Direktur Teknologi Informasi BEI Adikin Basirun mengatakan, saat jam penutupan akan ada momen pre closing mulai jam 15:45 sampai jam 15:55 dan post closing sampai jam 16:15 WIB.
"Pre closing dan post closing itu untuk menghindari perdagangan semu. Ritualnya sama seperti pre open. Sehingga seandainya ada yang sudah terlanjur melakukan penawaran dan terbentur jam tutup, masih bisa diselesaikan transaksinya pada momen post closing itu," jelasnya dalam RUPS Luar Biasa BEI di Jakarta, Rabu (24/10).
BEI juga terus mendorong rencana penurunan jumlah saham dalam lot dari saat ini 500 lembar menjadi rencananya 100 lembar saham. Upaya ini dilakukan untuk menambah likuditas karena harga menjadi turun dan memudahkan perhitungan. Di bursa lain di dunia, kata Ito, jumlah saham dalam lot sudah mengadopsi kelipatan 10.
"Ada yang satu (dalam satu lot), 100, atau 1000. Cuma di Indonesia masih 500. Tapi yang pasti kita belum bisa sampai satu lembar dalam satu lot," imbuhnya.
Terkait kinerja, BEI menurunkan target transaksi saham harian menjadi Rp 4,8 triliun dari semula Rp 5,8 triliun tahun ini. Sedangkan tahun depan transaksi ditargetkan mencapai Rp 5,5 triliun ditopang penambahan jam perdagangan, rencana penurunan jumlah saham dalam satuan lot, dan target listing perusahaan baru (IPO) sebanyak 30 perusahaan.
Direktur Utama BEI Ito Warsito mengatakan akhir tahun lalu pihaknya memang menargetkan transaksi saham harian di bursa bisa mencapai rata-rata Rp 5,8 triliun pada tahun ini. Akan tetapi seiring krisis di negara maju maka likuiditas perdagangan di seluruh bursa dunia turun. "Jadi dalam RKAT (Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan) 2012 tahun ini hanya bisa sampai Rp 4,8 triliun," ujarnya.
Transaksi rata-rata harian tahun ini sebesar Rp 4,8 triliun itu turun sekitar 12 persen dari rata-rata transaksi harian tahun lalu Rp 5,3 triliun. Akan tetapi, kata Ito, penurunan ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan penurunan yang melanda bursa saham lain baik di Asia maupun Eropa dan Amerika Serikat.
Ito mengatakan bahwa rata-rata penurunan nilai transaksi harian di mayoritas bursa unggulan Asia antara 15 persen sampai 20 persen. Sedangkan penurunan nilai transaksi rata-rata harian di bursa Eropa dan Amerika Serikat antara 20 persen sampai 25 persen. "Penurunan likuiditas transaksi lebih karena penurunan aktivitas dari para investor. Terutama investor global. Uangnya mungkin ada mereka pegang tetapi frekuensinya dikurangi," ulasnya.
BE I mengaku selalu bekerja keras untuk terus merangsang aktivitas investor baik global maupun domestic. Kerja keras itu semakin ditingkatkan seiring dengan penetapan target baru sebanyak 30 perusahaan akan listing di bursa tahun depan. "Sudah dua tahun berturut-turut target kita 25 emiten dan tahun ini insya Allah target itu terlampaui. Tahun depan kita targetkan 30 emiten sehingga bursa harus lebih kerja keras," paparnya.
Tantangan untuk bisa menembus 30 perusahaan baru masuk bursa menurutnya lebih kepada hambatan cultural berupa rasa enggan dari pemilik perusahaan swasta terkait berbagai alasan. Terutama masih berat untuk melakukan prinsip keterbukaan dan kekhawatiran dari sisi perpajakan. "Padahal sebenarnya dengan listing di bursa itu untuk kebaikan masa depan perusahaan. Maka butuh sosialisasi dan edukasi yang lebih intensif," ucapnya.
Perusahaan plat merah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga diharapkan bisa berkontribusi meskipun sejauh ini masih terkendala dari perizinan yang cukup rumit dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). "Padahal kebutuhan BUMN untuk tambahan modal sudah di depan mata dan Negara tidak selalu bisa tambah modal. Maka yang terbaik adalah dari IPO," terusnya. (gen/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Alfamart Target Buka 800 Cabang Baru
Redaktur : Tim Redaksi