jpnn.com - Syekh Yusuf Qardawi berpulang, Senin (26/9) dalam usia 96 tahun di kediamannya di Qatar.
Dia dianggap sebagai ulama terbesar yang hidup di abad ini.
BACA JUGA: Ulama Karismatik Wafat, PDIP Berbelasungkawa
Dia juga dianggap sebagai intelektual publik yang tidak hanya tinggal di menara gading, tetapi berani terjun langsung ke tengah masyarakat untuk menuntut perubahan.
Syekh Qardawi selalu diasosiasikan dengan gerakan ‘’Muslim Brotherhood’’ atau Ikhwanul Muslimin yang dianggap mempromosikan ideologi Islam garis keras.
BACA JUGA: Innalillahi, Syekh Yusuf Al Qaradawi Meninggal Dunia
Citra Ikhwanul Muslimin selalu dikaitkan dengan Sayyid Qutub yang menjadi simbol perlawanan gerakan Islam radikal.
Syekh Qardawi menampilkan wajah ikhwan yang lebih damai dan moderat.
BACA JUGA: Luncurkan Islamic Law Firm, Yenny Wahid Ciptakan Ekosistem Islam Modern
Ratusan karyanya yang tersebar di seluruh dunia menunjukkan garis perjuangan Syekh Qardawi yang moderat.
Dia memperkenalkan Islam Washatiyyah yang moderat dan berusaha mengaktualisasikn nilai-nilai Islam dalam kehidupan kontemporer modern.
Salah satu upaya besar yang dilakukan oleh Syekh Qardawi adalah melakukan reformasi terhadap gerakan zakat supaya bisa menjadi penggerak ekonomi yang lebih produktif.
Dia memberikan intrepretasi modern terhadap zakat, termasuk memperbolehkan pemberian zakat kepada orang-orang non-muslim sepanjang tidak memusuhi Islam.
Syekh Qardawi seorang ulama dan intelektual dengan reputasi dan pengaruh internasional.
Dia menjadi intelektual organik ala Gramsci, yang berani turun langsung ke tengah rakyat untuk menuntut perubahan.
Ketika gerakan ‘’Arab Spring’’ berembus ke Mesir, dia muncul di tengah demonstrasi massa dan melakukan orasi politik yang penuh semangat.
Tahrir Square atau Lapangan Merdeka di Kairo menjadi saksi perjuangan Syeikh Qardawi.
Pada 18 Februari 2011, ulama sepuh itu memberikan orasi di tengah ratusan ribu demonstran yang mendesak pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak.
‘’Jangan biarkan perjuangan revolusi ini dicuri oleh orang-orang munafik yang ingin mengembalikan kekuasaannya. Revolusi belum selesai, kalian harus terus mengawal revolusi ini,’’ begitu salah satu potong orasi Syekh Qardawi.
Tepat seminggu kemudian Hosni Mubarak mengundurkan diri dari jabatannnya.
Pada akhir tahun itu, Partai Kebebasan dan Keadilan yang merupakan sayap politik Ikhwanul Muslimin—yang dinyatakan sebagai partai terlarang di Mesir--memenangkan pemilihan umum bebas dan demokratis dengan kemenangan mutlak.
Ketua partai Mohamad Morsi pun terpilih sebagai presiden.
Akan tetapi, kepemimpinan Morsi tidak bertahan lama.
Dia digulingkan oleh kudeta militer pada 2012, dan dan kemudian ditahan sampai meninggal pada 2019.
Ikhwanul Muslimin kembali dinyatakan sebagai gerakan terlarang.
Morsi meninggal ketika sedang diadili di pengadilan Kairo.
Dia jatuh di tengah persidangan dan meninggal dunia.
Syekh Qardawi berada di pusat pusaran gerakan people power besar itu.
Dia telah membuktikan diri sebagai salah ulama-intelektual-aktivis terkemua di dunia.
Mungkin, Syekh Qardawi adalah ulama dengan reputasi aktivisme paling menonjol satu-satunya dan yang terakhir di dunia.
Yusuf Qardawi lahir di Mesir pada 1926 ketika negara itu masih dalam kekuasaan kolonial.
Dua tahun kemudian Hasan Al-Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin.
Ketika beranjak remaja Yusuf mulai tertarik oleh gerakan Ikhwan.
Setelah Mesir merdeka, Yusuf aktif dalam Ikhwan dan membawanya masuk penjara di era rezim Gamal Abdul Nasser pada 1950-an.
Pada awal 1960-an, Yusuf meninggalkan negaranya menuju Qatar untuk menjadi dekan fakultas syariah di Universitas Qatar yang baru berdiri.
Pada 1968, dia mendapatkan kewarganegaraan Qatar.
Selama tinggal di Qatar itulah intelektualitas dan keulamaan Yusuf Qardawi mulai dikenal di seluruh jazirah Arab dan kemudian ke seluruh dunia.
Salah satu karya monumentalnya adalah ‘’Fiqih Zakat’’ yang merupakan reformulasi pengelolaan zakat yang disesuaikan dengan kondisi perekonomian modern supaya bisa memaksimalkan potensi zakat yang luar biasa besar.
Karya besar lainnya adalah ‘’Fiqih Jihad’’ yang diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia Islam.
Di Indonesia, kitab itu diterjemahkan menjadi buku setebal 1.000 halaman dan dibaca secara luas di berbagai kalangan mazhab.
Yusuf Qardawi melakukan pembaruan pemikiran dalam garis modernisasi pemikiran yang dimulai oleh pemikir Islam dari Mesir Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Dalam Fikih Jihad, Yusuf Qardawi menunjukkan semangat jihad sebagai ruh perjuangan Islam.
Jihad dengan peperangan hanyalah salah satu saja dari spektrum jihad yang sangat luas.
Qardawi disalahpahami ketika memberikan endorsemen terhadap serangan bom syahid yang dilakukan oleh para pejuang Palestina dalam perlawanan Intifada.
Bom syahid, menurut Qardawi, bisa dijustifikasi sebagai pembelaan diri dalam merebut hak atas tanah kelahiran yang direnggut oleh kekuatan asing secara paksa.
Dengan endorsemen ini, Qardawi serta merta dimasukkan dalam kategori ulama ekstrem dan radikal.
Di Indonesia pun, sebagian orang yang tidak banyak tahu mengenai Syekh Qardawi menudingnya sebagai radikal hanya karena satu fatwanya itu.
Pemikiran Syekh Qardawi yang paling utama justru menawarkan moderasi dan modernisasi pemikiran Islam sesuai dengan konteks modernitas.
Keterlibatannya dalam aktivitas politik merupakan salah satu wujud dari keyakinannya bahwa Islam juga bisa menjadi kekuatan politik yang membawa perubahan.
Syekh Qardawi melibatkan dirinya dalam berbagai perdebatan kontemporer di berbagai bidang. Bahkan pemikirannya merambah sampai ke bidang musik.
Dia menghasilkan karya ‘’Fiqhul Musiq’’ atau Fiqih Musik.
Selama ini musik menjadi perdebatan keras antara ulama yang menghalalkan dan mengharamkan.
Syekh Qardawi mengajukan argumen yang klir dan kuat bahwa musik halal selama bisa membawa inspirasi untuk mendekatan diri kepada Allah, dan tidak membawa pengaruh negatif untuk bermaksiat.
Menjelang wafatnya, beliau masih bisa menyelesaikan buku terakhirnya, Fikih Salat yang tebal dan ketajaman uraiannya menunjukkan kualitas keilmuannya yang canggih.
Karena otoritasnya itu, dia dipercaya menjadi ketua Persatuan Ulama Islam Internasional, organisasi muslim yang berdiri di London pada 2004.
Seseorang yang terlibat dalam gerakan dan gagasan analitis ialah ilmuwan.
Orang yang bergelut dalam penerapan praktis ialah teknokrat.
Orang yang berjuang untuk menyebarkan dan menegakkan gagasan normatif ialah moralis.
Sementara, cendekiawan adalah orang yang berupaya menggabungkan semua spektrum itu.
Begitulah sosok Syekh Yusuf Qardawi. Dia telah pergi, tetapi legasinya akan tetap dikenang sepanjang masa. (*)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror