Tahu Tempe Menghilang Di Pasar Tradisional

Kamis, 26 Juli 2012 – 12:03 WIB

BANDUNG – Aksi mogok produksi yang dilakukan para perajin tahu tempe dari Rabu(25/6) kemarin mulai terasa dampaknya. Ketersediaan tahu dan tempe di pasar-pasar tradisional di Kota Bandung mulai langka sejak kemarin. Masyarakat pun mulai mengeluhkan kelangkaan seperti ini yang akan terus terjadi hingga Sabtu(28/7).

Pantauan Radar Bandung (Group JPNN) di pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Bandung, hanya sedikit para penjual tahu yang menjajakan dagangannya. Walaupun ada, stok tahu tesebut merupakan sisa produksi terakhir pada Selasa(24/7) malam. Itupun hanya sedikit jumlah tahu maupun tempe yang tersedia dibandingkan hari-hari biasanya.

Idris,40, salah satu penjual tahu tempe di Pasar Simpang Dago mengatakan bahwa tahu yang ia jual merupakan tahu produksi terakhir pada Selasa malam. Idris pun mengeluhkan jumlah pasokan tahu yang dikirim dari produsen jumlahnya hanya sedikit. Hal ini berbeda dari hari biasanya.“Ya, kalau sekarang mah masih jualan soalnya ini produksi semalam, kan tahu dibuatnya tiap malam jadi untuk hari ini masih ada tapi jumlahnya sedikit,” ujar Idris.

Idris mengakui bahwa harga tahu yang ia jual ke masyarakat mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena dari perajin tahunya sendiri juga telah menaikkan harganya. Saat ini Idris menjual tahunya dengan harga Rp700-800 per buah. Kenaikan ini terjadi secara bertahap sejak sekitar tiga bulan yang lalu. “Untuk yang besar harganya Rp700-800 per buahnya, kalau yang kecil sekarang Rp 350 per buahnya,” terang Idris.

Bila kemarin Idris masih bisa menjual tahu dan tempe ke masyarakat, Idris belum mengetahui apakah selama tiga hari ke depan masih dapat berjualan tahu atau tidak. Ia pun akan menganggur selama tiga hari karena tidak diproduksinya tahu dan tempe oleh para perajin tahu.

“Kalau hari ini masih sisa, ya besok saya jual lagi. Tapi kalau habis, ya besok saya tidak berjualan alias menganggur sampai aksi mogok produksi tahu ini berakhir,” ujar Idris yang berharap hari Minggu sudah bisa berjualan kembali.

Hal yang sama juga dirasakan Maesaroh,64, yang menjual tahu tempe di Pasar Kosambi ini. Pada Selasa kemarin, Maesaroh juga hanya sedikit mendapatkan pasokan tahu. Ia hanya mendapatkan sebanyak 200 buah dari produsen tahu di Cibuntu. Jumlah tahu yang sedikit tersebut, ludes terjual dalam waktu yang cepat. “Saya hanya dapat 200 buah, itupun sisa produksi semalam, dan alhamdulillah langsung habis,” tukas Maesaroh yang menjual tahu tempe dari Cibuntu.

Seperti halnya Idris, Maesaroh pun juga tidak dapat berjualan bila para perajin tahu masih melakukan aksi mogok produksi tahu dan tempe. Ia sangat berharap bahwa aksi mogok ini jangan terlalu lama karena pasti merugikan siapa saja termasuk penjual tahu dan juga masyarakat. Pemerintah harus memberikan solusi dan membantu para perajin tahu dalam menetapkan harga tahu dan tempe di pasaran.   “Yah semoga lancar daan tidak mogok lagi. Kalau saya mah terima aja kalau harga tahu dan tempe naik, tapi jangan terlalu tinggi juga, soalnya yang penting saya bisa berjualan lagi,” kata Maesaroh.

Sementara itu, pantauan Radar Bandung terhadap harga kebutuhan pokok di pasar-pasar tradisional di awal Ramadan ini tidak mengalami kenaikan maupun penurunan yang signifikan. Hanya gula merah yang mengalami kenaikan mencapai Rp 5 ribu. Sementara harga bawang merah dan bawang putih masih stabil. Bawang putih saat ini masih Rp 20 ribu per kilogramnya, sementara itu, bawang merah Rp 12 ribu per kilogramnya. (job2/cr1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Titik Rawan Bagi Pemudik Lewati Lampung


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler