Tambah ATM dan Kantor, BCA Siapkan Rp 1 Triliun

Jumlah Nasabah Tembus 10 Juta

Sabtu, 21 April 2012 – 06:42 WIB

JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyiapkan belanja modal (capital expenditure) Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun untuk menambah kantor cabang, ATM, dan memperkuat layanan IT (information technology). Maklum, nasabah BCA saat ini telah mencapai 10 juta orang.

"Kapasitas harus terus ditambah karena layanan harus tetap optimal, seperti ATM kita itu setiap bulan melayani 15 ribu transaksi per mesin. Meskipun nggak 24 jam, tapi ramai di working hours, atau saat-saat tertentu. Kalau dibagi rata-rata itu setiap mesin itu terpakai setiap menit," ujar Direktur Utama Bank BCA Jahja Setiadmadja saat berkunjung ke redaksi Jawa Pos biro Jakarta, Jumat (20/4). Saat ini BCA memiliki sekitar 8.500 ATM yang tersebar di seluruh Indonesia.

Selain menambah mesin ATM, BCA juga akan terus menambah jumlah mesin setoran tunai yang jumlahnya saat ini baru ratusan. Jahja menyebut, penambahan mesin setoran tunai tidak bisa dilaksanakan secara besar-besaran karena selain biayanya besar juga masih menghadapi kendala teknis. "Mesin seoran tunai itu harus dipasangi alat pelacak uang palsu, beda dengan ATM biasa. Itu juga lebih sensitif karena ngelipat sedikit ditolak," ungkapnya."

Jahja berdalih mengurusi jutaan tabungan nasabah biayanya besar. Sebab pihaknya harus membeli banyak ATM, membayar biaya sewa tempat, menggaji ribuan teknisi, dan membayar asuransi pengiriman uang dari bank ke ATM. "Bank yang punya banyak tabungan pasti banyak mutasi. Mereka harus menyiapkan sistim yang kuat. Lebih ringan mengurusi deposito. Mengurusi tabungan itu sebenarnya zero (tanpa hasil) tapi wajib," sebutnya.

Di sisi lain, BCA tahun ini juga akan menambah 60 kantor cabang lagi. Pertambahan ini termasuk tinggi sebab biasanya penambahannya secara rutin hanya 20-30 kantor cabang setiap tahun.

Menurutnya ekspansi besar-besaran ini berguna untuk menjaring nasabah lebih banyak lagi. "Jawa Timur termasuk wilayah yang menjadi fokus kami. Oleh karena itu di Jawa Timur kita harus membuat dua kantor wilayah (Kanwil), yaitu di Surabaya dan Malang," jelasnya.

Menurut Jahja, Indonesia merupakan pasar perbankan yang sangat potensial karena populasinya yang besar. Dia membandingkan Indonesia dengan Brazil sebagai negara berkembang yang sekarang memiliki tiga bank yang sangat besar, salah satunya memiliki aset 10 kali lipat BCA. "Indonesia juga bisa seperti itu karena populasi kita besar, GDP (Gross Domestic Bruto) kita dalam beberapa tahun mendatang bisa USD 10 ribu," tegasnya.

Jika kondisi ekonomi seperti itu bisa tercapai, perbankan harus siap-siap mengucurkan kredit besar-besaran ke sektor usaha. Hingga akhir tahun lalu, portofolio kredit BCA mencapai Rp 202,3 triliun naik 31,4 persen dibanding tahun sebelumnya Rp 153,9 triliun. Kenaikan ini lebih tinggi dari rata-rata sektor perbankan sebesar 24,1 persen. "Kita ingin terus berpartisipasi dalam membangun negeri ini," lanjutnya.
 
Sementara pemerintah juga harus bisa membuat kebijakan yang kondusif bagi kinerja perbankan. Sebab sektor perbankan adalah elemen ekonomi yang bertugas melakukan intermediasi modal kepada dunia usaha. "Perbankan harus tetap baik, karena Bursa Efek Indonesia (BEI) kapitalisasinya dikuasai saham-saham perbankan seperti BCA, Mandiri, BRI. Nah, kalau kita goyah, bursa pasti kolaps," ujarnya (wir/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panin Incar Dana Kelola Rp 16 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler