jpnn.com, JAKARTA - Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung (PDASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ida Bagus Putera Prathama memastikan tidak ada pembalakan liar yang terjadi di wilayah Sentani sehingga menyebabkan banjir bandang.
Hal tersebut dapat dipastikan karena tidak ditemukan material kayu bekas tebangan yang hanyut terbawa banjir.
BACA JUGA: Bakti Rimbawan Manggala Agni KLHK Wujudkan Lingkungan Bebas Karhutla
"Pohon-pohon tersebut masih lengkap dengan ranting dan akar-akarnya, hal ini menunjukkan bahwa kayu-kayu tersebut bukan hasil kegiatan penebangan kayu yang menyebabkan banjir bandang," tegas Putera dalam jumpa pers di Manggala Wanabakti, Selasa (19/3).
BACA JUGA : Inilah Fakta-Fakta Penyebab Banjir Bandang di Sentani
BACA JUGA: Inilah Fakta-Fakta Penyebab Banjir Bandang di Sentani Â
Putera juga secara khusus menjelaskan terkait Cagar Alam Pegunungan Cycloop yang disebut telah rusak karena pembalakan liar.
Menurut Putera, Cagar Alam Pegunungan Cycloop adalah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas tertentu.
BACA JUGA: Grafis : Manggala Agni Terus Bekerja Keras Padamkan Titik Api
Cagar Alam ini mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, sekaligus sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
BACA JUGA : Banjir Surut, Bagaimana Kondisi Penerbangan di Bandara Sentani?
Pegunungan Cycloop memiliki luas kawasan 31.479,89 hektar dan terdapat open area seluas 2.415 hektar, bersumber dari peta tutupan lahan tahun 2017.
Penyebab open area tersebut antara lain pertanian tradisional, permukiman dan areal tidak berhutan.
"Jadi tidak ada aktivitas industri, atau perusahaan di kawasan itu. Itu hanya pertanian milik warga, masyarakat adat di situ yang memang untuk kehidupan mereka sehari-hari," sambung Putera.
BACA JUGA : Ma'ruf Amin: Semoga Masyarakat Sentani Kuat
Kawasan pegunungan ini memiliki kemiringan lereng yang tajam, sehingga walaupun kawasan hutannya tidak rusak, curah hujan sangat ekstrim sehingga berdampak besar pada daerah pengembangan yang ada di bawah.
"Ada pemukiman di bawah lereng gunung itu, sehingga menjadi daerah terdampak banjir jika terjadi hujan deras dengan intensitas tinggi seperti kemarin ini," imbuh Putera.
Terkait dengan CA Pegunungan Cycloop, Putera mengharapkan tercipta role model pengelolaan cagar alam berbasis kearifan lokal.
Harmonisasi antara alam dan budaya perlu dijaga dengan baik dengan cara mengajak masyarakat bersama para pemangku kepentingan untuk ikut berperan aktif dalam melestarikan CA Pegunungan Cycloop demi kesejahteraan masyarakat. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KLHK Terjunkan Tim Khusus ke Sentani
Redaktur & Reporter : Natalia