Tak Perlu ke Yogyakarta, Sate Klatak Kini Ada di Ciputat, Rasanya Maknyus

Senin, 10 April 2023 – 10:54 WIB
Tak Perlu ke Yogyakarta, Sate Klatak Kini Ada di Ciputat, Rasanya Maknyus. Foto: dok. Pawon Eyang Agung

jpnn.com, CIPUTAT - Bagi penyuka sate klatak kini tak perlu pergi ke Bantul, Yogyakarta, untuk bisa mencicipi kuliner tersebut.

Sebab, sate dari kambing dengan rasa khas itu ada di Pawon Eyang Agung, kawasan Serua Indah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

BACA JUGA: Sate Klatak dengan Bumbu Beda, Mak Nyuusss

Cara memasak sate klatak terbilang unik karena menggunakan jeruji besi sepeda yang membuat daging empuk sampai ke dalam.

Penyajiannya pun disertai bumbu kuah dan tiap porsi hanya terdiri dua tusuk karena ukuran dagingnya cukup besar.

BACA JUGA: Beginilah Kondisi Warung Sate Klathak setelah Jadi Lokasi Shooting AADC2


Pawon Eyang Agung menyediakan sate klatak. Foto: dok. pribadi

Nah, di Pawon Eyang Agung, sate klatak dimasak dan disajikan sama seperti yang ada di Yogyakarta.

BACA JUGA: Resto di Bekasi Ini Cocok untuk Berbuka Puasa, Harganya Juga Terjangkau

"Kami sudah uji coba sate klatak dan rasanya cocok," kata Ian Pribadi, Managing Partner Pawon Eyang Agung, belum lama ini.

Selain sate klatak, resto berinterior tradisional ini juga menyediakan menu lain, seperti tongseng, gulai, jangan lombok (sayur cabai), tengkleng, bakmi godok, dan lainnya.

"Filosofinya itu rindu kampung halaman, makanya menu yang kami sajikan itu yang mengingatkan masakan kampung," tuturnya.

Ian Pribadi mengatakan bahwa harga yang dibanderol pun bervariatif dan ramah di kantong, mulai dari Rp 25 ribuan.

"Kami buka dari jam delapan pagi sampai pukul sembilan malam," ujar Ian Pribadi.

Ide Awal Pawon

Pawon Eyang Agung didirikan Ian Pribadi bersama empat rekannya, yakni Idham Agustakhid Hamengku, Robert, dan Indra Pratama, serta satu chef.


Idham Agustakhid Hamengku dan komedian Narji saat pembukaan Pawon Eyang Agung. Foto: dok. pribadi

Idham mengungkapkan bahwa ide awalnya karena dirinya merasa kesepian setelah praktik pengobatan tradisional sekitar jam sepuluh pagi hingga malam.

Menurut Idham, area rumah makan tersebut awalnya memang digunakan mendiang ayahnya untuk kegiatannya sehari-hari, mulai pengobatan hingga bisnis travel umrah.

"Akhirnya jadi pawon ini untuk kumpul-kumpul bersama teman untuk minum kopi," tutur Idham lantas tersenyum. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler