Ikan dan hasil laut yang dijual di Sydney Fish Market mayoritas dari perairan Australia. Namun, hasil laut Indonesia juga ditemukan di pasar ikan ini.
Sejumlah jurnalis Indonesia atas undangan Australia Plus ABC International, mendapati beberapa produk hasil laut Indonesia yang dikemas bekus dalam styrofoam dan kardus di Sydney Fish Market, September 2015 lalu.
BACA JUGA: Terapi Kucing Untuk Tenangkan Siswa SMA yang Hadapi Ujian
Tertera dalam kemasan kardus dan styrofoam itu "Product of Indonesia" yang dikirim melalui kargo udara. Ikan dari laut Indonesia yang saat itu dijumpai di Sydney Fish Market adalah hairtail alias ikan layur, whole loligo squid alias cumi-cumi, dan barcheek coral trout atau semacam ikan kerapu.
"Ya cumi-cumi atau gurita di sini biasanya dari Indonesia, atau Thailand meski mayoritas masih dari Australia. Ya, terkadang dari Indonesia," jelas Marketing Executive Sydney Fish Market, Justine Warren, yang mendampingi kami.
BACA JUGA: ELL: Lima Istilah Populer di Media Sosial
Namun, Justine melanjutkan, hasil laut yang populer untuk pasar Australia adalah udang, dan untuk pasar China adalah kepiting raja dan lobster.
WNI di Sydney Fish Market
BACA JUGA: Larangan Iklan Selama Masa Tenang Dianggap Kuno
Selain produk laut Indonesia, Justine juga mengungkapkan ada beberapa orang Indonesia juga yang bekerja di pasar ikan ini.
Justine lantas membawa kami ke toko retail hasil laut di pasar itu yang dimiliki independen oleh swasta. Ada sekitar 6 toko retail hasil laut yang memajang hasil-hasil lautnya yang segar dan menarik dibaluri es.
Para pengunjung bisa membeli ikan atau hasil laut lainnya mentah utuh atau minta dipotong beberapa bagian atau bahkan difilet. Bisa juga meminta untuk dibuat sashimi atau sushi.
Di toko-toko retail itu kami bertemu dengan 2 warga Indonesia yang bekerja tetap dan paruh waktu di sana. Ria Hasan (28) salah satunya.
Ria sudah 6 tahun tinggal di Australia, sejak berkuliah di suatu college di Sydney jurusan pariwisata. Saat berkuliah, Ria bekerja paruh waktu, selama 20 jam per pekan di pasar ikan ini.
"Habis itu dapat sponsor dari toko, ya sudah sekarang udah PR (permanent residence), baru setahun," tuturnya.
Kini, Ria bekerja penuh waktu selama 38 jam per pekan dengan gaji AU$20 per jam. Di toko retail Peter Seafood, Ria bekerja di bagian sashimi bar. Tugasnya memotong ikan, memfilet hingga seukuran sepotong sashimi.
"Melayani pelanggan ya pada dasarnya," tutur perempuan Asal Lampung ini.ÃÂ
Bekerja di pasar ikan di Sydney, menurut Ria, sangat menyenangkan. Dia bisa belajar banyak hal di sini.
"Fun. Pada dasarnya berbeda dengan pasar ikan di Indonesia. Semua di sini bersih," kata Ria yang belum ingin kembali ke Indonesia dalam waktu dekat.
Dia akan menimba ilmu dan pengalaman dulu di Sydney, baru kemudian suatu saat kembali ke Indonesia.
"Mungkin buka bisnis karena kita kan sudah dapat experience dari sini, mungkin coba buka bisnis berhubungan dengan hasil yang kita dapat," jawabnya saat ditanya rencana kembali ke Indonesia.
Seorang WNI lagi adalah Hendri Tanjung (26), yang sudah 2 tahun bekerja paruh waktu di sini. Hendri masih berkuliah di jurusan pariwisata dan perhotelan di Sydney ini bekerja menyusun display hasil laut di toko.ÃÂ
"Sebagai asisten shopper, nyusun display barang, jagain toko. Pengalamannya benar-benar beda dari yang kantoran, di depan komputer. Di sini belajar bahasa Inggris, mengetahui budaya orang Australia, pengalamannya benar-benar berbeda," tuturnya.
Sebagai pekerja paruh waktu, dia bekerja 20 jam per minggu, sesuai peraturan tenaga kerja di sana, dengan gaji AU$20 per jam.
Sama dengan Ria, Hendri ingin menimba kesempatan sebanyak-banyaknya di Sydney ini dan bila ada kesempatan dia akan kembali ke Indonesia suatu saat nanti.
"Rencananya masih mau buka usaha di Indonesia, ngumpulin modal di sini dulu," tandas dia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Balet Australia Barat Pentas Bersama Balerina Indonesia