CEO Grup AirAsia Tony Fernandes menjadi host di reality show The Apprentice Asia. Pada musim perdana yang tayang di kanal AXN pada 22 Mei mendatang, Tony akan memilih satu di antara 12 kontestan dari tujuh negara Asia untuk bergabung di salah satu perusahaannya.
------------------
JANESTI PRIYANDINI, KUALA LUMPUR
-----------------
SENYUM Tony Fernandes, 49, mengembang ketika memasuki ruangan di lantai 6 Hotel Hilton, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis sore lalu (9/5). Hari itu ada agenda cukup penting untuknya, yakni The Apprentice Asia"s Premiere Party. The Apprentice Asia adalah acara reality show yang menjadikannya sebagai host dan mentor. Acara itu sendiri merupakan adaptasi dari serial besutan Mark Burnett (yang juga memproduksi acara The Voice dan Survivor, Red), The Apprentice. Untuk versi Amerika Serikat, yang menjadi host dan mentor adalah konglomerat Donald Trump.
Dalam acara yang versi Asia-nya dikerjakan kanal AXN dan FremantleMedia Asia itu, Tony menjadi ikon. Dia didampingi dua orang kepercayaannya, yaitu CEO Tune Hotels Group Mark Lankester serta CEO Expedia Asia Kathleen Tan. Tony yang selama ini dikenal sebagai pebisnis andal pun kini menjadi seorang bintang televisi. Maka, semakin banyak orang yang mengenalinya. Semakin banyak pula yang tiba-tiba memanggilnya, lalu meminta foto bareng.
"Iya benar. Sekarang banyak orang yang minta foto bareng. Bahkan tadi di lift juga. Mereka bilang, katanya saya idola mereka. Sampai-sampai ada pria bule yang bingung. Dia bertanya memangnya saya ini siapa kok banyak yang minta foto bareng," cerita Tony lalu tertawa.
Pengusaha yang bisnisnya juga merambah perhotelan, jasa keuangan, minuman energi, dan banyak lagi ini merasa aneh dengan "perubahan" yang terjadi. Meski begitu, dia cukup enjoy menjalani proses pembuatan The Apprentice Asia. Padahal, awalnya dia tidak mau menerima tawaran menjadi host di acara itu. Maklum, jadwal Tony superpadat. Dan, satu lagi, dia tidak merasa yakin bisa menjadi host acara reality show tersebut.
"Sepertinya, kalau saya host-nya, bisa jadi bencana buat acara itu," ucapnya. "Pasti bakal membosankan kalau saya yang mengerjakan show ini," lanjutnya.
Tapi, pihak produser, Sony Pictures Entertainment dan FremantleMedia, terus membujuk Tony. Mereka tidak pernah menyerah dan terus datang ke Tony untuk merayunya agar bersedia jadi host. "Saya katakan, di Asia banyak orang yang lebih pantas (jadi host) dibandingkan saya. Tapi, mereka tetap tidak mau. Mereka menginginkan saya," ungkapnya.
Setelah dua tahun terus dirayu, akhirnya Tony "menyerah". Itu pun dia lakukan karena didukung orang-orang di perusahaannya untuk menerima tawaran tersebut. Tak dimungkiri, menjadi bagian dari acara The Apprentice Asia dapat menambah kuat brand perusahaan Tony. "Iya, tanpa ragu-ragu saya mengatakan itu," tegasnya.
Setelah bergabung di The Apprentice Asia, pria yang pernah bekerja di Warner Music International London sebagai senior financial analyst selama sepuluh tahun tersebut mulai bisa menikmati. Sebab, di acara itu dia bertemu dengan anak-anak muda yang punya ambisi. "Saya suka bertemu dengan mereka. Anak muda yang berambisi. Dan faktanya, acara ini ditayangkan banyak negara di Asia," paparnya.
Ada 12 kontestan yang mengikuti acara tersebut. Mereka berasal dari Singapura, Malaysia, Tiongkok, India, Indonesia, Thailand, dan Filipina. Ke-12 kontestan berasal dari latar belakang industri beragam. Mulai industri hiburan, food and beverage, IT, hingga hukum dan keuangan. Dari ke-12 peserta, hanya seorang yang dipilih Tony untuk dipekerjakan di salah satu perusahaannya.
Ketika dia menerima tawaran (menjadi host) tersebut, hari-harinya menjadi bintang TV pun dimulai. Dia harus melakoni photo shoot untuk keperluan promo. Salah satunya digunakan untuk banner yang menjadi background saat sesi wawancara. Wajah Tony terlihat cukup dominan di banner tersebut.
Pose di banner itu, kata Tony, mendapatkan pujian dari kekasihnya. "Pose ini," katanya sambil menunjuk gambar dirinya di banner, "kalian tahu, ini hasil make up yang begitu mengagumkan," sambungnya.
