jpnn.com - Dua hari mengikuti pameran di Hong Kong Internasional Film dan TV Market (Filmart) 2014, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Sapta Nirwandar memanfaatkan waktu untuk keliling semua booth peserta dari sejumlah negara. Apa yang dilakukannya?
Nelly Situmorang, Hong Kong
BACA JUGA: Semangat Menjajaki Dagangan, Intip Trik Sukses Industri Film Negara Lain
PADA saat berkeliling hari pertama itulah, Wamenparekraf Sapta Nirwandar mengaku banyak mendapatkan ilmu baru. Tak sedikit katalok dan selebaran yang dibacanya memberikan edukasi dalam dunia perfilman. Ini termasuk katalok yang menceritakan kunci kesuksesan para pelaku, dan insan industri film di luar.
”Dunia film mereka (Taiwan, Red) maju karena sudah ada proteksi dan asuransi dalam industri filmnya. Hal-hal seperti ini kan harus kita contoh, agar industri film kita juga semakin maju, tidak saja menjadi konsumsi dalam negeri, tapi juga bisa dijual ke kancah internasional,’’ katanya.
BACA JUGA: Dikerjakan Kaum Hawa, Direndam 6 Bulan, Harga Ratusan Juta Rupiah
Menurut Sapta, Hong Kong Filmart memiliki keunggulan unik karena perannya dalam menjembatani dunia barat dam timur di bidang perfilman.
Hal ini memberikan kesempatan bagi stakeholder di industri perfilman untuk menjual produk hasil karyanya kepada negara lain seperti Australia. ”Hong Kong Filmart juga menjadi wadah bagi para produser film Tiongkok untuk mempromosikan produk mereka ke luar negeri,” ujar pria kelahiran Tanjung Karang, Lampung tersebut.
BACA JUGA: Tak Peduli meski Difitnah Cari Keuntungan Pribadi
Keikutsertaan Indonesia yang difasilitasi Direktorat Pengembangan Industri Perfilman bekerja sama dengan PPFI dimulai sejak 2008 silam. Untuk kali ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan KJRI Hong Kong mendukung pelaksanaan Indonesian Movie Night dengan memutar film ‘Perahu Kertas’ yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di kampus The Hong Kong University of Science and Technology (HKUST), Kowloon pada 18 Maret 2013 lalu.
Setelah itu digelar diskusi film dengan pembicara Chand Parwez, selaku produser fi lm tersebut, yang juga berpartisipasi pada booth Indonesian Cinema. Setelah melihat situasi dan kondisi perhelatan Filmart, Sapta menantang para pelaku industri film tanah air untuk bangkit bersama. Tidak saja merangsang tumbuhnya film-film dari segi kuantitas, tapi juga menuntut segi kualitas agar mampu bersaing dan masuk menembus pasar internasional.
”Indonesia harus siap menjadi tuan rumah bagi negara Asia Pasific dan Amerika serta Eropa. Dengan banyak film-film besar seperti Soekarno, Tenggelamnya Kapal Van Deer Wicjk dan masih banyak lagi lainnya, kita harus berani go international. Tahun depan kita ramaikan dunia film tanah air dengan menggelar International film dan tv Market, kalau tidak di Bali, ya di Jakarta,’’ ujarnya.
Di hadapan delegasi dari Indonesia yang terdiri dari para produser (PPFI) seperti Raam Punjabi (MVP), Gope Samtani (Rapi Films), Chand Parwez Servia (Starvision), Kent Film Production (Evry), Andriansyah (Kojo Anima Bandung) dan banyak lagi lainnya beserta awak media dari Jakarta, Sapta begitu bersemangat. Ide dan gagasannya pun disambut baik oleh para insan film yang hadir pada momen tersebut seperti Raam Punjabi.
Sebagai langkah pembelajaran, insan film RI bisa kembali belajar pada perhelatan Cannes International Film Festival 2014 pada 25 mei mendatang di Cannes, Perancis. Pada momen tersebut, selain Indonesia menjual film, delegasi RI juga akan berjualan even Indonesia International Film & TV Market mulai tahun depan. ”Kita jangan hanya jadi peserta. Sebagai pelaksana itu keuntungannya lebih banyak. Dampak langsung dan jangka panjangnya,’’ tutur Sapta. (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 27 Tahun Lalu Dibuang, Bertemu Ibu Lewat Facebook
Redaktur : Tim Redaksi