Syria "Bantu" Iraq

Minggu, 29 Juni 2014 – 04:50 WIB

jpnn.com - BAGHDAD - Di tengah menanti jawaban Amerika Serikat (AS), Iraq mendapat "bantuan" dari Syria. Selasa (24/6) militer Syria melancarkan serangan ke perbatasan dua negara. Mereka menarget militan Sunni yang mendukung agresi Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) dalam serangan tersebut.

 Perdana Menteri (PM) Nuri Al Maliki menyambut baik serangan militer Syria ke Kota Qaim itu. "Jet-jet tempur Syria menjatuhkan bom ke beberapa titik di Qaim yang diyakini sebagai lokasi militan," terangnya sebagaimana dilansir BBC kemarin (26/6). Iraq menyatakan, serangan militer Syria ke sarang militan itu dianggap sebagai bantuan yang menyenangkan. Apalagi, mereka tidak pernah meminta bantuan Syria.
 
Berita tentang serangan militer Syria ke perbatasan itu muncul setelah Al Nusra Front menyatakan dukungannya kepada ISIL pada Rabu (25/6). Sama-sama berkiblat pada Al Qaeda, dua organisasi radikal tersebut sempat berseteru. Tetapi, kini dua kelompok militan tersebut bersekutu. Posisi mereka di perbatasan dua negara membuat pemerintah Iraq dan Syria cemas. 
 
Bersatunya Al Nusra Front dan ISIL itu membunyikan sinyal tanda bahaya bagi pemerintah Iraq dan Syria. Setiap saat Iraq dan Syria bisa saja kehilangan kendali atas perbatasan strategis tersebut. Karena itu, pemerintahan Maliki kembali mendesak AS untuk ikut campur. Sebab, menurut dia, hanya aksi udara AS yang bisa menghentikan manuver ISIL di seluruh penjuru Iraq. 
 
Sebaliknya, Presiden Barack Obama yakin bahwa aksi militan Iraq hanya bisa dihentikan pasukan Iraq. Namun, pemerintahan Maliki harus berubah. Yakni, melibatkan rival-rival politiknya dalam sebuah pemerintahan gabungan. Sejauh ini, Maliki belum sepakat terhadap usul tersebut. Dia menganggap pembentukan pemerintahan baru sebagai pelanggaran konstitusi.
 
Kemarin Menteri Luar Negeri Inggris William Hague tiba di Kota Baghdad untuk mencairkan kebekuan dalam pemerintahan Maliki. "Sebagai mitra Iraq, Inggris yakin bahwa pemerintahan inklusif merupakan prioritas utama yang harus diwujudkan. Nantinya, pemerintahan baru akan menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan menghentikan radikalisme (ISIL)," paparnya. 
 
Sementara itu, aksi militer Syria Selasa lalu memantik protes keras Menteri Luar Negeri AS John Kerry. Dia memperingatkan Syria dan negara-negara lain di sekitar Negeri Seribu Satu Malam itu supaya tidak mencampuri urusan internal Iraq. "Kami menegaskan kepada seluruh negara di kawasan tersebut agar tidak melakukan hal-hal yang bisa memperbesar konflik sektarian di Iraq," jelasnya. (AP/AFP/BBC/hep/c23/tia)

BACA JUGA: 110 Ribu Penduduk Ukraina Mengungsi di Rusia

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ukraina Tanda Tangani Perdagangan Bebas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler