jpnn.com, KABUL - Seorang pesepak bola ternama di Afghanistan menyebut kondisi di ibu kota Kabul mulai normal dan terkendali di bawah kuasa Taliban.
Masyarakat sudah berani keluar rumah untuk beraktivitas.
BACA JUGA: Presiden Afghanistan Kabur Bawa Berkarung-karung Duit, Tidak Muat Masuk 4 Mobil dan 1 Helikopter
Namun, kecemasan warga terhadap kelangsungan negara masih sangat terasa.
Kepada Marca, pemain yang sempat diculik oleh Taliban selama akhir pekan kemarin mengaku khawatir dengan sepak bola Afghanistan.
BACA JUGA: Konon Beberapa Pentolan Taliban Dukung Pendidikan untuk Perempuan
Dia takut Taliban ikut campur dan memicu FIFA menjatuhkan sanksi kepada Afghanistan. Andai sanksi jatuh, dia tidak bisa bermain sepak bola.
FIFA punya aturan tegas terhadap asosiasi di bawahnya. FIFA memiliki kebijakan yang jelas tentang pemisahan kekuasaan antara pemerintah dan federasi sepak bola, tidak boleh ada campur tangan.
BACA JUGA: Taliban Berjanji Membentuk Pemerintahan Islami yang Inklusif di Afghanistan
"Saya berharap Taliban yang berkuasa tidak terlibat dengan Federasi Sepak Bola Afghanistan (AFF), karena itu berarti sanksi FIFA dan kami tidak menginginkan itu," katanya.
Sepanjang percakapan dengan Marca, si pemain menggambarkan Afghanistan.
Saat wawancara hampir berakhir, ada perubahan nada.
"Saya dan keluarga hanya ingin hidup di tempat yang damai dan tenang, dan sayangnya, mungkin kami hanya dapat menemukannya di luar negeri," katanya.
"Di sini, tidak ada yang bisa menjanjikan untuk anak kami. Saya tidak meminta limosin, saya hanya bertanya, 'apakah ada yang bisa Anda lakukan untuk kami?' Saya punya istri dan 15 hari yang lalu dia melahirkan putri saya yang cantik, masa depannya adalah yang terpenting bagi saya saat ini," katanya kepada Marca.
"Saya tidak ingin dia melihat situasi seperti ini ketika dia besar," imbuhnya.
Dia mengaku butuh dana bepergian dengan keluarganya ke Iran.
"Yang benar adalah bahwa semuanya sudah mulai tenang dan kehidupan terus berjalan untuk saat ini. Minggu lalu, tidak ada yang berani turun ke jalan, tetapi sekarang orang-orang mulai menjalani kehidupan yang kurang lebih normal," katanya.
"Namun, perasaan kami tidak baik. Buat saya, yang paling mengkhawatirkan adalah masa depan bayi perempuan saya," imbuhnya.
Terpisah, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menegaskan pihaknya akan melindungi hak perempuan dalam kerangka Islam.
Hak perempuan menjadi isu yang paling disorot lantaran selama ini Taliban identik dengan kelompok yang tak mengenal pendidikan untuk kaum hawa.
Zabihullah bahkan memberi sinyal bakal ada perempuan dalam susunan pemerintahan nanti.
Bisa saja benar, atau mungkin hanya sebuah janji untuk meredakan ketegangan di seluruh Afghanistan, terutama di Kabul.
Zabihullah mengatakan, Taliban pengin hubungan damai di dalam dan dengan dengan luar negeri.
"Kami tidak menginginkan musuh internal atau eksternal,” kata Zabihullah.
Taliban wajib bergerak cepat menurunkan ketegangan di Kabul lantaran setelah mengepung ibu kota Afghanistan itu (15 Agustus kemarin), kekacauan terjadi, terutama di bandara.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani juga melarikan diri dari negaranya pada hari Taliban mengambil alih Kabul tanpa perlawanan.
Konon Ghani pergi dengan uang tunai sebanyak empat mobil dan satu helikopter.
Ribuan orang bergantian mengerumuni bandara internasional kota itu dalam upaya melarikan diri.
Namun, Selasa (17/8) kemarin, penerbangan untuk evakuasi dari Afghanistan mulai lancar.
Seorang pejabat keamanan Barat mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa landasan dan bandara Kabul - yang dikendalikan oleh pasukan Amerika Serikat - sekarang bebas dari keramaian, mulai teratur.
Pejabat itu mengatakan penerbangan militer yang mengevakuasi diplomat dan warga sipil dari Afghanistan telah lepas landas.
Sebelumnya, kekacauan di bandara memakan korban sia-sia. Sedikitnya tujuh orang tewas, termasuk beberapa orang yang menempel di sisi jet saat lepas landas.
Taliban telah menyatakan perang di Afghanistan telah berakhir.
Aljazeera melansir, seorang pemimpin senior Taliban mengatakan kelompoknya akan menunggu sampai pasukan asing pergi sebelum mengumumkan struktur pemerintahan baru.
Tiga negara konon sudah berani menunjukkan sikap. China siap untuk hubungan persahabatan, sementara Rusia dan Iran juga membuat tawaran diplomatik. (adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek