Tak Hanya Panen Cacian, Ini Alasan Lambert Jitmau dari Ketua Tim Percepatan Pemekaran

Jumat, 01 April 2022 – 18:24 WIB
Lambert Jitmau menyatakan mundur dari Ketua Tim Percepatan Pemekaran Provinsi Papua Barat Daya. Foto: Ernes B Kakisina/Antara

jpnn.com, SORONG - Lambert Jitmau menyatakan mundur sebagai ketua Tim Pemekaran Papua Barat Daya.

Pengunduran diri itu disampaikan di tengah maraknya aksi penolakan usulan pembentukan daerah otonom baru (DOB).

BACA JUGA: Ketua MPR Dukung Pembentukan Provinsi Papua Barat Daya

Dia mengaku sebagai ketua tim sering menjadi sasaran unjuk rasa, bahkan hingga panen cacian.

Namun, dia menegaskan bukan itu alasan utamanya mundur sebagai ketua tim pemekaran.

BACA JUGA: Jokowi Presiden, Puan Yakin Provinsi Papua Barat Daya Terbentuk

"Saya segera mengembalikan SK sebagai Ketua Tim Percepatan Pemekaran Provinsi Papua Barat Daya kepada Gubernur Papua Barat," ujar Lambert Jitmau, Jumat (1/4).

Pria yang sekarang menjabat sebagai Wali Kota Sorong itu mengungkapkan pemekaran merupakan janji Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan saat masa kampanye.

Namun, tim percepatan pemekaran yang dibentuk dan mendapatkan SK gubernur tersebut tidak mendapat dukungan sama sekali.

"Baik dukungan finansial maupun dorongan untuk berkoordinasi serta berkomunikasi dengan pemerintah pusat agar pemekaran yang menjadi perjuangan bersama selama ini dapat terwujud," beber Lambert Jitmau.

Alumni Universitas Pasundan itu mengungkapkan karena tidak mendapat dukungan sama sekali hanya dirinya sebagai ketua tim yang selalu jadi sasaran pengunjuk rasa yang menolak pemekaran.

Gubernur maupun kepala daerah lain di wilayah Sorong Raya yang menjadi satu kesatuan usulan pemekaran Provinsi Papua Barat Daya tidak didemonstrasi.

Karena itu, tegas Lambert Jitmau, dia akan segera mengembalikan SK sebagai ketua tim percepatan pemekaran kepada gubernur agar tidak menjadi olok-olokan kelompok yang menolak pemekaran.

"Saya nyatakan mendukung dan siap menjalankan apapun keputusan negara. Saya tetap bagian dari NKRI dan itu harga mati," tegasnya. (jpnn/antara)


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler