BACA JUGA: Kompor Meledak, 500 Rumah Terbakar
Bahkan, sebuah gudang tembakau, bungalow, dan berugak di dekat tempat ibadah itu juga turut dirusak massa.Informasi yang berhasil dihimpun Lombok Post (JPNN Grup), kasus perusakan tempat ibadah ini berawal dari kekesalan masyarakat lantaran jamaah yang beribadah di tempat itu terkesan eksklusif dalam beribadah
Sebelum melakukan perusakan, sekelompok massa berkumpul di perempatan Desa Pringgasela
BACA JUGA: Loncati Gunung sebelum Mendarat
Beberapa saat kemudian tanpa ada komando massa bergerak menuju lokasi.Sebelum mengacak-acak isi masjid, massa menghujani masjid dengan batu
BACA JUGA: Tercebur Laut, Seluruh Penumpang Merpati Tewas
Pagar pembatas masjid dengan sawah warga turut dirusak massa.Belum puas merusak masjid, massa mengarah ke bangunan yang ada di dekat masjidSebuah berugak milik Hj Siti Maryam nyaris dibakar massaBahkan gudang tembakau dan bungalow milik Siti juga tidak luput dari sasaran amuk massa.
"Bahkan uang senilai 4,7 juta rupiah raib pada malam itu," kata Dondi, salah seorang putra Siti, kemarin. Puas melampiaskan emosinya, sekelompok massa itu kemudian membubarkan diri.
Beruntung saat terjadi penyerangan massa, tak satupun jamaah ada di masjid tersebutMereka lebih dahulu menghilang.
Wakapolres Lotim Kompol Darsono SA membenarkan kasus tersebut"Kami masih melakukan penyelidikan," katanya.
Beberapa barang bukti sudah diamankan"Kami belum menetapkan tersangkaKami masih melakukan penyelidikan," jelasnya.
Mantan Kabag Ops Polres Loteng ini menambahkan, Dalam kasus tersebut pihaknya juga sudah menerima laporan dari Hj Siti Maryam terkait beberapa bangunan miliknya yang ikut dirusak massa.
"Kami akan menyelidiki kasus ini duluSaat ini kondisi di tempat kejadian perkara sudah kondusif," ujarnya.
Di tempat terpisah, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Bakesbangpoldagri) Lotim H Syarif Waliyulloh mengatakan, sebelum aksi anarkhis terjadi, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk meredam emosi wargaAntisipasi ini dilakukan lantaran sudah terlihat ada gejala yang kurang baik di tengah masyarakat.
"Kami juga telah mengirimkan anggota untuk melakukan pengawasan," katanya.
Dijelaskan, sebelum salat Jumat, pihaknya mendatangi kelompok jamaah tersebut dan meminta untuk tidak melakukan aktivitas yang bisa menyulut emosi massaRencananya, setelah salat Jumat pihaknya juga akan memediasi jamaah dengan masyarakat lain agar tidak terjadi anarkhis.
"Akan tetapi setelah salat Jumat, jamaah tersebut sudah tidak ada di tempat," katanya.
"Aksi anarkhis sudah terjadiDan untuk tidak terulang lagi, kami telah meminta jamaah untuk tidak melakukan aktivitas apapun di Pringgasela," katanya.
Pemkab Lotim juga telah memutus segala akses dan fasilitas menuju masjid tersebutSalah satunya aliran listrik"Sebenarnya pemkab bersama muspika sudah memperingati jamaah untuk tidak melakukan ibadah yang menyulut kemarahan wargaKarena mereka belum mendapatkan izin," ujarnya.
Sebelumnya, Camat Pringgasela Slamet Alimin mengatakan, keberadaan jamaah ini telah meresahkan wargaKarena dalam menjalankan aktivitasnya, terutama dalam beribadah kelompok ini terkesan eksklusif"Mereka tidak mau berbaur dengan masyarakatSehingga hal inilah yang mengundang kecurigaan masyarakat," ungkapnya.
Pihaknya bersama muspika juga sudah melaporkan adanya jamaah ini kepada Bupati LotimHal ini dilakukan untuk mendapat arahan untuk menyikapi masuknya faham baru yang dipercaya jamaah ini"Kami tidak ingin faham ini menimbulkan gejolak sosial di tengah masyarakat," katanya.
"Berdasarkan petunjuk bupati, kami diminta untuk tidak memberikan izin bagi jamaah tersebut untuk melakukan aktivitas," tegasnya.
Pihak kecamatan juga sangat menyayangkan masuknya faham jamaah iniTerlebih tanpa ada pemberitahuan dan izin untuk melakukan aktivitas ke pihak kecamatan.
"Jika ada laporan, kami bisa melakukan kontrol terhadap berbagai kegiatan faham ituSekarang justru masyarakat yang lebih dahulu melapor kepada kecamatan," katanya.
Menurut informasi, faham ini memang terkesan eksklusifSaat melakukan salat Jumat saja, jamaah tersebut tidak mau bergabung dengan masyarakat secara umumMereka salat Jumat sesama jamaah sajaPadahal ada dua masjid besar di Pringgasela yang selalu digunakan masyarakat untuk melakukan kegiatan keagamaan termasuk salat Jumat.
"Hal inilah yang membuat masyarakat curiga terhadap penganut faham itu," tegasnya.
Tidak itu saja, saat melakukan pengajian maupun kegiatan keagamaan yang lain, jamaah faham itu mendatangkan orang khusus dari luar Pringgasela. "Masyarakat marah dan melakukan aksi anarkhis," jelasnya.
Pejabat sementara Kades Persiapan Pringgasela Selatan H Zikrullah menyayangkan kejadian iniKhususnya sikap keras kepala dari para jamaah yang tetap memaksa malakukan aktivitasnya secara terpisah dengan masyarakat umum.
"Pihak desa bersama kecamatan sebenarnya sudah merencanakan mediasiBahkan kami sempat menegur langsung maupun melalui surat aktivitas jamaah itu," tegasnya.
Pagi hari, sebelum kejadian, pihak desa sempat meminta jamaah faham itu untuk tidak melakukan aktivitas atau ibadah Jumat di masjid tersebut.
"Pagi itu masjid dibersihkanSaya tanyakan kepada salah satu jamaah, ternyata memang akan ada kegiatanPada saat itu saya langsung melarangnya," ungkapnya.
Untuk melakukan pencegahan, sebelum salat Jumat, masjid itu disegel oleh pihak desaPintu masuk dan pagar bambu yang mengelilingi masjid itu digembokNamun pada saat menjelang salat Jumat, jamaah nekat masuk untuk melakukan kegiatan ibadah"Mereka masuk dengan cara merusak pagar," jelasnya.
Bahkan janji jamaah untuk melakukan dialog setelah salat Jumat gagal karena jamaah sudah meninggalkan masjid"Inilah yang menjadi salah satu pemicu marahnya wargaKarena tidak ada itikad baik untuk menyelesaikan permasalahan," duganya.
Diakuinya, beberapa warga setempat memang sudah bergabung ke faham tersebutJumlah total jamaah yang sering menggelar kegiatan di masjid itu hanya sekitar 20 orangDari jumlah itu sekitar 12 orang warga Desa Persiapan Pringgasela Selatan.
"Aktivitas jamaah di lokasi ini sudah berlangsung sekitar dua tahunLahan yang dianggap masjid oleh jamaah ini adalah tanah wakaf," katanya.
Namun seiring berjalannya waktu, jamaah ini mulai mengelompokkan diriBahkan bangunan yang semua hanya musala dipaksakan menjadi masjidMereka kemudian tidak mau salat Jumat dengan masyarakat lainnya"Padahal di Pringgasela ada masjid besar," ungkapnya.
Dondi, putra Siti Maryam yang bangunannya ikut dirusak massa mengaku kecewa dengan munculnya aksi perusakan ituPasalnya, bangunan miliknya yang tidak ada kaitannya juga turut dirusak. Menurutnya, aksi ini benar-benar anarkhis yang mengarah penjarahan.
"Penjaga gudang milik ibu saya bilang sebelum merusak masjid, masa terlebuh dahulu merusak gudang," ungkapnya.
Lokasi masjid dengan gudang memang tidak jauhKedua bangunan itu hanya dibatasi pagar yang terbuat dari bambu.
Dondi juga mengakui lahan tempat berdirinya bangunan yang dijadikan masjid oleh jamaah faham itu adalah milik keluarganyaNamun empat tahun lalu, ayahnya mewakafkan lahan itu untuk jamaah"Artinya siapa saja boleh menggunakan masjid ituTernyata dalam perkembangannya digunakan oleh jamaahNiatnya bapak yang penting untuk ibadah saja," tandasnya.
Setelah diwakafkan, pihaknya tidak tahu tentang aktivitas di masjid ituKarena antara halaman masjid dan gudang telah dibuatkan pembatas dari pagar bambu"Sebenarnya gudang ini tidak ada kaitannya dengan masjid," katanya.
Dondi menduga ada motif lain dibalik aksi iniKarena saat aksi itu, bangunan milik keluarganya yang lebih dahulu dirusakBahkan warga yang berada di sekitar masjid juga tenang-tenang saja. "Saya baru tahu ada setelah satu jam aksi berlangsungKata penjaga gudang, pelaku perusakan lebih banyak memakai cadar," katanya.
Atas kejadian ini, pihaknya telah melayangkan laporan ke Polres LotimPasalnya, kasus ini membuatnya mengalami kerugian yang tidak sedikitBahkan tembakau yang siap kirim beserta sejumlah peralatan turut dirusakBelum lagi adanya sejumlah uang yang hilang"Ini bisa dikatakan penjarahanKerugian bisa mencapai ratusan jutaKarena tembaku banyak yang rusak," tegasnya.
Sementara itu, salah seorang warga Pringgasela yang juga pengikut faham tersebut sangat menyayangkan aksi ini.
Menurutnya, dalam melaksanakan ibadah tidak ada yang beda antara jamaah dan warga pada umumnyaSelain itu, penggunaan masjid ini dilakukan untuk menghindari mubazirKarena sudah diwakafkan tidak ada yang memanfaatkan"Yang menjadi imam biasanya datang dari Bagek Nyaka, Kecamatan Aikmel," katanya sambil berharap namanya tidak dikorankan.
"Ada beberapa hal yang dianggap bid’ahKami kira ini menjadi salah satu yang tidak bisa diterima masyarakatKalau cara ibadah kami sama semuanya," tandasnya.
Sementara itu, pantauan lokasi tersebut masih disterilkan oleh aparat kepolisianDi lokasi juga masih terlihat garis polisi yang mengelilingi kompleks masjid.(rur/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Loyal, Sekretaris KPU Maybrat Dicopot
Redaktur : Tim Redaksi