Ketika melakoni photo shoot, kekasihnya ikut datang untuk mendampingi. "Pacar saya bilang, katanya saya terlihat muda di foto itu," ungkapnya lalu tersenyum. Jawaban tersebut terucap spontan dari mulutnya. Dan ketika sadar telah mengungkap soal pacar, dia lalu berkata, "Oh, saya tahu kalian pasti akan menulisnya." Dia lalu tertawa.
Soal syuting juga tidak kalah seru. Pengambilan gambar dilakukan satu bulan. Menurut Tony, itu lebih cepat karena biasanya syuting dilakukan selama dua hingga tiga bulan. Namun, konsekuensinya cukup membuatnya pusing.
"Begitu lihat jadwal syutingnya, oh my God. Setiap hari harus syuting rata-rata delapan jam," urai dia.
Tony pun harus bangun pagi, lalu syuting hingga tengah malam. Sampai-sampai meeting pun harus dilakukan di sela syuting. Meski tengah menjalani syuting, pekerjaannya sebagai CEO memang tidak boleh terbengkalai. "Mau bagaimana lagi, kami tetap melakukan banyak meeting saat break. Untunglah, saya ini punya banyak energi," katanya.
Lalu bagaimana ketika Tony harus menilai kontestan" Dia tersenyum saat mendengar pertanyaan ini. Dia menyadari, banyak orang yang meragukan hasil acara reality show semacam ini. Tapi, Tony menegaskan bahwa dirinya sangat objektif dalam memberikan penilaian. "Saya jamin 100 persen, itu keputusan yang objektif. Free and fair. Karena saya yang bakal kerja sama orang ini. Saya harus make sure memilih orang yang terbaik," tandasnya.
Memang terkadang pihak produser sedikit memengaruhinya ketika akan memberikan keputusan. Namun, pada akhirnya dia tetap kembali pada pendiriannya. "Terkadang saya juga sedikit bermain-main dengan tim produksi. Kami sepakat pada satu arahan, tapi tiba-tiba saya mengubahnya," sambungnya lalu tertawa.
Hanya satu hal yang membuatnya sulit. Yaitu ketika tiba saatnya harus mengeluarkan kontestan dari kompetisi ini. Padahal, pada setiap episode selalu ada seorang kontestan yang tereliminasi. Tony mengaku bukan tipe orang yang mudah "menendang" orang. "Memecat orang itu susah. Saya belajar selama proses pembuatan acara ini. Sepertinya saya akan semakin sulit memecat orang setelah acara ini," ungkapnya.
Ketika ditanya apakah akan terus memandu The Apprentice Asia, Tony belum bisa memastikan. Jika orang suka melihatnya di acara tersebut dan dirinya dapat melakukan sesuatu yang berbeda, Tony akan melakukannya lagi. Sebab, dia ingin menginspirasi banyak orang dan memotivasi bahwa semua bisa dilakukan asal ada kemauan.
Sebagai pengusaha sukses, Tony kerap mendapatkan pertanyaan seputar kiat untuk memulai usaha. Sebab, konon, untuk memulai usaha, dibutuhkan banyak modal. "Sebenarnya, kalau kalian lihat, para pengusaha top itu juga memulai usahanya dengan modal yang tidak banyak. Saya memulai bisnis dengan modal jutaan ringgit saja. Yang penting mau mencoba. Awalnya pasti sulit, tapi semakin keras kita berusaha pasti akan menemukan jalannya," tuturnya berpetuah.
Prinsip itulah yang ingin dia tularkan kepada banyak orang lewat penampilannya di layar kaca. Meski mengaku tidak ada yang spesial darinya, Tony yakin bisa melakukannya. "Kalau ada yang mengira ada yang spesial pada diri saya, itu tidak benar. Saya sama seperti orang lain. Tapi, saya yakin bisa mewujudkan mimpi," lanjutnya.
Tony senang karena hampir semua keinginannya mulai terwujud. Selain itu, tanpa dia sadari, perjuangannya dalam mewujudkan impian tersebut telah menginspirasi banyak orang. Misalnya yang terjadi ketika Tony berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan di Kuala Lumpur belum lama ini. Seorang pengunjung perempuan mengenali wajahnya. Padahal, saat itu Tony tampil kasual dan tidak didampingi pengawal.
Setelah menyapa, perempuan tersebut bercerita kepada Tony bahwa perjuangan bisnisnya banyak terinspirasi perjalanan usaha Tony. "Dia punya kumpulan artikel tentang saya. Dia bilang juga ikut apply di The Apprentice Asia, tapi gagal. Hal-hal seperti ini yang menyadarkan saya dan membuat saya bangga terlibat di acara seperti ini," tandas Tony. (*/c9/ari)
------------------
JANESTI PRIYANDINI, KUALA LUMPUR
-----------------
SENYUM Tony Fernandes, 49, mengembang ketika memasuki ruangan di lantai 6 Hotel Hilton, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis sore lalu (9/5). Hari itu ada agenda cukup penting untuknya, yakni The Apprentice Asia"s Premiere Party. The Apprentice Asia adalah acara reality show yang menjadikannya sebagai host dan mentor. Acara itu sendiri merupakan adaptasi dari serial besutan Mark Burnett (yang juga memproduksi acara The Voice dan Survivor, Red), The Apprentice. Untuk versi Amerika Serikat, yang menjadi host dan mentor adalah konglomerat Donald Trump.
Dalam acara yang versi Asia-nya dikerjakan kanal AXN dan FremantleMedia Asia itu, Tony menjadi ikon. Dia didampingi dua orang kepercayaannya, yaitu CEO Tune Hotels Group Mark Lankester serta CEO Expedia Asia Kathleen Tan. Tony yang selama ini dikenal sebagai pebisnis andal pun kini menjadi seorang bintang televisi. Maka, semakin banyak orang yang mengenalinya. Semakin banyak pula yang tiba-tiba memanggilnya, lalu meminta foto bareng.
"Iya benar. Sekarang banyak orang yang minta foto bareng. Bahkan tadi di lift juga. Mereka bilang, katanya saya idola mereka. Sampai-sampai ada pria bule yang bingung. Dia bertanya memangnya saya ini siapa kok banyak yang minta foto bareng," cerita Tony lalu tertawa.
Pengusaha yang bisnisnya juga merambah perhotelan, jasa keuangan, minuman energi, dan banyak lagi ini merasa aneh dengan "perubahan" yang terjadi. Meski begitu, dia cukup enjoy menjalani proses pembuatan The Apprentice Asia. Padahal, awalnya dia tidak mau menerima tawaran menjadi host di acara itu. Maklum, jadwal Tony superpadat. Dan, satu lagi, dia tidak merasa yakin bisa menjadi host acara reality show tersebut.
"Sepertinya, kalau saya host-nya, bisa jadi bencana buat acara itu," ucapnya. "Pasti bakal membosankan kalau saya yang mengerjakan show ini," lanjutnya.
Tapi, pihak produser, Sony Pictures Entertainment dan FremantleMedia, terus membujuk Tony. Mereka tidak pernah menyerah dan terus datang ke Tony untuk merayunya agar bersedia jadi host. "Saya katakan, di Asia banyak orang yang lebih pantas (jadi host) dibandingkan saya. Tapi, mereka tetap tidak mau. Mereka menginginkan saya," ungkapnya.
Setelah dua tahun terus dirayu, akhirnya Tony "menyerah". Itu pun dia lakukan karena didukung orang-orang di perusahaannya untuk menerima tawaran tersebut. Tak dimungkiri, menjadi bagian dari acara The Apprentice Asia dapat menambah kuat brand perusahaan Tony. "Iya, tanpa ragu-ragu saya mengatakan itu," tegasnya.
Setelah bergabung di The Apprentice Asia, pria yang pernah bekerja di Warner Music International London sebagai senior financial analyst selama sepuluh tahun tersebut mulai bisa menikmati. Sebab, di acara itu dia bertemu dengan anak-anak muda yang punya ambisi. "Saya suka bertemu dengan mereka. Anak muda yang berambisi. Dan faktanya, acara ini ditayangkan banyak negara di Asia," paparnya.
Ada 12 kontestan yang mengikuti acara tersebut. Mereka berasal dari Singapura, Malaysia, Tiongkok, India, Indonesia, Thailand, dan Filipina. Ke-12 kontestan berasal dari latar belakang industri beragam. Mulai industri hiburan, food and beverage, IT, hingga hukum dan keuangan. Dari ke-12 peserta, hanya seorang yang dipilih Tony untuk dipekerjakan di salah satu perusahaannya.
Ketika dia menerima tawaran (menjadi host) tersebut, hari-harinya menjadi bintang TV pun dimulai. Dia harus melakoni photo shoot untuk keperluan promo. Salah satunya digunakan untuk banner yang menjadi background saat sesi wawancara. Wajah Tony terlihat cukup dominan di banner tersebut.
Pose di banner itu, kata Tony, mendapatkan pujian dari kekasihnya. "Pose ini," katanya sambil menunjuk gambar dirinya di banner, "kalian tahu, ini hasil make up yang begitu mengagumkan," sambungnya.
Ketika melakoni photo shoot, kekasihnya ikut datang untuk mendampingi. "Pacar saya bilang, katanya saya terlihat muda di foto itu," ungkapnya lalu tersenyum. Jawaban tersebut terucap spontan dari mulutnya. Dan ketika sadar telah mengungkap soal pacar, dia lalu berkata, "Oh, saya tahu kalian pasti akan menulisnya." Dia lalu tertawa.
Soal syuting juga tidak kalah seru. Pengambilan gambar dilakukan satu bulan. Menurut Tony, itu lebih cepat karena biasanya syuting dilakukan selama dua hingga tiga bulan. Namun, konsekuensinya cukup membuatnya pusing.
"Begitu lihat jadwal syutingnya, oh my God. Setiap hari harus syuting rata-rata delapan jam," urai dia.
Tony pun harus bangun pagi, lalu syuting hingga tengah malam. Sampai-sampai meeting pun harus dilakukan di sela syuting. Meski tengah menjalani syuting, pekerjaannya sebagai CEO memang tidak boleh terbengkalai. "Mau bagaimana lagi, kami tetap melakukan banyak meeting saat break. Untunglah, saya ini punya banyak energi," katanya.
Lalu bagaimana ketika Tony harus menilai kontestan" Dia tersenyum saat mendengar pertanyaan ini. Dia menyadari, banyak orang yang meragukan hasil acara reality show semacam ini. Tapi, Tony menegaskan bahwa dirinya sangat objektif dalam memberikan penilaian. "Saya jamin 100 persen, itu keputusan yang objektif. Free and fair. Karena saya yang bakal kerja sama orang ini. Saya harus make sure memilih orang yang terbaik," tandasnya.
Memang terkadang pihak produser sedikit memengaruhinya ketika akan memberikan keputusan. Namun, pada akhirnya dia tetap kembali pada pendiriannya. "Terkadang saya juga sedikit bermain-main dengan tim produksi. Kami sepakat pada satu arahan, tapi tiba-tiba saya mengubahnya," sambungnya lalu tertawa.
Hanya satu hal yang membuatnya sulit. Yaitu ketika tiba saatnya harus mengeluarkan kontestan dari kompetisi ini. Padahal, pada setiap episode selalu ada seorang kontestan yang tereliminasi. Tony mengaku bukan tipe orang yang mudah "menendang" orang. "Memecat orang itu susah. Saya belajar selama proses pembuatan acara ini. Sepertinya saya akan semakin sulit memecat orang setelah acara ini," ungkapnya.
Ketika ditanya apakah akan terus memandu The Apprentice Asia, Tony belum bisa memastikan. Jika orang suka melihatnya di acara tersebut dan dirinya dapat melakukan sesuatu yang berbeda, Tony akan melakukannya lagi. Sebab, dia ingin menginspirasi banyak orang dan memotivasi bahwa semua bisa dilakukan asal ada kemauan.
Sebagai pengusaha sukses, Tony kerap mendapatkan pertanyaan seputar kiat untuk memulai usaha. Sebab, konon, untuk memulai usaha, dibutuhkan banyak modal. "Sebenarnya, kalau kalian lihat, para pengusaha top itu juga memulai usahanya dengan modal yang tidak banyak. Saya memulai bisnis dengan modal jutaan ringgit saja. Yang penting mau mencoba. Awalnya pasti sulit, tapi semakin keras kita berusaha pasti akan menemukan jalannya," tuturnya berpetuah.
Prinsip itulah yang ingin dia tularkan kepada banyak orang lewat penampilannya di layar kaca. Meski mengaku tidak ada yang spesial darinya, Tony yakin bisa melakukannya. "Kalau ada yang mengira ada yang spesial pada diri saya, itu tidak benar. Saya sama seperti orang lain. Tapi, saya yakin bisa mewujudkan mimpi," lanjutnya.
Tony senang karena hampir semua keinginannya mulai terwujud. Selain itu, tanpa dia sadari, perjuangannya dalam mewujudkan impian tersebut telah menginspirasi banyak orang. Misalnya yang terjadi ketika Tony berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan di Kuala Lumpur belum lama ini. Seorang pengunjung perempuan mengenali wajahnya. Padahal, saat itu Tony tampil kasual dan tidak didampingi pengawal.
Setelah menyapa, perempuan tersebut bercerita kepada Tony bahwa perjuangan bisnisnya banyak terinspirasi perjalanan usaha Tony. "Dia punya kumpulan artikel tentang saya. Dia bilang juga ikut apply di The Apprentice Asia, tapi gagal. Hal-hal seperti ini yang menyadarkan saya dan membuat saya bangga terlibat di acara seperti ini," tandas Tony. (*/c9/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Punya Tujuh Turunan, Saksi Mata Letusan Krakatau 1883
Redaktur : Tim Redaksi