jpnn.com - Sedikit kilas balik, Malala, yang ketika itu berusia 15 tahun, ditembak oleh seorang pria bertopeng saat dalam perjalanan dengan bus dari sekolah menuju ke rumahnya di kawasan Swat Valley di bagian Barat Laut Pakistan.
Penembakan itu memicu kecaman di seluruh dunia dan Malala diterbangkan ke Inggris untuk pengobatan. Mukjizat terjadi, Malala berhasil selamat dan minggu lalu, tepat dihari ulangtahunnya ke-16, Malala diundang ke markas PBB di New York untuk memberikan pidato mengenai kebebasan anak-anak untuk mendapatkan pendidikan.
BACA JUGA: Berhasil Kurus, Warga Dubai Dapat Koin Emas
Dalam suratnya, Rasheed menjelaskan bahwa Malala menjadi target penembakan bukan karena keinginannya yang besar untuk bersekolah. Namun karena Malala dianggap telah memprovokasi masyarakat Pakistan untuk melawan Taliban. “Taliban percaya bahwa tulisanmu ditujukan untuk melawan mereka dan memfitnah mereka dalam upaya mendirikan sistem negara Islam di Swat melalui tulisan-tulisanmu yang provokatif,” ujar Rasheed dalam suratnya.
Rasheed menambahkan, dia sebenarnya tidak menentang patra gadis untuk bersekolah. Namun yang ditentangnya adalah sistem pendidikan barat yang menurutnya mengandung ajaran sesat atau kurikulum sekular.
BACA JUGA: Putus Asa, Pria Ini Jual Diri di Ebay Seharga Rp 15 Ribu
Rasheed juga mengklaim bahwa ada ratusan perempuan yang bersekolah. Tetapi, tidak satupun di antara mereka yang mengalami kekerasan Taliban. Berbeda dengan Malala yang menjadi target Taliban karena dia dianggap sebagai antek PBB yang menyebarkan propaganda kepada masyarakat untuk memusuhi Taliban.
Dalam tulisannya, Rasheed menyarankan Malala untuk pulang ke Pakistan. Mengimani ajaran Islam serta belajar di madrasah yang ada di lingkungan rumahnya. Akan tetapi saran Rasheed sepertinya tidak akan dipenuhi Malala mengingat hidupnya masih sangat terancam jika dia kembali pulang ke Swat Valley. (dailymail/mas)
BACA JUGA: Polisi Jepang Cokok Penyedia PSK Jumbo
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiap Hari 600 Warga Suriah Mengungsi
Redaktur : Tim Redaksi