jpnn.com, LUMAJANG - Talas beneng merupakan sumber pangan alternatif yang tumbuh subur sebagai tanaman liar maupun hasil budi daya.
Tanaman ini tumbuh sumur di daerah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
BACA JUGA: Crazy Rich Indra Kenz Pergi ke Turki Sebelum jadi Tersangka, Brigjen Whisnu: Menarik Juga
Salah seorang petani di Kabupaten Lumajang Gunar Muhamad Ali telah berbuat nyata dalam penyediaan pangan dan pencetak devisa melalui kegiatan ekspor produk turunan talas beneng.
"Selain sebagai sumber pangan alternatif pengganti beras, semua yang ada pada talas beneng bernilai ekonomi tinggi, baik daun, umbi, dan pelepahnya," katanya ditemui, Minggu (6/3).
BACA JUGA: Tengah Malam Warga KBB Heboh, Pria Tewas Terkapar, Wanita dan Bayi Berlumur Darah
Selain dari umbinya sebagai bahan makanan bagian lain dari talas beneng yang tidak kalah pentingnya ialah daunnya.
Saat ini daunnya sudah dimanfaatkan dan diproduksi menjadi rajangan kering atau untuk kebutuhan lain baik kebutuhan dalam maupun luar negeri.
BACA JUGA: Sandiaga Uno Tepati Janjinya Membantu UMKM di Jambi
Gunar menjelaskan bahwa setelah daun hijau dipetik selanjutnya diperam selama tiga hari dan setelah kuning daunnya dirajang.
Selanjutnya dijemur di matahari atau oven dan setelah kering dibungkus dan packing siap untuk diekspor. Panen umbi, petani tinggal mengirim bentuk tebang timbang.
"Sedangkan pelepahnya atau tangkai daun setelah dikeringkan dan dimasukkan mesin pelet digunakan untuk konsentrat pakan ternak atau ikan," ungkap Gunar.
Star panen daun talas beneng yang relatif cepat yaitu pada usia tanam bulan kelima mulai panen daun.
Setelahnya panen daun setiap bulan, sedangkan panen umbi pada tahun kedua atau ketiga dan ini sebagai bonus usaha.
"Sehingga petani tidak menunggu masa panen yang lama, cukup lima bulan mulai panen, setelahnya mempunyai pendapatan rutin setiap bulan dan panen umbi sebagai bonus usaha," jelasnya.
Selain itu, sifat talas yang penting lembab sehingga hemat air maka tanaman sudah subur, jadi risiko usaha sangat kecil dengan biaya sekali, namun mempunyai usaha seterusnya.
Perawatan tanaman yang murah dan mudah dan ramah lingkungan menjadikan Talas Beneng ini menjadi salah satu tanaman primadona untuk dikembangkan oleh petani atau masyarakat luas.
Gunar menambahkan sebelum masa panen umbi diantara pohon ditanami bibit baru sehingga pada saat panen umbi, tanaman susulan dengan populasi yang sama mulai panen daun.
"Pada perkembangannya sekarang ini, permintaan hasil produksi talas beneng berupa rajangan kering daun talas beneng dari mancanegara sangatlah besar, bisa dikatakan permintaan ekspor dari luar negeri sangat jauh di banding dengan populasi talas beneng di Indonesia," ujar Gunar.
Permintaan pasar nasional dan manca negara sangat besar, yang sampai sekarang ini belum bisa terpenuhi.
Pada masa pandemi ini saja, selain permintaan dalam negeri yang begitu besar, permintaan luar negeri untuk talas beneng juga tidak menyurut.
Selain Australia, ada beberapa negara lain yang menampung hasil panen talas beneng ini, di antaranya Taiwan, Turki dan Dubai.
Dalam perkembangan, berbagai pihak mendukung program budidaya Talas Beneng yang menjadi komoditas eksport ini, sehingga program usaha budi daya talas beneng ini memiliki nilai ekonomi yang sangat aman dan sangat layak dijalankan oleh perusahaan atau masyarakat petani sebagai peluang bisnis besar dalam jangka waktu panjang.
"Beberapa UMKM juga sudah berhasil mengembangkan umbinya menjadi makanan ringan seperti keripik, bahkan ada yang dibuat tepung yang digunakan sebagai bahan dasar roti, beras talas beneng, dll, sehingga budidaya Talas Beneng ini sangat layak sebagai program usaha yang bisa meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat yang nantinya akan membawa kesejahteraan untuk semua masyarakat Indonesia," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan untuk menjaga pangan di tengah pandemi, presiden telah mengamanatkan semua kementerian dan lembaga negara untuk memprioritaskan kebutuhan pangan sebagai pasokan masyarakat.
"Pengembangan sektor pangan membutuhkan cara-cara baru yang inovatif, meningkatkan efisiensi proses produksi, pangan berkualitas dengan harga terjangkau, memperbaiki daya dukung ramah lingkungan dan mensejahterakan para petani," katanya.
Dedi menambahkan jika ekspor pertanian jadi salah satu fokus Kementan, apalagi di era pandemi Covid-19. (rhs/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti