Syahbandar Dirumahkan, Suplai BBM Terhenti

Rabu, 07 November 2012 – 10:02 WIB
PADANG--Para pendamping kernet truk tangki yang dikenal sebagai syahbandar berunjuk rasa ke Depot Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Terminal BBM Telukkabung, Padang, Selasa (6/11). Mereka protes karena tidak dibolehkan lagi bekerja oleh Pertamina.

Akibat aksi yang digelar sejak pukul 09.00 WIB itu, suplai BBM ke 98 SPBU yang biasanya didistribusikan 162 truk tangki ke kabupaten dan kota terhenti. Setiap hari, sekitar 1.800 kiloliter (KL) bensin, 1.200 KL solar, dan 570 KL minyak tanah didistribusikan dari depot ini.

Selain menyampaikan orasi, sejumlah pengunjuk rasa juga melempari rumah dinas pimpinan Depot Pertamina, mobil karyawan dan kaca kantor Pertamina. Selain itu, pengunjuk rasa juga menutup akses masuk mobil tangki ke depot. Aksi ini juga menimbilkan kemacetan panjang kendaraan dari Padang ke Pesisir Selatan, karena pengunjuk rasa melakukan aksinya di jalan lintas.

Dalam orasinya, pengunjuk rasa menuding Pertamina mengeluarkan keputusan sepihak yang merugikan mereka. Dengan melarang mereka beraktivitas sebagai syahbandar, yang biasanya bertugas membantu sopir mengisi BBM ke dalam tangki truk. Akibat keputusan itu, mereka kehilangan pekerjaan yang sudah dijalani sejak lebih dari setahun lalu.

Banun, 37, salah seorang Syahbandar menyebutkan, keputusan larangan mereka bekerja di depot, dikeluarkan Pertamina Selasa (6/11). Peraturan tersebut langsung diterapkan. "Padahal, informasi tersebut tidak pernah disosialisasikan kepada kami. Kami bekerja di sini hanya mengharapkan upah jasa dari sopir tangki. Untuk sekali mengisi truk tangki, kami mendapatkan upah Rp10 ribu sampai Rp15 ribu," kata Banun.

Selama ini, kata warga Bungus itu, mereka tidak pernah mengganggu sopir tangki, atau meminta bayaran lebih, karena tidak mematok tarif. "Berapa diberi sopir itu yang kami terima," ungkapnya.

Sehari-hari, syahbandar bekerja mengangkat pipa saluran BBM dan memasukannya ke dalam mobil tangki pengangkut BBM. Setelah selesai, dirinya ke luar bersama mobil tersebut. Untuk menjadi syahbandar, mereka diharuskan memiliki tanda pengenal yang diperoleh dari pihak Pertamina. "Tanda pengenal itu pun kami peroleh setelah membayar Rp50 ribu," katanya.

Unjuk rasa para syahbandar itu awalnya berjalan damai. Tapi tiba-tiba berubah anarkis. Sejumlah pengunjuk rasa melempari rumah dan mobil dinas pimpinan Depot Pertamina Telukkabung dengan batu. Diduga, itu terjadi Karen permintaan bertemu jajaran Pertamina tidak dipenuhi. Pengunjuk rasa berusaha mencari pimpinan depot Pertamina atau Operation Head PT Pertamina Depot Telukkabung di ruangan kantornya. Namun, tidak membuahkan hasil. Mereka kembali melanjutkan aksi di depan pintu masuk dan ke luar Depot Pertamina sambil membubuhkan tandatangan ke kain putih untuk menyatakan penolakan terhadap keputusan Pertamina.

Akibat aksi ini, ruas jalan ke Depot Pertamina Teluk Kabung terlihat dipenuhi truk tangki BBM yang terpakir di pinggir jalan.  Untuk mengamankan aksi ini, sekitar 100 lebih anggota polisi terdiri Dalmas Polda, Sabhara Mapolresta Padang, dan Dalmas seluruh polsek di Padang, diperkuat anggota Brimob Polda, diturunkan. Walaupun pengamanan sangat ketat, tapi tidak membuat aksi para syahbandar berhenti.

Bahkan, pengunjuk rasa sempat menerobos blokade polisi ketika tidak dibolehkan masuk areal Depot. Massa marah dan melempari kaca kantor Depot Pertamina Teluk Kabung dengan batu. Kejadian beruntung cepat diredam aparat kepolisian, dan mengajak mereka berdialog. Massa pun bersedia. Namun dalam dialog itu, tidak ada perwakilan dari Pertamina, karena para pimpinan Depot dan sejumlah karyawan tidak berada di tempat.

"Saya minta apa saja keluhan warga yang selama ini telah bekerja di Depot Pertamina sebagai syahbandar. Dan keluhan ini akan saya sampaikan kepada pihak Pertamina. Mediasi yang kami lakukan ini diharapkan bias jadi landasan pihak Pertamina untuk bersikap," ujar Kapolresta Padang Kombes Pol M Seno Putro, yang turun ke lokasi unjuk rasa, siang kemarin (6/11).

Ketua Federasi Serikat Pekerja Transportasi Indonesia (FSPTI) Bungus Teluk Kabung, Erwin bersama syahbandar menyampaikan tuntutan mereka agar mencabut peraturan yang melarang syahbandar bekerja di Depot Pertamina.

"Kalau Pertamina akan membuat peraturan, mestinya disosialisasikan terlebih dahulu. Kalau diberhentikan seperti ini, tentu roda perekonomian masyarakat yang bekerja sebagai syahbandar terhenti. Ini tindakan sewenang-wenang yang telah dilakukan Pertamina kepada para pekerja," tegasnya.

Apabila Pertamina kukuh dengan keputusannya, Erwin memperkirakan massa akan kembali beraksi. "Massa yang akan berdemo bias bertambah banyak. Kalau belum ada putusan jelas soal nasib syahbandar ini, maka aktivitas Depot Pertamina Teluk Kabung, belum bisa dioperasikan kembali," kata Erwin.

Operation Head Depot Pertamina Unit Pemasaran I Terminal BBM Teluk Kabung, Bintang ketika dihubungi Padang Ekspres, membantah pihaknya mengambil keputusan sepihak terhadap para syahbandar. Menurut dia, selama ini para syahbandar itu bekerja di Depot secara sembunyi-sembunyi dan illegal. Terkait itu, maka pihak Pertamina mengeluarkan larangan untuk mensterilisasikan Depot Pertamina dari masyarakat, atau dari orang-orang yang bukan karyawan resmi Pertamina.

"Ketentuan tersebut tidak bisa dicabut lagi, dan ketentuan tersebut adalah ketentuan PT Pertamina secara nasional. Dengan adanya aksi demo ini, saya akui akan terjadi kekosongan BBM di sejumlah SPBU di Sumbar," jelasnya.

Untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan BBM di SPBU, kata Bintang pasokan BBM akan dilakukan dari Jambi, Pekanbaru, Sambiegu, dan Bengkulu.
Namun demikian diakui Bintang, untuk sementara sejumlah SPBU di kabupaten dan kota akan mengalami kekosongan BBM, tegasnya jika para syahbandar ingin bekerja di Pertamina mereka harus memasukan lamaran resmi, kalau tidak lulus mereka tentu tidak dapat bekerja.

"Aturan yang telah saya keluarkan ini tidak bisa diganggu gugat. Kalau aturan gimana lagi, sayapun tidak akan mencabut hal tersebut. Karena peraturan itu merupakan aturan baku dari Pertamina, maka saya pribadi tidak bisa mencabut kembali peraturan tersebut," tegas Bintang, pada Padang Ekspres. 
Cepat Selesaikan

Ketua Hiswana Migas Sumbar, Rinto Wijaya mengatakan, kejadian yang berdampak pada pendistribusian BBM untuk Sumbar akan berdampak besar nantinya. Untuk itu kata pria yang akrap disapa Rinto itu pada Padang Ekspres, Pertamina harus bisa segera menyelesaikan persoalan ini.

"Di Depot Pertamina Teluk Kabung, yang merupakan pusat suplai BBM bagi 98 SPU di Sumbar, dan disebar dengan menggunakan 161 truk tangki tidak dapat beroperasi, dan melakukan pekerjaan mereka membawa BBM ke kabupaten dan kota,"kata Ketua Hiswana Migas Sumbar, Rinto Wijaya, kemarin (6/11).

Ungkap Rinto, dalam satu hari saja di Depot Pertamina itu mengeluarkan BBM jenis premium sebanyak 1800 Kilo Liter (KL), solar sebanyak 1200 KL, dan minyak tanah sebanyak 570 KL. Kalau aksi demo terus berlanjut kata Rinto, kemungkinan SPBU di Sumbar akan kekurangan pasokan BBM. Akibat aksi demo ini, arus lalu lintas menuju Pesisir Selatan sempat terhenti selama satu jam, namun setelah itu arus lancer kembali setelah para pendemo hanya berdiri dipinggir pagar Depot Pertamina, dan tidak lagi memenuhi jalan raya. (b/kid)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Curah Hujan Tinggi, 585 Rumah Terendam

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler