KABUL - Internet ternyata memang berguna untuk siapa saja, termasuk para militan Taliban di Afghanistan. Baru-baru ini, kelompok yang bertanggungjawab atas kematian ribuan warga sipil sejak jatuhnya kekuasaan mereka tahun 2002 lalu, meluncurkan situs di dunia maya yang memungkinkan para simpatisannya melakukan tanya-jawab seputar jihad dan beragam hal lainnya.
Para pengunjung situs bernama Voice of Jihad atau Suara Jihad tersebut dapat melancarkan berbagai pertanyaan kepada Zabihullah Mujahid selaku juru bicara Negara Emirat Islam Afghanistan. Sebagaimana dilaporkan AFP Rabu (28/3), peluncuran situs itu memperlihatkan adanya perubahan perspektif bahwa para ekstrimis Taliban akan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Bulan lalu, Maulavi Qalamuddin -mantan petinggi Taliban yang seringkali memerintahkan pemecutan wanita yang tidak bercadar dan memenjarakan pria yang tidak memanjangkan jenggot- pernah mengaku kepada wartawan AFP bahwa dirinya punya dua pesawat TV di rumah.
Saat berkuasa di negara yang pernah di jajah Uni Soviet itu, pemerintahan Taliban melarang warganya untuk memiliki atau sekedar menonton televisi karena programnya dianggap tidak Islami. Tapi kini mereka memilik akun Twitter sendiri, dan tak jarang berargumen di dunia maya dengan musuh mereka di pemerintahan atau tentara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang diterjunkan ke Afghanistan untuk menumpas gerakan mereka.
Situs Suara Jihad banyak dipenuhi hujatan-hujatan kepada pemerintahan presiden Hamid Karzai, yang disebut ‘budak’ atau ‘boneka’ dari negara-negara barat- yang disebut ‘kafir’ atau ‘musuh Islam’. Situs itu juga sering membesar-besarkan keberhasilan mereka dalam peperangan menahun dengan tentara pemerintah dan kekuatan asing yang dipimpin Amerika Serikat.
Banyak dari pengunjung yang memanfaatkan fitur tanya-jawab di situs tersebut merupakan pendukung Taliban yang seringkali memuji para militan dan mendoakan kesuksesan mereka dalam “perang suci melawan tentara salib”.
Akan tetapi, salah satu pengunjung yang mengaku bernama Haseeb Ul Rahman dilaporkan telah memancing argumen seru di situs tersebut dengan menanyakan dasar hukum membunuh orang-orang tidak bersalah. “Tidakkah membunuhi orang tidak bersalah itu dosa besar? Siapa yang akan bertanggung jawab di depan Allah nantinya?” tulis pria tersebut dalam postingannya.
Sementara si pengelola website tersebut menyatakan, kematian orang sipil merupakan akibat suatu kesalahan teknis. “Membunuh warga sipil memang tidak diperbolehkan, tetapi seringkali kematian yang dilaporkan itu tidak lebih dari bentuk propaganda musuh untuk menyudutkan kami,” katanya.
“Warga sipil lebih banyak mati dalam serangan yang dilakukan pihak musuh. Sedangkan bagi mereka yang mati dalam serangan para mujahidin, itu semua semata-mata disebabkan salah sasaran atau kesalahan teknis lainnya,” tambahnya.
Tahun lalu, lebih dari 3,000 warga sipil telah dilaporkan tewas dalam konflik di Afghanistan. Menurut PBB, lebih dari sepertiga jumlah keseluruhan tersebut tewas ditangan Taliban atau kelompok militant pemberontak lainnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garam Disangka Sabu, Pria Inggris Dibui di Afsel
Redaktur : Tim Redaksi