jpnn.com, SEMARANG - Assalamu’alaikum Warahmatullah. Pak KH Izzuddin yang saya hormati. Mau tanya, apa yang mendasari pembabakan Ramadan (rahmat, barakah, maghfirah)?
Khoeruddin 085643302xxx di Semarang
BACA JUGA: 5 Gangguan ini Biasanya Kerap Menyerang Saat Bulan Puasa
Jawaban :
Wa’alaikuumussalam Warahmatullah Wabarokatuh. Bapak Khoeruddin yang saya hormati dan dirahmati Allah.
BACA JUGA: Suguhkan Menu All You Can Eat di Bulan Ramadan
Saya tidak mengetahui apa dasar pembabakan yang Bapak sebut itu, yakni rahmat, barakah, dan maghfirah.
Yang saya ketahui adalah riwayat yang bersumber dari sahabat Nabi SAW., Abu Hurairah RA yang menyatakan bahwa Nabi SAW berkhuthbah pada akhir Jum’at bulan Sya’ban, yang antara lain menyatakan bahwa:
“Bulan Ramadan awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah atau pengampunan, dan akhirnya adalah keterbebasan dari neraka.” Hadits ini diperselisihkan keshahihan sanadnya.
Namun demikian, pembabakan itu sangat wajar. Ini mengisyaratkan adanya proses peningkatan ketakwaan secara bersinambung dari mereka yang berpuasa, sehingga menghasilkan ganjaran yang juga meningkat.
Awal ganjaran adalah rahmat khusus, tetapi boleh jadi rahmat ini masih sangat terbatas.
Seperti diketahui Allah menganugrahkan rahmat bagi seluruh yang hidup di dunia ini, walau binatang dan orang kafir, sehingga boleh jadi rahmat yang dimaksud di sini adalah rahmat khusus, yang belum terlalu istimewa.
Jika yang berpuasa meningkatkan amal-amalnya sesuia dengan peningkatan hari-hari puasa, maka diharapkan ia memperoleh sesuatu yang lebih tinggi nilainya dari rahmat khusus itu, yakni pengampunan Allah SWT.
Selanjutnya, jika yang bersangkutan masih terus meningkatkan amal-amal salehnya, maka pada akhir Ramadan, ia akan memperoleh puncak anugrah, yakni keterbebasan dari api neraka.
Dan untuk diingat bahwa Allah berfirman:
“Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 185).
Demikian pembabakan itu mencapai puncaknya dengan masuk ke surga, yang merupakan wewenang dan anugrah Allah semata-mata. Sekian jawaban saya, wallahu a’lam. Semoga manfaat. (*/zal)
Redaktur : Tim Redaksi