JAKARTA--Anggota Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo mengingatkan tahun 2013-2014 adalah tahun politik yang perlu diwaspadai oleh pekerja media atau jurnalis.
Pasalnya, kata dia, semakin banyak orang yang berkepentingan politik dan tidak ingin berita-berita negatifnya ditayangkan media massa.
Pria yang akrab disapa Stanley ini mengkhawatirkan maraknya tindakan kekerasan diterima jurnalis karena pihak lain yang tidak setuju dengan pemberitaan media.
"Bisa ada peningkatan kekerasan pada wartawan mengingat jelang masa kampanye, apakah ada banyak kepentingan politik, wartawan bisa jadi salah satu target karena pemberitaannya. Oleh karena itu kita harus tindak tegas kekerasan verbal mau pun non verbal, fisik," ujar Stanley dalam jumpa pers dalam di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (5/3).
Hal ini diungkapkan Stanley menyusul peristiwa kekerasan yang terjadi pada Nurmila Sari Wahyuni alias Yuni (23), wartawati Paser TV, Kalimantan Timur.
Ia dikeroyok dan dianiaya 16 preman saat meliput sengketa tanah. Akibatnya Yuni yang tengah hamil 5 bulan mengalami keguguran. Menurut Stanley, saat ini jurnalis harus lebih waspada terhadap berbagai situasi berbahaya yang terjadi di sekitarnya akibat pemberitaan.
Sementara itu, anggota Dewan Pers Agus Sudibyo mengingatkan perusahaan media massa untuk melindungi jurnalisnya ketika terjadi tindak kekerasan. Organisasi jurnalis, kata dia, juga akan mendampingi.
Namun, dalam hal ini, perusahaan media massa harus menjadi pihak pertama yang bertanggung jawab atas keselamatan jurnalisnya.
"Jelang pemilu peran media sangat besar, mengontrol proses pilkada dan pelayanan publik. Jadi posisi media riskan. Perusahaan media harus menjamin keselamatan wartawannya," tegas Agus.
Ia berharap perusahaan media massa tidak diam-diam melakukan jalan damai dengan pelaku kekerasan terutama jika jurnalisnya mendapat kekerasan fisik.
Jika ada tindak pidana, ia menyarankan perusahaan media langsung melaporkan kepada kepolisian dan Dewan Pers.
"Tidak boleh paksakan wartawan untuk lakukan perdamaian. Ternyata perusahaan medianya sudah cincai, sudah dapat iklan, dan mengorbankan wartawannya. Tidak bisa itu, kalau dapat kekerasan harus diselesaikan," pungkas Agus. (flo/jpnn)
Pasalnya, kata dia, semakin banyak orang yang berkepentingan politik dan tidak ingin berita-berita negatifnya ditayangkan media massa.
Pria yang akrab disapa Stanley ini mengkhawatirkan maraknya tindakan kekerasan diterima jurnalis karena pihak lain yang tidak setuju dengan pemberitaan media.
"Bisa ada peningkatan kekerasan pada wartawan mengingat jelang masa kampanye, apakah ada banyak kepentingan politik, wartawan bisa jadi salah satu target karena pemberitaannya. Oleh karena itu kita harus tindak tegas kekerasan verbal mau pun non verbal, fisik," ujar Stanley dalam jumpa pers dalam di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (5/3).
Hal ini diungkapkan Stanley menyusul peristiwa kekerasan yang terjadi pada Nurmila Sari Wahyuni alias Yuni (23), wartawati Paser TV, Kalimantan Timur.
Ia dikeroyok dan dianiaya 16 preman saat meliput sengketa tanah. Akibatnya Yuni yang tengah hamil 5 bulan mengalami keguguran. Menurut Stanley, saat ini jurnalis harus lebih waspada terhadap berbagai situasi berbahaya yang terjadi di sekitarnya akibat pemberitaan.
Sementara itu, anggota Dewan Pers Agus Sudibyo mengingatkan perusahaan media massa untuk melindungi jurnalisnya ketika terjadi tindak kekerasan. Organisasi jurnalis, kata dia, juga akan mendampingi.
Namun, dalam hal ini, perusahaan media massa harus menjadi pihak pertama yang bertanggung jawab atas keselamatan jurnalisnya.
"Jelang pemilu peran media sangat besar, mengontrol proses pilkada dan pelayanan publik. Jadi posisi media riskan. Perusahaan media harus menjamin keselamatan wartawannya," tegas Agus.
Ia berharap perusahaan media massa tidak diam-diam melakukan jalan damai dengan pelaku kekerasan terutama jika jurnalisnya mendapat kekerasan fisik.
Jika ada tindak pidana, ia menyarankan perusahaan media langsung melaporkan kepada kepolisian dan Dewan Pers.
"Tidak boleh paksakan wartawan untuk lakukan perdamaian. Ternyata perusahaan medianya sudah cincai, sudah dapat iklan, dan mengorbankan wartawannya. Tidak bisa itu, kalau dapat kekerasan harus diselesaikan," pungkas Agus. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gugatan Pilkada Papua Ditentukan Minggu Depan
Redaktur : Tim Redaksi