibawa ke Jakarta, untuk di tes di laboratorium.
“Diagnosa sementara, memang mengarah ke situ (flu burung). Tetapi ini masih suspeck, karena belum di ketahui hasilnya, sampel darah korban suda di kirim ke Jakarta. Memang korban demamnya tidak menurun sampai meninggal,” sebutnya kepada Riau Pos (JPNN Grup).
Diduga virus H1N1 yang didapat Faruq, bukan berasal dari Pekanbaru. Melainkan korban sering memegang telur burung Puyuh yang juga merupakan usaha orang tua korban. Dan telur di datangkan dari Payakumbuh, Sumatera Barat.
Sementara berdasarkan data Diskes, dalam dua tahun terakhir korban meninggal suspeck flu burung ada dua korban jiwa di Pekanbaru. "Ada dua korban meninggal akibat suspeck flu burung," katanya.
Sedangkan dari pihak Dinas Pertanian (Distan) Pekanbaru, berdasarkan investigasi ke titik kejadian, beberapa hari lalu, diketahui tidak ada ditemukan indikasi adanya unggas yang terjangkit virus flu burung disekitar rumah korban alias negatif.
“Kita sudah ke lokasi dan dua hari melakukan penyemprotan sekeliling rumah korban. Unggas pun tak ada yang mati artinya negatif,” sebut Kadistan Pekanbaru Sentot D Prayetno kepada Riau Pos (JPNN Grup).
Meninggalnya salah seorang pasien yang dirujuk ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada Jumat (27/4) lalu dinyatakan resmi suspect flu burung. Hal ini diinformasikan oleh Humas RSUD Ridho pada Sabtu (28/4) kemarin.
"Memang ada yang meninggal, tapi masih suspect flu burung," ujar Ridho. Mengenai informasi lebih lanjut Ridho meminta wartawan agar langsung cross check dokter yang sempat merawat Faruk, Dr Azisman.
Namun saat coba dihubungi wartawan Dr Azisman tidak kunjungan mengangkat telpon. Hingga tulisan ini naik cetak wartawan belum dapat informasi mengenai perkembangan Faruk sejak pertama kali dirujuk ke RSUD hingga nyawanya tidak tertolong. (dik/ilo/h)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Gubernur Minta Tambahan Kuota BBM
Redaktur : Tim Redaksi