jpnn.com, BAMAKO - Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita menyatakan mundur dari jabatannya dan membubarkan parlemen beberapa jam setelah tentara pemberontak menahannya di bawah todongan senjata.
Terlihat lelah dan mengenakan masker bedah, Presiden Keita menyatakan mundur dalam pidato singkat yang disiarkan di stasiun TV pemerintah beberapa jam setelah pasukan menahannya bersama Perdana Menteri Boubou Cisse dan sejumlah pejabat tingi lainnya.
BACA JUGA: Aksi Makar, Militer Sandera Presiden dan Perdana Menteri
"Jika hari ini, elemen tertentu pasukan bersenjata kami ingin (pemerintahan) ini berakhir melalui intervensi mereka, apakah saya benar-benar mempunyai pilihan?" katanya dari pangkalan militer Kati di luar Ibu Kota Bamako, tempatnya ditahan, Selasa (18/8).
Tak segera diketahui pasti siapa yang memimpin pemberontakan tersebut, siapa yang memerintah selama Keita tidak ada atau apakah yang diinginkan oleh para pemberontak.
BACA JUGA: Militer India Tingkatkan Kewaspadaan di Wilayah Mayoritas Muslim Ini, Ada Konflik Apa Lagi?
Gambar yang sebelumnya beredar di media sosial, yang katanya berada di garnisun Kati memperlihatkan Keita dan Cisse dikepung oleh tentara bersenjata. Reuters tak bisa memverifikasi keabsahan video tersebut.
Puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Bamako sejak Juni. Massa menyerukan agar Presiden Keita mundur, atas apa yang mereka anggap gagal menangani keamanan yang kian memburuk dan praktik korupsi.
BACA JUGA: Iran Tembakkan Rudal ke Tiruan Kapal Induk Amerika, Militer AS Naik Pitam
Prancis dan negara besar lainnya serta Uni Afrika mengecam pemberontakan tersebut. Mereka khawatir bahwa lengsernya Presiden Keita dapat semakin mengguncang bekas koloni Prancis tersebut dan seluruh wilayah Sahel Afrika Barat. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil