SURABAYA - Potensi kecurangan dalam unas akan semakin kecil pada tahun depan. Sebab, ada kebijakan baru untuk memperbanyak jumlah paket naskah soal unas. Dari lima paket naskah menjadi sepuluh.
"Bahkan kemungkinan akan jadi 20 paket," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayan Mohammad Nuh di Surabaya kemarin (21/4). Dia menegaskan penambahan jumlah paket soal itu ditujukan untuk menjamin kualitas siswa. Sebab, potensi sontekan antara siswa saat di dalam ruang ujian akan semakin berkurang. Dengan 20 paket soal, maka setiap siswa dalam satu ruangan akan mendapatkan soal yang berbeda.
Selama ini, pihaknya memilih lima paket soal karena alasan pendanaan. Sebab, pencetakan lima paket soal itu lebih murah dari pada sepuluh atau 20 paket soal. Mantan rektor ITS menuturkan tahun ini dana yang dikucurkan untuk pencetakan soal itu mencapai Rp 600 miliar. Dengan perubahan kebijakan tersebut, maka anggaran pun perlu ditambah lagi. "Belum tahu habis berapa. Masih akan dihitung dulu," ujarnya.
Namun, kebijakan baru itu bukan didasarkan pada kelemahan lima paket soal. Malahan, dia mengungkapkan bahwa isu-isu kecurangan dan soal bocor yang pernah mencuat di Jombang itu sama sekali tak terbukti. Kesimpulan itu didapatkan dari hasil analisis lembar jawaban unas siswa yang tidak identik satu sama lain.
Laporan dari Jombang itu hanya salah satu dari 837 pengaduan yang diterima kementrian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) selama membuka pusat pengaduan semenjak 13"19 April lalu. Yang paling banyak memang isu kecurangan dalam unas yang mencapai 213 laporan. Urutan berikutnya adalah isu kunci jawaban palsu sebanyak 73 kali laporan. Sementara pengaduan tentang kebocoran unas mencapai 71 kali.
Nuh mengakui, unas punya kelemahana bawaan berupa kerahasiaan soal. Untuk itu dia memastikan pencetakan soal pada tahun depan akan tersentral seperti tahun ini. Pada unas 2011 lalu, pencetakan dipasrahkan pada provinsi hingga melibatkan 30 percetakan. Oleh sebab itu, proses kontrol terhadap kerahasiaan naskah itu pun jadi semakin sulit. Sedangkan tahun ini, pihaknya menggandeng empat pencetakan untuk mengatasi seluruh naskah soal unas. "Proses pencetakan itu pun sedikit sekali menggunakan tenaga manusia. Untuk melipat sudah bagian mesin," katanya.
Namun, dia tak memungkiri masih ada lembar jawaban yang kurang atau rusak. Begitu pula jumlah soal yang kurang. Hanya saja, jumlahnya sedikit dan bisa diatas. Untuk naskah yang kurang difotokopi. Begitu pula dengan lembar jawaban. Sebab, pada saat pemindaian jawaban telah dipakai teknologi untuk mengatasi itu.
Menteri asal Surabaya itu mengungkapkan dengan pelaksanaan unas SMA, SMK, dan MA yang semakin baik dia pun yakin perguruan tinggi akan percaya dengan hasil unas. Sebab, pada 2013 nanti unas akan dijadikan sebagai pintu masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN). Kebijakan tersebut telah disosialisasikan ke seluruh rektor PTN se-Indonesia. "Tak ada alasan lagi menolak kebijakan itu," sebutnya.
Sebab, selama ini yang jadi kekhawiran PTN adalah tingkat kesulitasn soal dan pelaksaan unas. Dua hal itu telah diselesaikan dengan pelibatan perguruan tinggi pada saat pembuatan naskah soal. Diantaranya dengan melibatkan tim pembuat soal seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Begitu pula dengan pelibatan pengawas independen dari PTN untuk mengawasi pelaksanaan unas.
Selain dua hal itu, Nuh menilai ada satu lagi yang jadi persoalan. PTN akan kehilangan pemasukan bila tak ada SNMPTN. Minimal dari uang pembelian formulir pendaftaran SNMPTN yang seharga Rp 150 ribu- Rp 200 ribu itu. Guna mengatasi itu, dia pun akan mengucurkan dana pada PTN sebagai pengganti dana tersebut.
Secara teknis, hasil unas itu akan dijadikan sebagai persyaratan utama dalam SNMPTN. Selama ini jalur tersebut terbagi menjadi undangan dan tertulis. Nah, tahun depan jalur yang punya porsi 60 persen dalam penerimaan mahasiswa baru di PTN itu akan lewat undangan saja. SNMPTN jalur tertulis akan ditiadakan. Namun, yang dijadikan penilaian bukan hanya hasil unas saja, tapi ditambah dengan nilai rapor dan prestasi lainnya. "Kami tetap menjaga keaslian nilai unas. Meskipun nanti ada nilai akhir sekolah," tuturnya.
Kebijakan nilai unas sebagai paspor masuk ke PTN itu merupakan program integrasi vertikal. Sama halnya, hasil unas SD untuk masuk ke SMP. Begitu pula untuk masuk SMA didasarkan pada nilai unas SMP. (jun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Istighosah Kuatkan Mental Siswa
Redaktur : Tim Redaksi