Tabung Gas Bus Asal China Belum Diuji

Inspektorat: KPK Bisa Turun Tangan

Senin, 17 Februari 2014 – 10:08 WIB

jpnn.com - Ketua Dewan Pembina Pusat Pengkajian Jakarta (PPJ) Muhammad Taufik mengatakan, Bus Transjakarta dan Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB) asal China menggunakan bahan bakar gas. Namun anehnya, bus-bus tersebut tidak pernah dilakukan uji bejana tekan/tabung. Padahal tabung yang dipakai dalam bus tersebut adalah tabung type 4 yang belum pernah digunakan di Indonesia.

"Pada tanggal 2 Februari lalu, tim dari PT San Abadi agen tunggal pemegang merk (ATPM) pemasok Bus Transjakarta merk Ankai, berangkat ke Jerman untuk proses sertifikasi tabung type 4 ini.  Sertifikat uji tabung diperlukan sebagai salah satu syarat pengurusan KIR Kendaraan. Anehnya, pada saat bulan Januari 2014, semua bus Ankai yang diluncurkan sudah memiliki stiker KIR. Ajaib sekali Dishub (Dinas Perhubungan)," ujar Taufik seperti yang dilansir INDOPOS (JPNN Group), Senin  (17/2).

BACA JUGA: Warga Sindang Tolak Camat Perempuan

Seperti tabung gas 3 kilogram, sambung Taufik, sebaiknya BPPT diikutkan untuk melakukan pengecekan karna ini menyangkut keselamatan penumpang. "Namun semua tidak dilakukan," sindirnya.

Sementara Kepala Inspektorat Pemprov DKI Jakarta Franky Mangatas menegaskan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bisa turun tangan atas kasus bus baru yang berkarat dan mengalami kerusakan itu. Namun ada syarat yang harus dipenuhi, yakni ditemukannya unsur pidana. "Sangat bisa, asal ditemukan tindak pidana. Mereka kan penegak hukum. Lagipula di sini ada kewenangan mereka," tandas dia.

BACA JUGA: Adu Tembak Polisi Diduga karena Salah Koordinasi

Franky mengungkapkan, dalam investigasi telah menemukan kerusakan pada komponen bus. Kemudian ia pun menghimpun dokumen sebagai syarat pengadaan bus sekaligus memeriksa sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang terlibat. "Kami lanjutkan dengan investigasi. Diyakini proses ini pasti berkembang sesuai dengan temuan-temuan nantinya," beber dia.

Selain temuan komponen bus yang berkarat, Franky mengatakan, investigasi juga menyasar proses pengadaan bus melalui tender. Hasil investigasinya nanti akan dituang dalam bentuk laporan berisi kondisi bus baru secara komprehensif. "Temuan itu berarti ada permasalahan. Bisa ditemukan pelanggaran prosedur atau hanya masalah kepatutan atau yang lain," ucapnya.

BACA JUGA: Pemprov DKI Klaim Jalan Rusak Tinggal 0,6 Persen

Menurut Franky, investigasi tidak bisa dilakukan terburu-buru. Mengingat jumlah bus yang diperiksa cukup banyak, yakni 90 unit Bus Transjakarta dan 18 BKTB. Sayangnya, investigasi itu tidak bisa selesai dengan cepat. Setidaknya baru bisa rampung dalam dua pekan mendatang. Demi mengoptimalkan investigasi, Inspektorat berencana bekerjasama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). "Kami yakin pasti ini ada pelakunya. Kita tunggu prosesnya saja," sergah dia.

Di sisi lain, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Muhammad Akbar mengungkapkan, sejumlah Bus Transjakarta dan BKTB yang rusak, terancam dipulangkan ke China. Hal itu bakal dilakukan jika hasil investigasi menunjukan bus-bus itu sesuai dengan spesifikasi kontrak atau tidak. "Kalau memang penelitian menyebutkan bus tidak sesuai spek, tentu tidak akan kita terima," tutur dia.

Di tempat terpisah, Gubernur Joko Widodo (Jokowi) bersikukuh untuk meneruskan pengadaan transportasi massal di Jakarta. Ia bakal melakukan pengadaan bus tahun ini dengan proses yang jauh lebih berkualitas. Jokowi mengaku, telah bertemu Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang baru, Muhammad Akbar.

Jokowi minta program pengadaan bus diprioritaskan. Namun, untuk mencegah kasus bus berkarat terulang, Jokowi mengandalkan sistem pengadaan barang yang bakal diterapkan di Pemprov DKI Jakarta, yakni Electronic Catalog dan Electronic Purchasing. "Yang penting saya pesan, kerja baik saja," tandasnya.

Seperti diketahui, sebanyak 5 dari 90 bus Transjakarta dan 10 dari 18 BKTB-semuanya bus baru-mengalami kerusakan pada komponennya. Banyak komponen berkarat, berjamur dan beberapa instalasi tampak tidak dibaut. Bahkan ada bus yang tidak dilengkapi dengan fanbelt. Kondisi itu memicu tidak beroperasinya sejumlah unit bus usai diluncurkan Jokowi, beberapa waktu lalu. Banyak mesin bus yang cepat panas, mesin sulit dinyalakan, proses kelistrikan sulit karena korosi di kepala aki. Bahkan, ada bus yang tabung apar pendingin mesin tiba-tiba meledak dan persoalan lain.

Telisik punya telisik, rupanya ditemukan juga kejanggalan dalam proses pengadaan bus. Pihak yang mendatangkan bus, yakni PT San Abadi, bukan pemenang tender. Terungkap bahwa PT San Abadi merupakan subkontrak PT Saptaguna Dayaprima, satu dari lima pemenang tender. Hal ini dipertanyakan, mengingat situasi demikian memungkinkan adanya mark up anggaran. (wok)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Direcoki Soal Perjanjian Batu Tulis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler