jpnn.com, JEMBER - Sejumlah siswa di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Maarif Miftahul Ulum, Desa Wringin Telu, Jember terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di tempat darurat.
Mereka menempati gudang berukuran 2,5 x 7 meter yang dijadikan ruang kelas. Sebelumnya, lokasi tersebut digunakan untuk menyimpan perlengkapan olahraga.
BACA JUGA: Ratusan Ribu Kelas Rusak, Kemendikbud Diminta Bertindak
Yayuk Hasanah, salah seorang guru, mengatakan bahwa memasuki tahun pelajaran baru ini pihak sekolah mengalami kendala dalam menjalankan KBM.
Yakni, siswa kelas V mencapai 40 anak. Jumlah itu melebihi kapasitas ideal, yaitu 20 siswa per rombongan belajar (rombel).
''Pihak sekolah terpaksa menempatkan mereka di ruangan yang sebelumnya difungsikan sebagai gudang,'' katanya.
Sebenarnya, ucap Yayuk, bukan hanya kelas V yang jumlahnya melebihi kuota ideal. Tetapi, juga kelas II yang siswanya mencapai 42 anak.
Namun, pembagian ruang belajar hanya dilakukan terhadap kelas V karena keterbatasan sarana yang dimiliki. Selain itu, proses pembelajaran yang dilakukan bisa lebih efektif.
''Sebelumnya mereka menjadi satu rombel. Karena saat ini sudah mendekati kelas VI, mereka kami pisah biar lebih fokus dan kondusif saat mengikuti pelajaran,'' ujar Yayuk.
Menempati ruang belajar yang terbilang sempit tentu berdampak terhadap proses KBM yang dilaksanakan. Menurut Yayuk, banyak siswa yang mengeluh tak bisa konsentrasi. (mg4/ras/c4/diq/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia