jpnn.com, QUITO - Presiden Ekuador Lenin Moreno bakal memindahkan pusat pemerintahan dari ibu kota Quito ke Kota Guayaquil di pesisir negara Amerika Selatan tersebut. Keputusan ini diambil di tengah gelombang demonstrasi yang telah melumpuhkan ibu kota.
Sejak unjuk rasa pada Kamis (3/10), sekitar 680 orang ditangkap. Termasuk seorang legislator yang dahulu mendukung Moreno, Rafael Correa.
BACA JUGA: Ada Joker Ikut Demo Tertawakan Penyeru Perppu KPK
Moreno menuduh Correa telah bekerja sama dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk mengkudeta dirinya. Tudingan ini didukung oleh pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido yang juga menyebut Maduro membiayai protes di Ekuador.
Kemarin, Selasa (8/10), Moreno mengeluarkan dekrit pemberlakuan jam malam di sekitar gedung-gedung pemerintah. Dimuat Reuters, jam malam akan berlaku dari pukul 8 malam hingga 5 pagi selama Keadaan Darurat Nasional masih diberlakukan
BACA JUGA: Respons DPR soal Rencana Demo Mahasiswa Besar-besaran
Di sisi lain, pemerintah Ekuador mengaku tengah mencari mediasi dari PBB atau Gereja Katolik Roma. Demi terciptanya perdamaian di negara mereka.
"Kami mendorong dialog sebagai cara yang diperlukan untuk menemukan tujuan bersama, yang mengutamakan kepentingan nasional dan perdamaian sosial," kata Moreno.
BACA JUGA: Mantan Bos Intelijen Heran Polisi Belum Tangkap Dalang Demo Rusuh di DPR
Diketahui, protes yang sudah berlangsung sepekan ini dipicu oleh pemotongan subsidi BBM. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari paket reformasi ekonomi yang diambil pemerintahan Moreno setelah mendapat pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) senilai USD 4,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 59,5 triliun. (rmol/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil