Dia juga menambahkan, perlu juga dilakukan pendekatan dialog dan tanpa kekerasan oleh pemerintah, selain penambahan intelijen. Menurutnya, jangan berpikir kalau teroris itu diselesaikan dengan kekerasan akan tuntas.
Disebutkannya, langkah penambahan intelijen negara bisa dilakukan secara beriringan dengan langkah soft power, seperti pendekatan dialog, tidak melulu dengan langkah penindakan keras. "Soft power harus dibarengi dengan penambahan intelijen negara. Harus dijalankan secara bersamaan atau istilahnya double track," ujarnya.
Apalagi, dia melihat belum ada langkah-langkah soft power pemerintah mencegah terorisme. "Soft power belum dilakukan secara intensif sebab orang merasa itu kerjanya polisi. Saya tidak tahu kenapa tidak dilakukan, saya tidak lihat hal itu," kata Tjatur.
Dia mengajurkan melakukan langkah soft power secara intensif dan massif. "Segera lakukan dialog, deradikalisasi, sekarang ini jauh lebih efektif," katanya.
Kembali dia menegaskan, kalau diperangi tak akan selesai. Yang harus dilakukan memberikan pemahaman secara menyeluruh kepada masyarakat, kepada generasi muda. "Sebab yang direkrut adalah generasi muda dengan menyusupi bahwa nabi bukan seperti ini berjuang. Itu bagian dari kweajiban agama seperti jihad," kata Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) di DPR itu.
Tjatur juga menyatakan, peran Kementerian Agama, MUI, tokoh-tokoh agama, kiai-kiai kampung, dan seluruh lapisan masyarakat bisa bersatu padu memberikan dan meluruskan pemahaman yang salah. Dia menjelaskan, upaya itu bisa dilakukan di kampus-kampus, sekolah-sekolah, di pondok pesantren, kampung-kampung. "Ulama kampung harus dilibatkan," ujarnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jenazah Dua Terduga Teroris Dibawa ke RS Polri
Redaktur : Tim Redaksi