Tahu-Tempe Diperkecil, Ada yang Naikkan Harga

Selasa, 27 Agustus 2013 – 08:02 WIB

jpnn.com - BALEENDAH-Nilai tukar dolar yang menguat menyebabkan pabrik tahu dan tempe di Kampung Mekarsari, Desa Cikarees, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung terancam mogok.  Hal tersebut dipengaruhi harga kedelai yang ikut melambung tinggi lantaran bahan baku tempe dan tahu impor. 

Pengusaha tempe, Nasihin, 43, ketika ditemui di Kampung Mekarsari, Desa Cikarees, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Senin (26/8), mengatakan, dengan kenaikan harga kedelai dari harga Rp 7.600 perkilogram yang saat ini menjadi Rp 8.700 perkilogram membuat nilai produksi semakin tinggi.

BACA JUGA: Rumah Mewah Ludes Dilalap Api di Kebun Jeruk

"Kenaikan harga kedelai berdampak pada ongkos produk yang naik. Jadi, kita juga berlakukan kenaikan harga yang asalnya Rp 2000 per potong menjadi Rp 2500. Pokoknya gimana ukuran, kalau yang ukuran besar biasa kita jual Rp 3000 menjadi Rp 3500. Artinya kita naikan Rp 500 saja," kata Nasihin.

Hal serupa diutarakan pengusaha tahu Mamat,40, di lokasi yang sama. Ia pun menyesalkan kenaikan harga kedelai tersebut. Menurut Mamat, dengan kenaikan harga tersebut terpaksa ukuran tahu pun lebih diperkecil.

BACA JUGA: Di Akhir Masa Jabatan, Wako Bogor Dinilai Banyak Sengketa

"Biasanya untuk satu tahu itu berukuran 5 cm, sekarang kita ubah cetakannya untuk diperkecil hingga ukuran 3 cm. Itu jalan terbaik supaya kita masih bisa bertahan," ungkapnya.

Terpisah, lebih dari 100 orang perajin tahu dan tempe di beberapa kecamatan di wilayah timur Kabupaten Bandung seperti Nagreg, Cicalengka dan Rancaekek sepakat menaikan harga penjualan tahu dan tempenya pasaca kenaikan harga kedelai.

BACA JUGA: Hadirkan Miniatur Museum di Pusat Perbelanjaan

"Kenaikan berkisar Rp. 100 untuk tahu dengan berbagai ukuran serta Rp. 200 untuk tempe. Dengan kesepakan kenaikan harga ini kini harga termurah tempe Rp. 1000 dan untuk tahu ukuran 3x3 sentimeter Rp. 300. Harga tersebut merupakan kesepakatan bersama para pedagang dan pengrajin tahun tempe agar tidak merugi," ungkap Agus Suherman,38, salah seorang perwakilan pedagang dan pengrajin tahu tempe.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Koprasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung, Popi Hopipah mengaku, saat ini pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan bulog untuk membahas persedian kedelai yang harus disiapkan agar produksi tempe dan tahu tetap berjalan.

"Memang ini akibat kenaikan nilai tukar dolar yang naik. Tapi, antisipasi yang kita lakukan saat ini yakni melakukan komunikasi dengan Bulog untuk menyiapkan stok kedelai. Dan saat ini masih aman, hanya saja harga yang naik," paparnya.

Poppy menyebutkan, kedelai yang dibutuhkan per harinya di Kabupaten Bandung mencapai 40 ton untuk 400 unit usaha (pabrik).

"Di Kabupaten Bandung juga memiliki 5 distributor yang selalu menyalurkan kedelai ke berbagai wilayah. Memang kebutuhan kita cukup banyak terutama untuk tempe yang harus menggunakan kedelai impor. Kalau untuk tahu, memang masih bisa menggunakan kedelai lokal juga," ungkapnya. (try)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemprov DKI Batal Rogoh Rp1 Triliun untuk Jakpro


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler