KUNINGAN - Tragedi mengenaskan sekaligus menggegerkan terjadi di Kampung Patapan Desa Sukadana Kecamatan Ciawigebang, Senin (2/7) siang. Sebuah pesawat latih Aero Flyer PK-HAL jatuh di bibir sungai Cijurey/Cibatu kampung tersebut sekitar pukul 14.30. Peristiwa yang menyedot perhatian ribuan warga itu pun menewaskan 1 orang pilot dan 2 orang siswi.
Korban yang tewas adalah Drs Heru Fahrudin warga Sidoarjo Jatim. Sedangkan dua korban yang mengalami luka berat yaitu Rara Paramitha (27) warga Jl Damar 01 No 105 Rt 04/06 Kelurahan Periuk Jaya Kota Tanggerang dan Nur Fitriani Fatimah (22), warga Jakarta.
Rara mengalami luka patah tulang kaki, lengan kanan, kepala dan luka di wajah. Sementara Fitri luka patah tulang belakang, kaki dan tangan.
Dari keterangan yang diperoleh Radar Cirebon, pesawat bertolak dari Bandara Penggung pada pukul 14.00 menuju Losari. Ketika melalui Kampung Patapan yang memiliki dataran rendah, pesawat menabrak kabel listrik bertegangan tinggi dari arah selatan. Pesawat pun oleng dan tersungkur di sungai yang mengering dengan posisi terbalik.
"Terbangnya rendah sekali, kalau diukur palingan tiga meter. Saya sudah teriak jangan terlalu rendah, ada kabel. Tapi mungkin karena bising oleh suara mesin, teriakan saya tidak terdengar," tutur salah seorang saksi mata, Rajim (55), warga Patapan yang tengah duduk di saung.
Entah karena pandangan terhalang ataupun terdapat kerusakan pada mesin, pesawat yang ditumpangi tiga penumpang itu menabrak kabel bertegangan tinggi. Bagian ekor pesawat tersangkut hingga membuat kabel terputus. Pesawat pun oleng tak tentu arah. Kendati pilot berusaha mengendalikan kemudi namun akhirnya tetap terjatuh.
"Ketika saya dan warga lainnya menghampiri tempat kejadian, posisi pesawat itu terbalik dengan ban berada di atas. Oleh kami pesawat tersebut dibalikkan karena ingin segera mengeluarkan korban dari dalam pesawat yang tergencet kursi," tuturnya.
Rajim mengaku kesulitan saat mengeluarkan Heru yang menjadi korban tewas. Sebab saat itu tubuh Heru terhimpit badan pesawat yang remuk.
Sedangkan dua korban luka tidak terlalu sulit dikeluarkan. Proses evakuasi itu pun baru bisa dilakukan setelah badan pesawat dibalikkan dengan menggunakan peralatan seadanya. Rajim ingat betul wajah dua siswi tadi belepotan pasir sungai bercampur darah.
Oleh warga dibantu aparat kepolisian setempat, dua korban luka langsung dibawa ke rumah penduduk yang jaraknya sekitar 500 meter. Keduanya mengerang kesakitan lantaran kaki, lengan dan punggung mengalami patah tulang.
Satu per satu mereka dievakuasi menggunakan mobil pikap dan mobil dinas camat setempat. Ambulan yang datang justru disuruh pulang lantaran datang terlambat.
Kondisi pesawat memang benar-benar remuk. Sayap dan ekor pesawat pun patah. Di dalam pesawat masih terdapat darah segar korban yang belum sempat dibersihkan.
Kampung Patapan memang dinilai cukup strategis untuk berlatih pesawat. Datarannya rendah dan di situ terdapat sungai Cijurey yang mengering karena musim kemarau.
Sungai yang dikenal juga dengan sebutan Cibatu itu merupakan batas antara Kabupaten Kuningan dan Cirebon.
Kapolres Kuningan, AKBP Wahyu Bintono SIK MH yang datang ke lokasi kejadian saat dikonfirmasi belum bisa memastikan penyebab jatuhnya pesawat. Hal itu menurutnya masih proses penyelidikan. Dan itu sudah menjadi kewenangan tim ahli dalam menyelidikinya.
"Kita tunggu tim ahli dalam menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat. Kewajiban sekarang adalah melakukan langkah awal dengan mengevakuasi korban dan melakukan pengamanan TKP. Yang melakukan investigasinya nanti ada ahlinya," tegas Wahyu.(ded/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Selewengkan Raskin, Dua Ketua RT Dipecat
Redaktur : Tim Redaksi