Beginilah Kondisi Warung Sate Klathak setelah Jadi Lokasi Shooting AADC2

Pembeli Membeludak, Omzet Kian Berlipat

Minggu, 05 Juni 2016 – 18:48 WIB
Foto: Ayatollah Antoni/JPNN.Com

jpnn.com - Sate klathak merupakan salah satu kuliner kondang di Yogyakarta. Namanya kian melambung karena tempat kuliner yang hanya ada di  Pasar Jejeran, Wonokromo, Bantul itu menjadi salah lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2).

RIZAL S NUGROHO, Bantul

BACA JUGA: Mau Potong Rambut yang Mana Bang? Di Sini Bisa Apa Saja

BAGI warga Yogyakarta, warung sate klathak Pak Bari tentu sudah tak asing lagi. Lokasi Bari berjualan sate klathak sebenarnya agak jauh dari pusat Kota Jogja. Lokasinya juga bukan di pinggir jalan besar, tetapi di dalam Pasar Jejeran di Jalan Imogiri, Bantul.

Tapi bagi pemuja selera, jauhnya tujuan kuliner bukanlah halangan. Sate klathak memang punya keistimewaan yang tak ditemui di tempat lain.

BACA JUGA: Bule Cantik Ternyata Lebih Suka Martabak Lho...

Tidak seperti sate kambing biasa yang menggunakan kayu untuk merangkai daging, sate klathak justru menggunakan jeruji besi bekas sepeda. Elemen besi pada jeruju diyakini mampu mengantarkan panas lebih baik sehingga daging kambing matang dengan sempurna.

Lantas, mengapa namanya sate klathak? Menurut Bari, nama sate klathak berasal dari isi biji melinjo yang ditempelkan di atas sate.

BACA JUGA: Masa Kecil di Tepi Sungai, Kini Komandan Kapal Perang TNI AL

Bari dengan sate klathak jualannya di Pasar Jejeran, Jalan Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Foto: Rizal S Nugroho/Radar Jogja

“Masa kecil saya kurang bahagia, untuk menambah uang saku saya jualan melinjo. Melinjo yang sudah dikupas kulitnya itu kadang ditaruh di atas sate, jadi sebutan orang-orang sate klathak,” tuturnya kepada Radar Jogja (Jawa Pos Group).

Namun, ada pula versi lain tentang asal-usul sebutan sate klathak. Yakni karena suara ‘klothak-klathak’ atau bunyi gemeletak yang terdengar dari sate dengan tusuk jeruji saat dibakar di atas bara api.  

Bari biasanya menjajakan sate klathaknya mulai pukul 18.30 WIB atau selepas azan magrib. Tempatnya berjualan pun di pasar tradisional yang minim penerangan.

Namun, begitu warung dibuka, pembeli sudah mengantre. Semakin malam terkadang kian susah mendapatkan tempat duduk di warung Bari. Beberapa pengunjung ada yang rela antre dengan menggelar tikar di lorong-lorong pasar yang minim penerangan.

Bari merupakan generasi ketiga penerus usaha sate klathak yang fenomenal itu. Mulanya, perintis sate klathak adalah Mbah Ambyah, nenek Pak Bari. Usaha itu sudah dimulai sejak sebelum Indonesia merdeka.

Ketika Mbah Ambyah meninggal, usaha sate klathak lantas diteruskan oleh ayah Bari yang bernama Wakidi. Mulanya Wakidi menjajakan sate klathak dengan berkeliling menggunakan pikulan.

Akhirnya, Wakidi menyewa sebuah kios untuk berjualan satenya.  “Saya adalah generasi ketiga, nenek saya Mbah Ambyah berjualan sejak sebelum Indonesia merdeka. Tempatnya sama dengan sekarang, tapi dulu belum ada pasar, masih di bawah pohon Waru” ungkap Bari.

Tapi, menjajakan sate klathak di sebuah kios ternyata tak sesuai harapan Wakidi. Ia harus berpindah tempat berkali-kali demi menyewa kios.

”Pindah-pindah terus tiap tahun. Akhirnya kembali ke tempat Mbah Ambyah berjualan dulu, tapi sudah jadi pasar,” tutur Bari yang sudah meneruskan usaha keluarga itu sejak 1992.

Bari belajar langsung dari ayahnya. Sejak masih berusia 15 tahun, ia selalu membantu Wakidi berjualan sate klathak sehingga tahu persis cara meracik bumbu dan mengolahnya.

Untuk bumbu sate klathak, kata Bari, sebenarnya gampang. Sebab, bumbunya hanya garam. “Sate minimalis liiss…,” candanya

Namun, ada kuncinya. Yakni saat membakar satenya tidak boleh terlalu matang dan bumbunya hanya garam.

Minimalisnya sate klathak tidak hanya dari bumbunya. Untuk ukuran harganya pun sangat terjangkau. Seporsi hanya Rp 20 ribu yang berisi sepuluh tusuk sate, nasi, kuah gulai, dan segelas air minum.

Bari juga menyuguhkan teh panas. Hanya saja, pemanisnya menggunakan gula batu.

Ketenaran warung sate klathak Pak Bari semakin populer di telinga masyarakat Yogyakarta bahkan seluruh Indonesia tak lama setelah film AADC2 dirilis. Film laris itu memang memilih salah satu lokasi shooting di warung sate milik Bari.

Sebelum menjadi lokasi salah satu adegan AADC2, warung sate Bari biasanya baru tutup pada jam 01.00 atau bahkan 02.00. Tapi, kini sate klathak seolah mendapat berkah dari film yang dibintangi Dian Sastro dan Nicholas Saputra itu. Pada pukul 21.00 saja biasanya dagangan Bari sudah ludes.

“Hari-hari biasa bisa menghabiskan 50 kilogram daging kambing. Setelah dipakai shooting AADC Dua bisa sampai dua kali lipatnya lebih,” ungkap suami Siti Rubilah itu.

Namun, sebelum menjadi lokasi shooting AADC 2 pun sebenarnya sate klathak sudah kesohor. Hanung Bramantyo, Zaskia Adya Mecca, Butet Kertaradjasa, Vicky Shu, Tora Sudiro, hingga Dian Sastro, Riri Riza dan Mira Lesmana merupakan nama-nama kondang yang menjadi pelanggan sate klathak.

Sampai suatu ketika Bari didatangi kru produksi film karena warungnya akan dijadikan lokasi shooting. Warungnya pun di-booking semalaman untuk lokasi pengambilan gambar.

“Mereka bilang, ‘Mas, besok tempatnya mau dipakai shooting boleh ndak?’. Ya saya jawab silakan saja, nggak tahunya buat film AADC Dua, terus dibooking semalam,” paparnya.

Kini, Bari dan sate klathaknya memang kian kondang. Bahkan banyak pembeli yang meminta foto bersama.

Nama sate klathak juga sudah kondang ke telinga para pejabat. Sejumlah pejabat negara termasuk menteri sudah menyambangi warung Pak Bari.

“Kalau pejabat atau menteri pernah ada yang ke sini. Tapi aku ndak hafal, malah pelanggan yang kasih tahu,” tuturnya dengan logat jawa khasnya.(ila/ong/jpg/bia/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Wisuda, Masih Pakai Toga Datang ke Makam Ayahnya...Menangis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler